Bekas
keganasan PKI terekam dibanyak tempat di Indonesia. Banyaknya monumen dan prasasti
dibangun untuk para korban kekejaman mereka, monumen itu seakan menjadi
pengingat kepada generasi sekarang bahwa begitu kelamnya sejarah bangsa ini.
Saat terjadi pemberontakan PKI Pada tahun 1948, Magetan, Jawa Timur menjadi
saksi kekejaman PKI yang dipimpin oleh Muso. Para pejuang, ulama, santri, dan
tokoh masyarakat, serta seluruh elemen masyarakat telah menjadi korban
kebiadaban mereka.
Tak terhitung, berapa
banyak kiai dan santri yang nyawanya melayang sia-sia ditangan PKI. Mereka jadi
korban keganasan, serta kebrutalan PKI. Kiai dan santri menjadi sasaran utama
yang diincar karena mereka dianggap sebagai oknum yang paling bertanggungjawab
atas gagalnya pendirian Republik Soviet di Indonesia. Tragedi pembantaian yang
dilakukan PKI saat itu, menjadi lembaran hitam dalam sejarah yang menimpa kaum
santri dan ulama bangsa ini.
Pada tanggal 18 September 1948, Kantor Polisi di Gorang Gareng tiba-tiba
diserbu ribuan orang. Orang-orang tersebut membawa senjata tajam seperti parang
dan bambu runcing, bahkan tak sedikit yang membawa senjata api berjenis pistol.
Mereka adalah para anggota PKI, mereka kemudian menangkap para Polisi dan
melucuti senjatanya. Doerjat yang saat itu menjabat sebagai Kepala Polisi,
tidak luput dari penangkapan yang dilakukan oleh orang-orang PKI. Para Polisi
ini kemudian di giring beramai-ramai, mereka dibawa ke Pabrik Gula Rejosari di
Gorang Gareng. Mereka kemudian dikumpulkan bersama tahanan lain yang telah ada
disana.
Di tempat lain, M. Ng. Sudibyo yang saat itu menjabat sebagai
Bupati Magetan juga mengalami nasib yang sama. Pada malam itu, Para Anggota PKI
mengadakan rapat Dewan Desa secara paksa dan menghadirkan Bupati Magetan (Sudibyo),
Patih R. Soekardani, Pelaa Panitera R. Moerti Wedana dan Komandan KDM. Meskipun
mereka mengatakan itu sebuah rapat, tapi sebenarnya itu adalah intimidasi dari pihak
FDR/PKI ke pihak pemerintah setempat.
Rapat kemudian memanas setelah PKI mengemukakan pendapat tetapi
banyak yang menetangnya. Para anggota PKI bersikeras agar rapat memutuskan seperti
yang mereka kemukakan. Pada saat itu PKI meminta kepada M. NG. Sudibyo agar
tanah Bengkok dibagi-bagikan ke warga sebagai upah. Tentu saja Sudibyo menolak
gagasan liar tersebut, Karena masalah pembagian tanah Bengkok telah diatur oleh
pemerintah pusat yang diberikan kepada aparat desa yang telah mengatur desa.
Gagasan PKI ini kemudian memicu keributan, para anggota PKI berharap gagasan
itu disetuji. namun disisi lain, para wakil-wakil rakyat pada Dewan Desa
mendukung Sudibyo untuk menolak gagasan PKI.
Mendapatkan pertentangan oleh Dewan Desa dan Bupati Sudibyo, para
anggota FDR/PKI mengulur waktu rapat hingga tengah malam. Saksi mata kejadian
yang ikut hadir dalam rapat berdarah tersebut, Suwarno mengatakan bahwa PKI
sengaja mengulur-ngulur waktu rapat hingga malam hari. Suwarno bersama temannya
yaitu Soeharno, diminta oleh Bupati Sudibyo untuk mengirim surat ke Residen
Madiun. Sudibyo meminta solusi atas masalah yang terjadi di Rapat Dewan desa tersebut.
Saat itu jarak Magetan dan Madiun terpisah 23 km dan ditempuh menggunakan
sepeda oleh keduanya. Memasuki kota Madiun juga bukan hal yang mudah, karena
saat itu Madiun telah dikuasai oleh PKI dan membatasi aktifitas keluar masuk
Madiun. Madiun betul-betul terisolasi dari kota-kota sekitar, hal ini karena
anggota PKI melakukan pembatasan fisik, memutus kawat-kawat telfon, dan para
anggota PKI juga merobohkan tiang-tiangnya.
Suasana Rapat semakin memanas karena PKI tetap bersikeras dengan
gagasannya. Karena tidak menemukan kesepakatan, Orang-orang yang ada di dalam
Pendopo Desa kemudian digiring oleh anggota PKI. bupati Sudibyo juga ikut
digiring bersama dengan yang lainya, Tangan mereka diikat ke belakang dengan
bambu sehingga tidak bisa bergerak. Para Anggota PKI membawa mereka ke Loji
Pabrik Gula Rejosari di Gorang Gareng.
Kala itu Terdapat ratusan
orang yang ditangkap tanpa alasan oleh anggota PKI, para tawanan tersebut
dianggap memiliki pandangan yang menentang ideologi komunisme. Mereka di bawa
ke Loji dengan jalan kaki sambil diikat dengan tali. Setiap tali berisi sekitar
5 sampai 6 orang. Jika salah satu ingin buang air atau kegiatan lainnya, maka
semua yang berada dalam satu ikatan harus ikut.
Para tawanan itu kemudian dikumpulkan ke dalam
rumah-ruma loji di asrama pabrik gula gorang-gareng. Dalam Satu kamar yang berukuran
4×4 meter diisi antara 40 sampai 45 orang tawanan. Semua tawanan yang semula
diikat lalu dilepaskan ke dalam kamar. Karena banyaknya orang dalam satu kamar,
mereka harus berhimpit-himpitan dengan tahanan lainnya. Mereka saat itu tidak
mengetahui apa yang akan terjadi kepada mereka. Jika mereka mengetahui, mungkin
mereka akan bersatu dan melakukan perlawanan.
Pasukan Siliwangi yang bertugas menghentikan
pemberontakan semakin mendekati pabrik gula Rejosari. Keadaan ini membuat PKI berada
dalam kondisi terdesak. mereka kemudian bertindak membabi buta dan melakukan
penembakan kepada para tahanan secara bergantian dari luar tahanan.
Para tahanan menjadi sasaran tembak yang
membabi-buta, para tahanan kemudian berjatuhan dan berguling-guling karena
terkena pelor tajam dan granat tangan. Layaknya cacing kepanasan, para tawanan
tersebut merasakan sakitnya timah panas. Bau mesiu dan anyir darah bercampur
menjadi satu memenuhi sekitar loji. Saat tembakan dihentikan, mayat-mayat bertumpukan
dan darah pun memenuhi ruangan, sesekali terdengar jerit kesakitan dan ada pula
napas tersengal-sengal meminta minum. Begitu kerasnya jerit kesakitan yang
mereka rasakan, sebelum akhirnya keadaan menjadi sunyi.
Para anggota PKI yang menembak dengan Sten dari
jendela mulai melarikan diri dari tempat itu karena pasukan siliwangi telah
semakin dekat. Mayat-mayat ditinggal begitu saja dengan darah kental yang
memenuhi lantai bahkan setinggi mata kaki. Bahkan saat penduduk yang mengangkat
para korban, ikut merasakan kengerian yang dilakukan oleh anggota PKI.
Sudirno yang saat itu masih berusia 14 tahun, melihat kejadian
tersebut dengan jelas. Di dalam kamar Loji, mereka semua diberondong dengan
tembakan dari luar melalui celah-celah jendela. Karena begitu banyaknya jumlah
tahanan dalam satu kamar, tidak mengherankan jika Seluruh kamar kemudian
dibanjiri darah segar setinggi mata kaki.
KH. Rochib, adalah seorang tahanan yang berhasil selamat karena
berlindung di balik dinding ketika penembakan terjadi. Selain KH Rochib, ada
juga salah satu kawannya yang juga lolos dari maut karena melakukan hal yang
sama. KH. Rochib adalah seorang guru agama di Bangsri.
Beruntung pada siang hari, pasukan TNI dari Siliwangi datang ke
Gorang Gareng sehingga pembunuhan tanpa alasan PKI ini dapat dihentikan.
Kedatangan TNI ini membuat orang-orang PKI sebagian besar melarikan diri. KH.
Rochid berhasil selamat setelah pintu Loji dijebol oleh tentara Siliwangi, sehingga
kita dapat mengetahui kekejaman yang dilakukan oleh PKI. Dari ratusan orang
yang menjadi sasaran tembak, hanya ada lima orang yang selamat dari tragedi berdarah
tersebut.
Karena begitu banyaknya korban yang harus dikuburkan, para
penduduk harus membuat lubang yang besar untuk mengubur setidaknya 19 orang
dalam satu lubang. Banyak Para anggota polisi, ulama, santri, dan tokoh
masyarakat menjadi korban kebiadaban tersebut. Tidak sedikit pula orang-orang
tak bersalah yang menjadi korban kekejaman mereka.
Itulah kebiadaban anggota PKI yang membantai orang-orang yang
tidak sepemikiran dengan ideologi mereka. Anggota PKI menganggap agama adalah
musuh utama mereka, dan dikatakan bahwa mereka risih dengan orang yang shalat.
Sikap tidak suka pada agama, mereka tunjukkan dengan cara berkata-kata sinis.
Selain pembunuhan keji, mereka juga melakukan perampokkan dan kekerasan dengan
cara menyeret para penduduk untuk dijadikan tawanan. Loji tempat dilakukannya
pembunuhan masal ini menjadi saksi bisu sejarah kelam bangsa Indonesia. Tragedi
ini adalah sebagai pengingat tentang kekejaman yang pernah dilakukan oleh PKI.
Bahkan setiap bulan September dan oktober, banyak orang yang melakukan tabur
bunga di dekat pabrik ini.
Sumber Referensi : dzargon.com
kominfosandi.kamparkab.go.id
labumi.id
rekayorek.id
0 komentar:
Posting Komentar