Kekuasaan
dapat membuat seseorang menjadi pemimpin yang diktator. Kediktatoran membuat
seorang pemimpin tidak perduli siapa saja orang yang dianiayanya. Ketakutan
akan kehillangan jabatannya membuat mereka melakukan berbagai macam cara untuk
mempertahankannya. Bahkan ia dapat dengan mudah menyingkirkan orang-orang yang
menurutnya dapat mengganggu kekuasaannya. Salah satu pemimpin diktator yang
pernah tercatat dalam sejarah kekhalifahan islam adalah Al-Mansur.
Al-Mansur memiliki
nama asli Abu Jafar Abdullah bin Muhammad Al Mansur merupakan Khalifah kedua Bani
Abbasiyah. Ia dilahirkan di al-Humaymah, kampung halaman keluarga
Abbasiyah setelah migrasi dari Hejaz pada
tahun 687-688M. Ia dibai’at sebagai khalifah karena penobatannya sebagai putera
mahkota oleh adiknya, As-Saffah pada
tahun 754, dan berkuasa sampai 775. Pada tahun 762 ia mendirikan ibu kota baru dengan
istananya Madinat as-Salam, yang kemudian menjadi Baghdad.
Imam Suyuthi mendeskripsikan karakternya bahwa
“Dia orang yang terpandang, kharismatik, pemberani dan punya tekad yang kuat,
pengumpul harta, meninggalkan senda gurau dan permainan, sempurna akalnya,
terlibat aktif dalam hal ilmu dan adab, memahami soal kejiwaan. Namun, dalam
rangka menegakkan kekuasaanya, dia telah melakukan pembunuhan yang amat banyak.
Dia pula yang mencambuk Imam Abu Hanifah rahimahullah ketika menolak
diangkat menjadi hakim, memenjarakannya hingga wafat di penjara. Dikatakan
bahwa Imam Abu Hanifah wafat karena diracun akibat telah berfatwa membolehkan memberontak
melawan Abu Ja’far al-Manshur. Ucapan al-Manshur fasih, seorang orator yang
mempesona dan inspiratif, dan sangat berhati-hati, dan juga terkenal kikir.
Gelarnya Abu ad-Dawaniq karena menghitung harta sampai hal-hal yang paling
kecil.”
Dari karakteristik yang dijelaskan oleh imam
Suyuthi, Al-Mansur adalah orang yang memiliki sifat kontroversial. Pada saat
itu, Ada dua jenderal yang
sangat berjasa merebut kekuasaan dari Dinasti Umayyah dan pada kilauan pedang
kedua jenderal inilah kekuasaan Dinasti Abbasiyah dapat tegak berdiri. Jenderal
pertama bernama Abdullah bin Ali, paman sang Khalifah Abu Ja’far al-Manshur.
Jasa pasukan Abdullah bin Ali adalah mengalahkan pasukan Marwan, khalifah
terakhir Umayyah. Jenderal kedua bernama Abu Muslim al-Khurasani. Dialah
jenderal yang memulai pemberontakan terhadap Dinasti Umayyah hingga tegaknya
Abbasiyah. Abu Muslim juga mengejar dan membantai keluarga Umayyah demi
mengamankan kekuasaan as-Saffah, khalifah pertama Abbasiyah.
Abdullah bin Ali tidak bisa menerima kenyataan bahwa al-Manshur
yang diangkat sebagai khalifah menggantikan as-Saffah. Abdullah menganggap
as-Saffah pernah berjanji menjadikannya sebagai khalifah berikutnya. Abdullah kemudian
memberontak kepada Khalifah al-Manshur dan mulai menerima bai’at dari
pasukannya di Syiria sebagai khalifah.
Al-Manshur dengan cerdik mengirim Jenderal Abu Muslim menghadapi
pemberontakan Abdullah bin Ali. Kedua jenderal ini akhirnya saling bertempur
dengan sengit. Pemberontakan itu mampu dipadamkan oleh Abu Muslim. Abdullah kemudian
pergi berlindung di kota lain, dan kemudian wafat dibunuh pada usia 52 tahun.
Al-Manshur yang khawatir dengan popularitas Abu Muslim, mengundangnya untuk datang
menghadap. Ketika sampai di Baghdad, Abu Muslim dijatuhi hukuman mati
oleh Khalifah Al-Mansur pada tahun 755 M. Tidak hanya itu, jasadnya dimutilasi
kemudian dibuang ke Sungai Tigris. Pembunuhan Abu Muslim yang teramat brutal
mendapat kecaman dari masyarakat Khurasan. Kedua jenderal yang berjasa besar itu
dihabisi dengan keji oleh al-Manshur. Imam Thabari dalam kitab Tarikh-nya
menjelaskan dengan detail kisah tragis kedua jenderal ini.
Kekejamannya juga pernah terjadi kepada Muhammad dan Ibrahim.
Keduanya adalah anak keturunan Ali bin Abi Thalib dari Sayyidina Hasan.
Awalnya, Al-Manshur memerintahkan kepada gubernur Madinah agar mencari Muhammad
dan Ibrahim untuk di bawa menghadap kepadanya. Tabari dalam "The History
of al-Tabari, Abbasid Authority Affirmed", menjelaskan sebenarnya tidak
ada satu hal yang terlalu serius dengan perintah ini. Tapi pasukannya mencari
dengan seksama kedua orang tesebut seperti mencari seorang buronan. Melihat
ini, Muhammad dan Ibrahim curiga dengan proses yang terjadi begitu janggal.
Akhirnya mereka memilih bersembunyi dari satu tempat ke tempat lain.
Ketika sudah lama berusaha mencari Muhammad dan Ibrahim, keduanya masih
belum ditemukan. Al-Manshur panik, dan memerintahkan agar segera menemukan
mereka, apapun caranya. Prajurit Al-Manshur pun mulai mencari dan memburu
seluruh sanak keluarga Muhammad dan Ibrahim untuk dimintai keterangan. Di
samping itu, Al-Manshur juga memerintahkan agar menahan semua sanak keluarga
mereka yang lainnya. Mereka kemudian dibawa ke hadapan Al-Manshur dan diinterogasi.
Setelah berhasil membawa sanak keluarga Muhammad dan Ibrahim,
pencarian terhadap mereka terus dilanjutkan secara lebih intensif. Menurut
Al-Tabari, bahwa ketika itu kondisi Muhammad dan Ibrahim semakin terdesak, hal
inilah yang akhirnya membuat mereka memberontak. Kisah tentang perburuan
aparatur Abbasiyah terhadap dua keturunan Hasan bin Ali tersebut segera
menyebar. Dalam waktu singkat, dukungan pun bermunculan terhadap mereka.
Muhammad bin Abdullah pun bangkit memimpin pemberontakan. Al-Manshur langsung
mengerahkan pasukannnya untuk memadamkan pemberontakan Muhammad. Dan dalam
waktu singkat, pemberontakan tersebut bisa dihancurkan. Tanpa ampun, Al-Manshur
memperlakukan musuh-musuhnya ini dengan cara di luar batas.
Abul A’la Al-Maududi mengisahkan, Ibrahim dan Muhammad bin
Abdullah gugur dalam peperangan. Kepalanya dipenggal lalu di arak ke seluruh
Kota Madinah. Kemudian mereka menggantung jasadnya dan juga jasad para
pengikutnya selama tiga hari di hadapan orang yang berlalu lalang. Setelah itu,
jasad-jasad tersebut mereka lemparkan ke pekuburan orang Yahudi di dekat Gunung
Sila. Sedangkan para kerabat Muhammad dan Ibrahim yang sebelumnya ditahan,
mereka di belenggu kemudian di paksa berjalan kaki dari Madinah hingga ke
Kufah. Harta mereka dirampas, lalu dilelang.
Kekejaman Al-Mansur juga terjadi pada Imam
Malik. Imam Malik pada saat itu mengeluarkan fatwa bahwa boleh keluar
memberontak terhadap al-Manshur mengingat kekejaman yang dilakukannya. Gubernur
Madinah kemudian menangkap dan mencambuk Imam Malik akibat fatwa itu. Tindakan
Khalifah al-Manshur kepada Imam Malik terjadi juga pada imam Abu Hanifah
seperti yang pernah dikatakan oleh Imam Suyuthi. Kekejaman terhadap ulama tidak
berhenti pada dua nama besar Imam Mazhab ini. kekejamannya juga menimpa ulama
lainnya, yaitu Sufyan ats-Tsauri yang merupakan seorang ahli fiqh dan Abbad yang
merupakan seorang perawi hadits.
Namun, Sufyan dan Abbad selamat, meski sudah
dimasukkan dalam penjara dan menunggu waktu eksekusi. Imam Suyuthi mengatakan
bahwa “Orang-orang telah khawatir bahwa Abu Ja’far al-Manshur akan membunuh
kedua ulama itu saat menunaikan haji, namun Allah tidak memberi kesempatan
khalifah sampai di Mekkah dengan selamat. Dalam perjalanan dia sakit dan wafat.
Allah telah mencegah kekejamannya terhadap kedua ulama itu.” Abu Ja’far al-Manshur wafat dalam usia 61
tahun pada 7 Oktober tahun 775 Masehi dalam perjalanan menuju Mekkah dan
dikuburkan secara rahasia dengan membuat 100 kuburan yang berbeda.
Itulah Sejarah kekejaman Al-Mansur sebagai
pemimpin kedua bani Abbasiyah. Sejarah juga mengatakan bahwa Al-Mansur sangat
mencintai ilmu. Gerakan penerjemahan kitab-kitab asing ke dalam bahasa Arab
mulai dilakukan pada masanya. jika ulama pada masa Dinasti Umayyah lebih sering
menyebarkan ilmu secara verbal, maka pada masa Al-Manshur ini para ulama
didukung untuk menuliskan kitabnya agar penyebaran pengetahuan semakin luas. Kepeduliannya
akan ilmu pengetahuan membuatnya menjadi pemimpin negara yang pertama kali
meminta Imam Malik untuk menjadikan kitabnya, al-Muwattha’, sebagai panduan resmi
negara. Namun, Imam Malik menolak permintaan tersebut dengan alasan Islam telah
berkembang. Namun, karena sikap kediktatorannya, dia tidak segan-segan membunuh
siapapun yang memberontak pada masa kepemimpinannya. Ia berusaha tetap
mempertahankan kekuasaannya yang bersifat sementara.
Sumber
Referensi : geotimes.id
id.wikipedia.org
kalam.sindonews.com
0 komentar:
Posting Komentar