Dari Sejumlah penerima Nobel yang ada, orang-orang Yahudi
adalah bangsa yang paling mendominasi. Mereka menguasi ilmu pengetahuan,
teknologi informasi, medis, serta ekonomi dan perdagangan. Jumlah mereka memang
tidak banyak, tetapi mereka mampu untuk mendominasi dunia. Orang-orang
Yahudi/Bani Israil telah sejak lama mampu menguasai sektor perekonomian dan
mendominasi bangsa lain. Bahkan pada masa jahiliyah, orang-orang yahudi telah
biasa memberikan hutang kepada orang-orang arab.
Orang-orang yahudi menerapkan sistem hutang dengan riba hingga
melampaui batas. Imam Thabari mengatakan, “jika ada orang hutang sudah jatuh
tempo, maka oleh orang yang memberi hutang diberi dua pilihan: segera melunasi
atau menambahkan bunga berlipat-lipat (An-Nadawi, Mādza Khasira
al-‘Ālam bi-Inkhithāti al-Muslimīn, 58)
Di Madinah, Yahudi dikenal kaya raya. Dalam bertransaksi
dengan yang lain, mereka menggunakan sistem pegadaian dan menjalankan
riba. Kondisi wilayah Madinah yang agraris, begitu strategis bagi Yahudi untuk
mengoperasikan sistem ekonomi tersebut karena biasanya para petani membutuhkan
pinjaman untuk biaya pertanian hingga panen.
Pada saat itu, mereka sudah wajar bahwa orang Yahudi pandai dalam
seni mencari penghasilan (berbisnis). Di tangan mereka ada berbagai jenis
perdangan yang dikuasai, seperti: biji-bijian (seperti gandum), kurma, khamar, baju.
Mereka juga mengimpor baju, makanan pokok dan khamar, juga mengekspor kurma.
Namun semua itu dijalankan dengan sistem riba.
Mereka juga hobi menyulut konflik di antara suku-suku Arab. Perang
antara Aus dan Khazraj, biang keladinya adalah orang-orang Yahudi. Mereka
mengambil manfaat dalam perang saudara di kalangan suku Arab. Bahkan, mereka
memberikan hutang yang seolah sebagai bantuan kepada suku yang berperang dengan
sistem riba yang begitu berat hingga tak mampu menjalankan perang dengan baik
karena sulitnya biaya.
Bahkan terdapat teori yang mengatakan bahwa pada saat perang di
Eropa terjadi, orang-orang yahudilah yang membiayai perang dengan hutang dan
bunga sama seperti perang saudara dikalangan suku arab. Hegemoni
ekonomi Yahudi membuat mereka menjadi penguasa pasar dengan sistem mereka.
Mereka memonopolinya untuk kepentingan dan manfaat mereka sendiri. Karena sifat orang-orang
yahudi yang selalu berusaha memonopoli suatu bangsa, membuat mereka banyak
dibenci bangsa lain.
Kehebatan orang-orang yahudi tidak hanya pada sistem perekonomian,
bahkan pada bidang teknologi, pengetahuan, medis, perdagangan dan politik
mereka juga mampu bersaing. Studi oleh the
Pew Forum Institute pada tahun 2008 menyimpulkan Yahudi merupakan kelompok
agama dan etnis terkaya di Amerika. Sebanyak 46% orang Yahudi memperoleh
pendapatan lebih dari US$ 100 ribu per tahun. Dan dikatakan pula bahwa 70%
Yahudi hidup nyaman dibanding penduduk Amerika atau kelompok agama lainnya.
Lebih dari 100 dari 400 miliarder Amerika dalam daftar orang
paling kaya versi Forbes adalah orang Yahudi. Enam dari 20 perusahaan terbesar
di negara Amerika juga kepunyaan Yahudi. Orang-orang kaya seperti Rothschild
dan Rockofeller, Pendiri Google, Sergey Brin, Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg bersama wakilnya adalah keturunan
yahudi. Begitu pula David Fischer (putra Gubernur Bank Sentral Israel Stanley
Fischer), Ben Shalom Bernanke (Gubernur the Federal Reserve) yang juga
keturunan Yahudi. Bahkan Bapak
fisikawan dunia yang telah melahirkan banyak penemuan dan masih
digunakan hingga saat ini yaitu Albert Einstein juga beretnis yahudi. Selain
orang-orang terkenal tersebut, masih banyak orang-orang yahudi yang berpengaruh
di dunia.
Dalam Al-Quran, terdapat ayat yang mengatakan
bahwa bangsa Yahudi/Bani Israil dilebihkan atas bangsa yang lain. Seperti dalam
Surah Al-Baqarah yang artinya: “Hai Bani Israil, ingatlah akan
nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya
Aku telah melebihkan kamu atas segala umat.” (QS Al Baqarah:
47)
Namun apakah karena ayat tersebut bangsa Yahudi
memiliki kelebihan tanpa berusaha. Memang tidak salah jika kaum ini sering
disebut sebagai bangsa genius. Akan tetapi, bukan berarti bangsa yang lain
kalah cerdas dengan bangsa Yahudi. Bangsa lain mampu menyaingi bangsa yahudi
jika mereka menerapkan sistem pendidikan seperti Yahudi. Dalam sebuah tulisan
(Mukoddimah Ibn Kholdun), mengatakan bahwa letak sebuah geografis sebuah
Negara, juga memberikan penggaruh terhadap kecerdasan seseorang. Selain itu,
pola makan, serta barang-barang yang dikonsumsi juga memberikan dampak
signifikan terhadap kecerdasan seseorang (sebuah kaum). Karena memang Yahudi
memiliki pola makan, tata cara, serta jenis-jenis tertentu yang harus dimakan
serta harus ditinggalkan.
Berbagai torehan prestasi dalam bidang akademik
membuktikan bahwa kaum yahudi memang sangat fanatik terhadap dunia pendidikan,
khususnya bagi keturunannya. Dalam Tafsir Talmud mencatat bahwa kehancuran
Yerusalem dikarenakan anak-anak meninggalkan sekolah sehingga menjadi bodoh dan
tidak berpendidikan. Pendidikan sendiri merupakan bagian budaya yahudi yang
telah dirintis sejak awal. Dalam buku itu dipaparkan mengenai langkah dan
metode pendidikan kaum yahudi dalam mendidik anak keturunannya, juga berkaitan
dengan budaya sosial dalam bangsa yahudi yang sampai sekarang masih mereka
jaga. Dengan berpondasikan pada talmud mereka menjalankan misinya secara
misterius. Seluruh hukum dan peraturan disampaikan rahasia, terbatas diantara
para rabi dengan menanamkan fanatisme yang luar biasa terhadap para rabi agar
kaum yahudi menghormatinya melebihi siapapun.
Mereka selalu mengedepankan pendidikan, mereka
telah diperkenalkan dengan pengetahuan ketika masih dalam kanduangan. Saat
hamil, wanita-wanita yahudi sering bernyanyi dan bermain piano. Sedangkan
suaminya akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama istrinya
agar bayi terlatih kecerdasannya. Mereka mengandung sekaligus memberi
pengajaran walau hanya melalui pendengaran. Para wanita Yahudi yang mengandung,
juga sangat menyukai memakan kacang badam (almond) dan kurma bersama susu.
Sedangkan makanan utama mereka adalah roti dan ikan tanpa kepala bersama salad
yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan. Selain itu
mereka juga mewajibkan diri untuk mengonsumsi pil minyak ikan.
Para lelaki yahudi juga sangat dilarang untuk
merokok. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Universitas
Israel menunjukkan bahwa nikotin dapat merusak sel utama pada otak manusia.
Selain itu nikotin juga akan melekat pada gen, Sehingga anak keturunan perokok
akan mengalami yang cacat otak atau menjadi bodoh. Hal ini yang menyebabkan
para lelaki yahudi tidak boleh merokok, dan rokok menjadi hal yang tabu bagi
mereka. Sejak
kecil anak-anak Yahudi telah dilatih bermain piano dan biola. Hal ini sudah
seperti kewajiban bagi sistem pembelajaran mereka sejak dini. Menurut saintis
Yahudi bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ, karena hentakan
musik dapat merangsang otak.
Saat sekolah dasar, anak-anak Yahudi akan diajarkan matematika
berbasis perniagaan dan pelajaran IPA. Selain mata pelajaran itu, olahraga juga
menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang wajib diikuti oleh anak-anak
Yahudi adalah olahraga lari, memanah, dan menembak. Memanah dan juga menembak
merupakan latihan untuk otak agar dapat fokus.
Saat sekolah menengah dan perguruan tinggi, murid-murid lebih
difokuskan pada pelajaran sains. Mereka didorong untuk meneliti atau
menciptakan sebuah produk. Apa lagi jika yang diteliti itu berhubungan dengan
senjata, medis, dan mesin. Ide itu akan dibawa ke level yang lebih tinggi, tidak
peduli kalau proyek tersebut menghabiskan dana yang besar.
Itulah alasan mengapa orang-orang Yahudi
cenderung berotak genius. Bukan sepenuhnya karena mereka kaum yang lebih unggul
dari bangsa lainnya. Namun karena mereka telah memberikan pendidikan kepada
keturunan mereka, bahkan saat masih dalam kandungan. Tradisi Yahudi adalah
tradisi yang menjunjung tinggi pendidikan. Karena melahirkan anak dengan
keturunan yang cerdas adalah suatu keharusan bagi bangsa Yahudi. Bahkan
dengan populasi sekitar 14 juta orang, kaum yahudi mampu menjadi bagian dari
penguasa modernisasi dunia. Mereka belajar dari kesalahan mereka saat
kehancuran Yerusalem terjadi, selain itu mereka sering menjadi bangsa tertindas
bahkan saat peristiwa Holocaust. Padahal dalam agama Islam pun telah diajarkan
untuk mendidik anak sejak masih dalam kandungan. Bangsa lain juga mampu
menyaingi mereka jika menerapkan tradisi pendidikan yang sama. Namun lemahnya
minat bangsa kita dalam pendidikan, membuat kita menjadi bangsa yang
tertinggal. Saat kita memiliki orang yang cerdas dan memiliki penemuan, bangsa
kita cenderung tidak membiayai seperti yang dilakukan oleh orang-orang yahudi.
Sumber Referensi
: fimadani.com
hidayatullah.com
merdeka.com
tekno.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar