Penaklukkan Konstatinopel oleh Muhammad Al-Fatih
merupakan peristiwa paling bersejarah bagi umat Islam. Penaklukan Konstantinopel dimulai pada 6 April 1453 Masehi. Pasukan
Utsmani di bawah pimpinan Al-Fatih berjumlah kurang lebih 150.000 pasukan
dengan senjata-senjata raksasa seperti meriam Basilika yang dibuat dengan
teknologi terbaru pada masa itu.
Terkait penaklukan Konstatinopel oleh kaum muslimin,
diriwayatkan dalam hadis. Rasulullah ditanya oleh salah seorang sahabat. ”Ya
Rasul, mana yang lebih dahulu jatuh ke tangan kaum Muslimin, Konstantinopel
atau Romawi?” Nabi menjawab,”Kota Heraklius (Konstantinopel). (HR Ahmad,
Ad-Darimi, Al-Hakim).
Nabi SAW juga bersabda: “Istanbul pasti akan ditaklukkan;
sang penakluk adalah komandan terbaik, pasukannya adalah prajurit yang
terbaik.”
Pemimpin dari pasukan itu Muhammad Al-Fatih atau Sultan
Mehmed II. Mehmed lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne, ibu kota Utsmaniyah kala
itu. Dia merupakan anak dari Sultan Murad II dan Huma Hatun. Saat Mehmed
berusia sebelas tahun, dia dikirim untuk memerintah Amasya, sesuai tradisi
Utsmani untuk mengutus para ÅŸehzade (pangeran) yang sudah
cukup umur untuk memerintah di suatu wilayah sebagai bekal bila naik tahta kelak.
Murad juga mengirimkan banyak guru untuk mendidik putranya, di antaranya adalah
Molla Gurani dan Syaikh Muhammad Syamsuddin bin Hamzah.
Setelah mengadakan perjanjian damai
dengan Kadipaten Karaman di Anatolia pada tahun 1444, Murad yang sebenarnya lebih
tertarik dalam masalah agama dan seni daripada politik turun tahta dan
menyerahkan kepemimpinan negara kepada Mehmed yang saat itu masih dua belas
tahun. Pada
periode pertama masa kekuasaan Mehmed, pihak Utsmani diserang oleh Kerajaan
Hongaria yang dipimpin Janos Hunyadi.
Penyerangan ini melanggar gencatan senjata yang tertuang dalam Perjanjian
Szeged (1444). Dalam keadaan seperti ini, Mehmed meminta ayahnya untuk kembali
naik tahta, tetapi Murad menolak. Mehmed lalu menulis surat, "Bila Ayah
adalah sultan, datanglah dan pimpinlah pasukan Ayah. Bila aku adalah sultan,
aku memerintahkan Ayah untuk datang dan memimpin pasukanku." Murad
kemudian datang dan memimpin pasukan, mengalahkan pasukan gabungan Hongaria-Polandia dan Wallachia yang
dipimpin oleh Wladysław III, Raja Hongaria
dan Polandia; Janos Hunyadi,
komandan pasukan gabungan Kristen; dan Mircea II, Voivode (Adipati/Pangeran)
Wallachia dalam Pertempuran Varna (1444).
Murad kemudian didesak untuk kembali naik tahta oleh
Çandarlı Halil Pasya yang tidak senang dengan kuatnya pengaruh Syaikh
Syamsuddin pada masa kekuasaan Mehmed. Sultan Murad lalu kembali naik tahta dan
berkuasa hingga wafatnya pada tahun 1451. Setelah wafatnya Sultan Murad, Mehmed
kembali naik tahta dan dinobatkan di Edirne pada
usia sembilan belas tahun. Saat Mehmed kembali
naik tahta pada 1451, dia memusatkan perhatiannya untuk memperkuat angkatan
laut Utsmani untuk persiapan penaklukan Konstantinopel.
Tidak mudah untuk dapat menaklukkan Konstantinopel.
Bahkan upaya penaklukan sudah dilakukan sejak tahun 44 Hijriah pada masa
Muawiyah bin Abu Sofyan. Konstantinopel memiliki
benteng pertahanan yang sangat kuat sampai tiga lapis, sehingga saat itu hampir
tidak mungkin ditembus.
Pada tahun 1453, Mehmed memulai
pengepungan Konstantinopel dengan pasukan berjumlah kurang lebih 150.000 orang,
kereta api artileri, dan 320 kapal. Kota ini dikelilingi oleh laut dan
darat, armada ditempatkan di pintu Bosporus dari pantai ke pantai dalam bentuk
bulan sabit untuk menghadang bantuan untuk Konstantinopel dari laut. Pada
awal April, upaya penaklukan Konstantinopel dimulai. Awalnya, tembok kota dapat
menahan pasukan Utsmani, meskipun Sultan Mehmed telah menggunakan meriam yang
dibuat oleh Orban, insinyur dari Transilvania.
Pasukan artileri Al-Fatih gagal menusuk dari sayap barat
lantaran dihadang dua lapis benteng kukuh setinggi 10 meter. Mencoba mendobrak
dari selatan Laut Marmara, pasukan laut Al-Fatih terganjal militansi tentara
laut Genoa pimpinan Giustiniani. Setelah pertempuran demi pertempuran yang
tersebut, Al-Fatih menyadari titik lemah Konstantinopel adalah sisi timur yakni
selat sempit Golden Horn. Selat ini dibentang rantai besar dan dijaga dua puluh delapan kapal, menyulitkan
armada kecil sekali pun untuk melewatinya.
Dalam pengepungan ini, pihak Romawi
Timur sempat meminta bantuan dari Barat, tetapi Paus memberikan persyaratan
agar Gereja Ortodoks
Timur bersedia bergabung di
dalam kewenangan kepausan di Roma. Seperti yang kita ketahui Ketika kekaisaran Roma menguasai
dunia, pada masa kekaisaran kaisar Konstatin (penguasa tunggal 324-337), ia membentuk
ibukota lain bagi dunia Roma di kota Yunani tua, Byzantium, di sisi Eropa Bosporus.
Kota ini segera berganti nama menjadi konstatinopel, kota Konstatin. System
Deocletian tentang Kerjasama para kaisar dan pemindahan ibukota dari Italia ke
semenanjung Balkan oleh Konstatin menimbulkan pemisahan barat dan timur.
Kekaisaran Roma cenderung terbagi menjadi dua kekaisaran, dan setelah kematian
Konstatin, kedua kekaisaran ini tidak pernah bisa dipersatukan. Mereka sekarang
memiliki sejarah dan agama yang berbeda.
Konstatinopel menolak untuk menerima
persyaratan dari Paus, warga dan pemuka agama Ortodoks mengabaikannya karena
kebencian mereka pada kewenangan Roma dan ritus liturgi Latin dalam Katolik, juga lantaran perbuatan umat
Katolik pada masa pendudukan mereka atas Konstantinopel saat Perang Salib
Keempat. Beberapa pasukan Barat memang datang memberikan bantuan, tapi sebagian
besar penguasa di Barat sibuk dengan urusan masing-masing dan mengabaikan nasib
Konstantinopel.
Pada 22 April, Muhammad
Al-Fatih menggusur kapal-kapalnya dari laut ke darat, demi menghindari rantai
besar, menaiki bukit di sekitar koloni Genova di
Galata, dan ke pantai utara Tanduk Emas. Sebanyak 70-80 kapal digotong
ramai-ramai ke sisi selat dalam waktu singkat pada malam hari. Sebuah ide yang
tidak pernah terpikirkan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya. Bahkan dari pihak
Konstatinopel pun tidak pernah mengira bahwa ide itu dapat dilakukan.
Setelah pengepungan selama 54 hari dan sebuah ide brilian
yang tak pernah terpikirkan, mulai terlihat cahaya kemenangan. Konstatinopel
yang tidak memiliki banyak pasukan bantuan. Sedangkan pasukan Muhammad Al-Fatih
telah masuk ke Jantung pertahanan pertahanan Konstatinopel dan melakukan
serangan penuh membuat kemenangan kaum muslimin pasti terjadi. Pada 29 Mei 1453, Al-Fatih bersama pasukan Utsmani
dapat menaklukan Konstantinopel secara keseluruhan. Penaklukan itu mengakhiri
Kekaisaran Bizantium yang berusia 1.058 tahun.
Hanefi Bostan, asisten profesor di departemen Sejarah
Universitas Marmara di Istanbul, menjuluki penaklukan tersebut sebagai “salah
satu pencapaian terbesar dan paling penting dalam sejarah Turki dan Islam”.
Jatuhnya Konstantinopel menjadi pintu gerbang bagi kekalifahan Utsmani untuk
melebarkan sayap kekuasaanya ke Mediterania Timur hingga ke semenanjung Balkan.
Peristiwa ini menjadi titik krusial bagi stabilitas politik Ustmani sebagai
kekuatan adikuasa kala itu. Tanggal 29 Mei 1453 juga ditandai sebagai era
berakhirnya Abad Pertengahan.
Setelah mengambil alih kepemimpinan
Konstantinopel, Mehmed mengubah Hagia Sophia (dieja Aya Sofya dalam bahasa Turki) yang semula adalah
Basilika Ortodoks menjadi masjid. Mehmed juga segera memerintahkan pembangunan
ulang kota, termasuk memperbaiki dinding, membangun benteng, dan membangun
istana baru. Untuk mendorong kembali orang-orang Yunani dan Genova yang pergi
dari Galata, Mehmed memerintahkan pengembalian rumah-rumah mereka dan
memberikan jaminan keamanan.
Sebuah keputusan yang sangat bijak untuk
membangun Kembali kota konstatinopel bahkan membawa Kembali orang-orang Yunani
dan Genova ke konstatinopel. Hal ini menunjukkan toleransi dari umat islam
bahwa islam adalah agama yang damai. Namun keputusan untuk menjadikan gereja
Basilika Ortodoks sebagai Masjid adalah keputusan yang berbeda dengan yang
dilakukan oleh Umar bin Khattab.
Pada saat itu, Setelah Umar
menandatangani perjanjian penyerahan Yerusalem, dirinya diajak berkeliling kota dan mendapat
sambutan hangat dari warga Yerusalem. Saat singgah di Gereja Makam Kudus, Umar Bin Khattab kemudian meminta
izin kepada Uskup Agung Sophronius untuk melaksanakan salat karena telah tiba
waktu melaksanakan salat zuhur. Uskup Agung Sophronius menawarkan kepada
Khalifah Umar bin Khattab untuk menunaikan salat di ruangan dasar Gereja Makam Kudus. Tetapi, Umar Bin Khattab
menolak secara halus ajakan tersebut dan kemudian melaksanakan salat zuhur di
luar gereja tersebut.
Setelah dirinya melaksanakan salat, Umar Bin Khattab
kemudian memberikan alasannya menolak menunaikan salat di dalam gereja. Sikap
penolakan Umar Bin Khattab tersebut bukan ditujukan pada persoalan lokasi
pelaksanaan salat melainkan ia memikirkan hal yang lebih besar dan maslahat.
Dirinya menolak salat di gereja agar
rumah ibadah agama Kristen di Yerusalem tidak dirampas untuk
dijadikan masjid karena alasan pemimpin besar umat Islam pernah melaksanakan
salat di tempat itu. “Kalau saya salat di situ, dikhawatirkan di kemudian hari
umat Islam merampas gereja Tuan untuk dijadikan masjid,” (KH Saifuddin Zuhri,
2013: 689).
Dari kisah Umar kita diajarkan agar kita
tidak merampas tempat ibadah agama lain, karena Umar sangat menghargai hubungan
antar agama. Umar juga menjamin keamanan hidup dan kebebasan beribadah bagi
agama lain. Namun kita tetap harus bangga karena salah satu perkataan
Rasulullah yang mengatakan bahwa Konstatinopel akan dapat ditaklukkan oleh umat
Islam benar terjadi. Yang lebih hebat pula bahwa yang memimpin penaklukkan
tersebut adalah seorang anak muda yang sangat cerdas dengan pasukan terbaiknya.
Nama Konstantinopel kemudian diubah menjadi Istanbul yang
berarti kota Islam. Istanbul, kerap dilafalkan Istambul, kemudian sebagai ibu
kota kekalifahan Utsmani hingga kejatuhannya pada 1923. Kota pelabuhan laut ini
menjadi pusat perdagangan utama Turki modern saat ini. Secara geografis,
wilayah Istanbul ‘terbelah’ dua dan masing-masing terletak di Asia dan Eropa.
Berpenduduk hingga 16 juta jiwa, Istanbul adalah salah satu kota terpadat di
Eropa.
Sumber referensi :
bekasi.pikiran-rakyat.com
HUTTON
WEBSTER, PHD, World History Sejarah Dunia
Lengkap
islampos.com
kompas.com
wikipedia.org
0 komentar:
Posting Komentar