Adolf Hitler menjadi salah satu
orang yang percaya pada keyakinan bahwa bangsa Arya umumnya orang Jerman adalah
orang-orang pilihan. Selain itu, Hitler juga
menaruh kebencian pada orang Yahudi sebagai
musuh rasial, perusak kemurnian ras Arya.
Untuk itu, pemusnahan secara massal bangsa Yahudi dilakukan oleh Nazi,
termasuk dengan menebar propaganda untuk memusuhi bangsa Yahudi itu
sendiri.
Alasan lain Hitler sangat
membenci Yahudi disebabkan oleh kematian janggal sang ibu di tangan seorang
dokter Yahudi. Dan orang Yahudi menurut hitler hanya membuat rakyat Jerman sengsara. Dari
pengalaman dan anggapan buruk tersebut, sikap anti Yahudi Hitler pun akhirnya
terpupuk dengan sempurna.
Ketika Nazi berkuasa pada tahun 1933, mereka
mulai melucuti properti, kebebasan, dan hak-hak orang Yahudi. Secara tidak
langsung pemimpin tertinggi Partai Nazi itu
langsung membuat kebijakan untuk menyingkirkan kaum Yahudi. Di seluruh wilayah
yang dikuasai dan dijadikan sekutu oleh Jerman, penganiayaan terhadap kaum
Yahudi terjadi dalam berbagai bentuk:
1.
Diskriminasi hukum dalam bentuk undang-undang antisemitisme : Ini termasuk Undang-Undang Ras Nuremberg dan banyak
undang-undang diskriminatif lainnya.
2.
Berbagai bentuk identifikasi dan pengucilan publik
: Ini termasuk propaganda antisemit, boikot bisnis milik
orang Yahudi, penghinaan publik, dan penandaan wajib (seperti lencana bintang
Yahudi yang dikenakan sebagai ban lengan atau pada pakaian).
3.
Kekerasan terorganisasi : Contoh yang
paling menonjol adalah “Malam Kristal” (Kristallnacht). Ada juga
insiden dan pogrom terpisah
lainnya (kerusuhan dengan kekerasan).
4.
Pemindahan fisik : Para pelaku menggunakan
emigrasi paksa, permukiman kembali, pengusiran, deportasi, dan ghettoisasi
untuk secara fisik menggusur individu dan komunitas Yahudi.
5.
Penahanan : Jerman mulai melakukan penangkapan dan penyiksaan
terhadap orang-orang Yahudi. Para kaki tangan Hitler mulai mengirim orang-orang Yahudi dari Jerman
dan Austria ke Polandia, mereka mengurung orang
Yahudi di tempat isolasi bernama ghetto yang sempit dan tidak nyaman, kamp konsentrasi, dan kamp kerja
paksa, sehingga banyak yang meninggal karena kelaparan, penyakit, dan kondisi
tidak manusiawi lainnya.
6.
Pencurian dan penjarahan yang meluas : Penyitaan properti,
harta benda pribadi, dan barang berharga milik orang Yahudi merupakan bagian
penting dari Holocaust.
7.
Kerja paksa : Orang Yahudi harus melakukan kerja
paksa untuk mendukung upaya perang Kubu Poros atau untuk memperkaya
organisasi Nazi, militer, dan/atau bisnis swasta.
Banyak orang Yahudi
yang tewas akibat kebijakan ini. Kemudian Nazi mulai bereksperimen dengan gas beracun untuk keperluan pembantaian massal.
pada akhir 1939 melalui pembantaian pasien cacat mental
("eutanasia"). Sebagai penghalusan istilah oleh Nazi, "eutanasia" mengacu kepada pembantaian secara sistematis
terhadap orang Jerman yang menurut Nazi “tidak layak hidup” karena cacat mental
atau fisik. Enam instalasi gas didirikan sebagai bagian dari Program
Eutanasia: Bernburg, Brandenburg, Grafeneck, Hadamar, Hartheim, dan
Sonnenstein. Pusat-pusat pembantaian ini menggunakan gas karbon monoksida murni
yang diproduksi secara kimiawi.
Terdapat pendapat
yang mengatakan sebelum tahun 1941, pembantaian massal sistematis terhadap
semua orang Yahudi bukanlah kebijakan Nazi. Pada tahun 1941, para pemimpin Nazi
kemudian memutuskan untuk melaksanakan pembantaian massal terhadap orang-orang
Yahudi Eropa. Nazi memulai kampanye pemusnahan
dengan sungguh-sungguh. Mereka menyebut rencana ini sebagai “Solusi
Akhir untuk Persoalan Yahudi.”
Orang-orang Yahudi semakin
berada di ujung tanduk ketika Jerman menyerang Uni Soviet. Pada 22 Juni 1941,
operasi besar bersandi Barbarossa melibatkan jutaan tentara dan ribuan
alutsista. Serangan itu bukan sekadar operasi militer pada umumnya, tetapi juga
dimaksudkan sebagai perang kehancuran atau Vernichtungskrieg. Ketika
pertempuran berlangsung, angkatan bersenjata Jerman atau Wehrmacht tidak hanya
diwajibkan menyerang dan menguasai sektor-sektor strategis musuh, tetapi juga
menghabisi penduduk Soviet dan Yahudi tanpa pandang bulu untuk mencapai
kehancuran total.
Sejarawan Jerman Jürgen
Förster dalam artikel “The Relation Between Operation Barbarossa As an
Ideological War of Extemination and The Final Solution” yang terhimpun dalam
buku The Final Solution (1994, hlm 85-103) menyebutkan, Operasi Barbarossa
adalah serangan pertama yang menggabungkan strategi militer dan politik rasial.
Jika sukses menyerang
Soviet, maka Hitler dikatakan “killing two birds with one stone”—berhasil
mendapatkan dua kesuksesan dalam sekali bertindak: berhasil meraih Lebensraum
dan sukses mewujudkan cita-cita etnosentrisme. Tidak lama sejak serangan 22 Juni 1941,
pasukan Jerman berhasil menguasai beberapa wilayah strategis. Meski demikian,
Hitler belum puas karena militernya belum melakukan tindakan serius terhadap
orang Yahudi dan komunis. Baginya, mereka tidak berguna dan hanya mengganggu
Jerman. Apalagi menurutnya wanita dan anak-anak Yahudi sama sekali tidak bisa
dimanfaatkan.
Salah seorang pejabat tinggi
Nazi, Herman Wilhelm Göring, langsung bertindak cepat dengan menulis surat
khusus kepada dua orang pemimpin Schutzstaffel (SS) atau organisasi keamanan
Nazi, Reinhard Heydrich dan Heinrich Himmler. Dalam surat yang ditulis pada 31
Juli 1941, Göring meminta kedua rekannya itu untuk segera mengembangkan draf
akhir penyelesaian permasalahan Yahudi.
Menurut sejarawan
Christopher R. Browning dalam “The Euphoria of Victory and the Final Solution”
(1994), perintah ini menjadi pintu gerbang atas dimulainya babak baru dalam
tindakan pengamanan dan pembersihan rasial secara sistematis terhadap bangsa
Yahudi di seluruh daerah yang dikuasai Jerman. Kalimat “Die Endlösung der
Judenfrage” (solusi akhir untuk pertanyaan Yahudi) yang tercantum dalam surat
tersebut sekaligus menandai berakhirnya nasib orang Yahudi Eropa. Artinya,
bayang-bayang kematian mereka sudah di depan mata.
Setelah invasi Jerman ke Uni Soviet pada Juni
1941 dan penembakan massal terhadap warga sipil oleh Einsatzgruppe (unit pembunuh keliling), Nazi
bereksperimen dengan gerbong gas untuk pembantaian massal. Gerbong-gerbong gas
merupakan truk kedap udara di mana silinder pembuangan dari knalpotnya
diarahkan ke bagian dalam kompartemen. Penggunaan gerbong gas dimulai setelah
para anggota Einsatzgruppe mengeluhkan kelelahan fisik setelah berperang dan
beban mental yang ditanggung akibat menembaki wanita dan anak-anak dalam jumlah besar. Pembantaian
menggunakan gas juga terbukti lebih hemat biaya. Einsatzgruppen (unit pembunuh
keliling) menggunakan kamar gas keliling ini untuk membantai ratusan ribu
orang, di mana sebagian besar di antaranya adalah orang-orang Yahudi, Roma (Gipsi), dan para penyandang
cacat mental.
Pada Agustus 1941, Tidak
sedikit dari orang Yahudi yang kabur ke pedalaman Soviet untuk menghindari
pasukan Nazi. Sebagian lagi bernasib lebih nahas. Banyak wanita dan anak-anak
Yahudi ditembak. Bulan-bulan berikutnya target pembasmian semakin meluas, kaum
Gipsi mulai ikut diburu. Mereka mati ditembak, bahkan sebagian dikubur
hidup-hidup. Pasukan Jerman juga melakukan penyiksaan terlebih dahulu sebelum
korbannya tewas.
Pada tahun 1941, SS (Schutzstaffel) menyimpulkan bahwa
mendeportasi warga Yahudi ke pusat-pusat pembantaian (untuk dibantai di kamar
gas) merupakan cara paling efisien untuk mencapai "Solusi Pamungkas". Pada tahun
itu juga, Nazi membuka kamp Chelmno di Polandia. Warga Yahudi dari
wilayah Lodz, Polandia dan Roma dibantai di sana di dalam gerbong-gerbong gas
keliling.
Pada tahun 1942,
pembantaian massal sistematis di kamar-kamar gas permanen (dengan menggunakan
gas karbon monoksida yang dihasilkan oleh mesin diesel) dimulai di Belzec, Sobibor, dan Treblinka, yang kesemuanya
berlokasi di Polandia. Saat "diturunkan" dari kendaraan pengangkut
ternak, para korban diberi tahu
bahwa mereka harus disucihamakan di "ruang mandi." Penjaga Nazi dan
Ukraina kadang-kadang meneriaki dan memukuli korban, yang diperintahkan untuk
masuk ke "ruang mandi" dengan tangan terangkat ke atas agar kamar gas
dapat diisi orang sebanyak mungkin. Semakin sesak kamar gas, semakin cepat pula
korban kehabisan napas.
Nazi terus mencari
cara pembantaian yang lebih efisien. Di kamp Auschwitz di Polandia,
mereka melakukan eksperimen dengan Zyklon B (sebelumnya
digunakan untuk memberantas serangga) dengan membantai 600 tahanan perang Uni
Soviet dan 250 tahanan yang sakit melalui penggunaan bahan kimia ini pada
September 1941. Butiran-butiran Zyklon B berubah menjadi gas yang mematikan
saat terkena udara. Eksperimen ini terbukti sebagai metode tercepat untuk
pembantaian menggunakan kamar gas dan dipilih sebagai cara pembantaian massal
di Auschwitz. Pada puncak deportasi, jumlah orang Yahudi
yang setiap harinya dibantai dengan gas di Auschwitz bisa mencapai 6.000 orang.
Selain itu, Kamp konsentrasi seperti Stutthof, Mauthausen, Sachsenhausen, dan
Ravensbrück, meskipun tidak dirancang secara khusus sebagai pusat pembantaian,
juga dilengkapi dengan kamar-kamar gas. Kamar-kamar gas tersebut berukuran
relatif kecil, yang dibangun untuk membantai para tahanan yang menurut Nazi
"tidak layak" bekerja. Sebagian besar dari kamp tersebut menggunakan
Zyklon B sebagai bahan pembunuh di dalam kamar gasnya.
Para petinggi Jerman bersepakat
untuk membawa orang-orang Yahudi di seluruh Eropa ke kamp kosentrasi di
Polandia untuk dibunuh atau dipekerjakan paksa. Keputusan ini tidak lepas dari
kondisi Jerman dalam peperangan yang sedikit terdesak. Mereka membutuhkan
banyak orang untuk memproduksi senjata, melakukan pengaspalan jalan,
membersihkan ranjau darat, dan lain-lain.
Dalam prakteknya, keputusan
ini juga menyeret kaum Gipsi, homoseksual, disabilitas, penentang rezim, dan
tentara Soviet. Mereka, khususnya orang-orang Yahudi, pada akhirnya dibantai
secara massal. Solusi akhir atas Yahudi benar-benar dilaksanakan secara total
dan matang. Tercatat hampir dua per tiga bangsa Yahudi Eropa atau sekitar enam
juta orang tewas di tangan Nazi Jerman dalam kurun waktu 1933-1945.
Nazi berupaya untuk
menghapus bukti kejahatan mereka, Nazi memerintahkan puluhan ribu tahanan yang
tersisa untuk berbaris ke barat ke kamp konsentrasi lainnya, seperti
Bergen-Belsen, Dachau dan Sachsenhausen. Mereka yang terlalu sakit kemudian berjalan
tertinggal, siapa pun yang tertinggal di barisan itu sendiri dibunuh.
Pada tanggal 27 Januari
1945, pasukan Soviet hanya menemukan beberapa ribu yang selamat ketika mereka
memasuki kamp, bersama dengan ratusan ribu pakaian dan beberapa ton rambut
manusia. Pasukan Soviet harus
meyakinkan beberapa orang yang selamat bahwa Nazi benar-benar pergi.
Itulah sejarah
pembantaian orang-orang yahudi yang dilakukan oleh Nazi Jerman. Mereka dibunuh
dengan cara ditembak, dikubur hidup-hidup bahkan dibunuh menggunakan gas
beracun. Kejadian yang berlangsung ketika Adolf Hitler berkuasa di Jerman, Ia
membunuh setidaknya enam juta orang Yahudi. Pembunuhan yang dilakukan secara
sistematis dan matang. Setelah Holocaust, dunia berjuang untuk menerima realitas yang
mengerikan tentang genosida, untuk mengingat para korban, dan untuk meminta
pertanggungjawaban para pelaku. Upaya-upaya penting ini masih tetap
berlangsung.
Sumber Referensi : bbc.com
encyclopedia.ushmm.org
kompas.com
suara.com
tirto.id
0 komentar:
Posting Komentar