F PONDOK BOBROK, LANGGAR BUBAR, SANTRI MATI!!! YEL-YEL PKI SEBELUM GENJER-GENJER ~ PEGAWAI JALANAN

Kamis, 22 September 2022

PONDOK BOBROK, LANGGAR BUBAR, SANTRI MATI!!! YEL-YEL PKI SEBELUM GENJER-GENJER

 


Lagu Genjer-genjer seakan menjadi Mars pemberontakkan PKI pada tahun 1965. Akibatnya, pencipta lagu genjer-genjer ditangkap oleh CPM (Korps Polisi Militer) karena dinilai sebagai anggota PKI. Pada pemberontakan 1965, PKI menargetkan para petinggi angkatan darat yang berseberangan dengan agenda PKI, karena angkatan darat adalah pasukan yang menghentikan pemberontakan pada tahun 1948. Maka dari itu, genjer-genjer diplesetkan menjadi jendral-jendral. Sebelum lagu genjer-genjer menjadi identik dengan lagu PKI, terdapat yel-yel yang lebih dulu diteriakkan dari pada lagu genjer-genjer. Pada pemberontakkan PKI tahun 1948, yel-yel yang paling terkenal adalah “Pondok Bobrok, Langgar Bubar, Santri Mati.” Yel-yel inilah yang diteriakkan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun pada tahun 1948. Sebuah rima yang menggambarkan bahwa para kaum muslim adalah target utama mereka.

Saat Pemberontakan PKI pada tahun 1927 gagal, Muso harus kabur ke Moskow untuk menghindari penangkapan. Disaat itulah Muso bertemu dan belajar ideologi komunis kepada Stallin yang masih menggunakan ideologi Karl Marx. Karl Marx menganggap agama adalah candu bagi masyarakat, dan mengatakan menghujat agama adalah syarat utama dari semua hujatan.

Karl Marx juga pernah mengatakan "Bila waktu tiba kita tidak akan menutup-nutupi terorisme kita. Kami tidak punya belas kasihan dan kami tidak meminta dari siapapun rasa belas kasihan. Bila waktunya tiba kami tidak mencari-cari alasan untuk melaksanakan teror cuma ada satu cara untuk memperpendek rasa ngeri mati musuh-musuh itu dan cara itu adalah teror revolusioner." Dari sini kita dapat melihat bahwa ideologi komunisme melakukan berbagai macam cara agar dapat menjadi kasta tertinggi dalam sebuah negara.

Saat berdirinya negara komunis di Uni Soviet oleh Lenin, begitu banyaknya korban berjatuhan. Bahkan Lenin mengatakan "Saya suka mendengarkan musik yang merdu tetapi di tengah-tengah revolusi sekarang ini yang perlu adalah membelah tengkorak, menjalankan keganasan dan berjalan dalam lautan darah dan tidak jadi soal bila 3/4 penduduk dunia habis asal yang tinggal 1/4 itu Komunis. Untuk melaksanakan Komunisme kita tidak gentar berjalan di atas mayat 30 juta orang."

Ideologi inilah yang dipelajari oleh Muso selama berada di Uni Soviet. Setelah situasi cukup tenang di Indonesia, Muso kembali ke Indonesia dengan membawa ajaran Karl Marx yang menganggap agama adalah musuh utama. Ajaran Karl Marx dibawa mentah-mentah kemudian ditanamkan kepada anggota-anggota komunis di Indonesia. Sejak 18 September 1948, Muso mulai memproklamirkan negara Soviet Indonesia di Madiun. mereka melakukan pemberontakan dan pembantaian disekitar Madiun.

Melalui yel-yel itu, penyerangan sadis PKI dilakukan dengan merusak bangunan pondok pesantren, membubarkan langgar dan membantai para kiai dan santri yang mereka temui. Lebih parahnya, sebelum yel-yel itu dikumandangkan di berbadai desa, kota, jalan dan gang-gang. Para anggota PKI seperti sudah menyiapkan lubang-lubang untuk membantai para kiai dan santri. Di berbagai lubang itulah, para kiai dan santri disembelih secara masal bahkan dikubur hidup-hidup. Akibatnya, banyak tempat-tempat yang menjadi saksi bisu kekejaman anggota PKI terutama di daerah Magetan.

Pemberontakan dimulai dari Madiun, kemudian merembet ke Magetan, Ponorogo, dan Pacitan. Mereka banyak membantai dan menghabisi Kiai dan Santri di sekitar Magetan. Sekitar 168 orang tewas dan ada yang dikubur hidup-hidup. PKI Kemudian mulai melakukan terror ke Ponorogo Dengan sasaran utamanya Pondok Modern Darussalam Gontor. KH. Imam Zarkasyi (Pak Zar) dan KH Ahmad Sahal (Pak Sahal) dibantu kakak tertua beliau berdua, KH Rahmat Soekarto (yang saat itu menjabat sebagai Lurah desa Gontor), pun berdiskusi bagaimana menyelamatkan para santri dan Pondok.

“Wis Pak Sahal, penjenengan ae sing Budhal ngungsi karo santri. PKI kuwi sing dingerteni Kyai Gontor yo panjengan. Aku tak jogo Pondok wae, ora-ora lek dikenali PKI aku iki. (Sudah Pak Sahal, Anda saja yang berangkat mengungsi dengan para santri. Yang diketahui Kyai Gontor itu ya Anda. Biar saya yang menjaga Pesantren, tidak akan dikenali saya ini,” kata Pak Zar.

Pak Sahal pun menjawab: “Ora, dudu aku sing kudu ngungsi. Tapi kowe Zar, kowe isih enom, ilmu-mu luwih akeh, bakale pondok iki mbutuhne kowe timbangane aku. Aku wis tuwo, wis tak ladenani PKI kuwi. Ayo Zar, njajal awak mendahno lek mati“. (Tidak, bukan saya yang harus mengungsi, tapi kamu Zar. Kamu lebih muda, ilmumu lebih banyak, pesantren ini lebih membutuhkan kamu daripada saya. Saya sudah tua, biar saya hadapi PKI-PKI itu. Ayo Zar, mencoba badan, walau sampai mati”.

Akhirnya, diputuskanlah bahwa beliau berdua pergi mengungsi dengan para santri. Penjagaan pesantren di berikan kepada KH Rahmat Soekarto. Kemudian Berangkatlah rombongan pondok Gontor kearah timur menuju Gua Kusumo, saat ini dikenal dengan Gua Sahal di Trenggalek. Mereka menempuh jalur utara melewati gunung Bayangkaki. Pak Sahal pun berujar,“Labuh bondo, labuh bahu, labuh pikir, lek perlu saknyawane pisan” (Korban harta, korban tenaga, korban pikiran, jika perlu nyawa sekalian akan aku berikan”.

Sehari setelah santri-santri mengungsi, para PKI akhirnya sampai ke pondok. Mereka langsung bertindak ganas dengan menggeledah seluruh pondok Gontor. Para anggota PKI mulai menyerang pondok dengan menembakkan senjata. Mereka sengaja memancing dan menunggu reaksi orang-orang di dalam pondok. Karena tidak ada reaksi, mereka berkesimpulan bahwa pondok Gontor sudah dijadikan markas tentara.

mereka akhirnya menyerbu ke dalam pondok dari arah timur, kemudian disusul rombongan dari arah utara. Tak lama kemudian datang lagi rombongan penyerang dari arah barat. Jumlah waktu itu diperkirakan sekitar 400 orang. Dengan mengendarai kuda pimpinan tentara PKI berhenti didepan rumah pendopo lurah KH. Rahmat Soekarto. Mengetahui kedatangan tamu, lurah Rahmat menyambut tamunya dengan ramah, serta menanyakan maksud dan tujuan mereka.

Tanpa turun dari kuda, pimpinan PKI ini langsung mencecar lurah Rahmat. Kemudian mereka meninggalkan rumah lurah Rahmat. mereka nekat masuk ke tempat tinggal santri, lalu berteriak-teriak mencari kyai Gontor. “Endi kyai-ne, endi kyai-ne? Kon ngadepi PKI kene …” (Mana Kyainya, mana kyainya? Suruh menghadapi PKI sini…).

Karena tak ada sahutan, mereka pun mulai merusak pesantren. Gubuk-gubuk asrama santri yang terbuat dari gedeg bambu dirusak. Buku-buku santri dibakar habis. Peci, baju-baju santri yang tidak terbawa, mereka bawa ke pelataran asrama. Mereka menginjak-injak dan membakar sarana peribadatan, berbagai kitab dan buku-buku. Termasuk beberapa kitab suci Al-Qur’an juga mereka injak dan bakar.

Karena tidak menemukan seorangpun kiai dan santri, PKI pun kembali kerumah lurah Rahmat, lalu berusaha masuk ke rumah untuk membunuh KH. Rahmat Soekarto. Mereka sambil teriak “Endi lurahe? Gelem melu PKI po ra? Lek ra gelem, dibeleh sisan neng kene…!” (Mana lurahnya? Mau ikut PKI apa tidak? Kalau tidak mau masuk anggota PKI, kita sembelih sekalian di sini). Namun sebelum mereka bisa masuk kerumah lurah Rahmat. Datanglah laskar Hizbullah dan pasukan Siliwangi. Pasukan itu dipimpin KH. Yusuf Hasyim, (putra bungsu KH. Hasyim Asy’ari). Pasukan PKI itu akhirnya lari tunggang langgang, karena serbuan itu. Para anggota PKI membiarkan Pondok Modern Darussalam Gontor dalam keadaan porak poranda.

Itulah yel-yel yang digaungkan oleh anggota PKI pada tahun 1948. Kejahatan dan kekejaman yang dilakukan oleh PKI bukanlah hanya isu semata. Semua itu fakta sejarah yang pernah terjadi di indonesia. Mereka banyak melakukan kezaliman terhadap kaum muslimin, pejuang, dan tokoh-tokoh yang bertentangan dengan ideologi mereka. Sejarah penuh kebencian yang diteriakkan PKI sungguh sangat menyedihkan. Bahkan Pondok Modern Gontor pernah menjadi target sasaran mereka.  Beruntung, mereka telah mengungsi terlebih dahulu sehingga tidak menjadi korban pembantaian oleh orang-orang PKI di tempat itu.


Sumber referensi :   es.unida.gontor.ac.id

kanalsembilan.net

sejarahone.id

0 komentar:

Posting Komentar