Jika di Jawa bagian barat terdapat Kerajaan Syiwo- Buddha
Padjajaran, maka di Jawa bagian tengah dan timur pada abad 15 terdapat Kerajaan
Syiwo- Buddha Majapahit (1294-1527 M). masa sebelumnya, di Kalingga terdapat
penguasa bernama Ratu Shima. Selain itu juga terdapat dinasti Syailendra
penguasa Medang dengan para rajanya yaitu Sri Indrawarman (752-775 M),
Wisnuwarman (775-782 M), Dharanindra (782-812 M), Samaratungga (812-833 M),
Pramodhawardhani (833-856 M).
Pada masa berikutna Kerajaan Syiwo- Buddha Medang diambil oleh
Sanjaya (732 M) beserta dinastinya yang bertahta di daerah Jawa bagian tengah.
Di antaranya adalah Rakai Panangkaram Panunggalan, Warak, Garung, Patapan,
Pikatan (838-855 M), Kayuwangi (855-885 M), Panumwangan Dyah Dewandra (885-887
M), Gurunwangi Dyah Badra (887 M), Watuhunmalang (894-898 M), Watukura Dyah
Balitung (898-910 M), Daksa (910-919 M), Tulodong (919-921 M), Dyah Wawa
(924-928 M), dan Mpu Sindok (928-929 M).
Pada masa berikutnya, daerah kekuasaan DinastiSanjaya Medang beralih
ke Jawa bagian timur. Para Raja yang berkuasa adalah Mpu Sindok (929-947 M)
hingga Teguh (985-1006 M). dilanjutkan Kerajaan Kahuripan dengan rajanya
bernama Airlangga (1019-1045 M). setelah itu berdirilah Kerajaan Syiwo- Buddha
di Kediri. Rajanya adalh dari Kamesworo (1116-1135 M) sampai Sri Gendra
(1171-1182 M).
Kerajaan Singosari berdiri setelahnya dengan nama Raja pertama
adalaj Ken Arok (1222-1227 M), Anusapati (1227-1248 M), Tohjaya (1248 M), Tanggawuni
(1248-1254 M) dan Kertonegoro (1254-1292 M). setelah Kerajaan Hindu Syiwo-
Buddha Singosari ini, baru kemudian berdiri Kerajaan Syiwo- Buddha Majapahit.
Para Raja yang berkuasa di Kerajaan Syiwo- Buddha Majapahit adalah
Raden Wijoyo/ Diah Sanggromo Wijoyo (1293-1309 M), Joyonegoro (1309-1328 M),
Tribhuwono Wijoyo Tunggadewi (1328-1350 M), Prabu Hayam Wuruk (1350-1389 M),
Wikromo Wardhono (1390-1427 M), Ratu Suhito (1427-1447 M), Dyah Kertowijoyo
(1447-1451 M), Rajasa Wardhono/ Bhre Pamotan (1451-1453 M), Girisho
Wardhono/Bhre Wengker (1456-1466 M), Bhre Pandan Salas (1466-1468 M), Singho
Wardhono (1468-1474 M), Bhre Kertobhumi (1474-1478 M), Njoo Lay Wa (1478-1486
M), dan Girindro Wardhono/Dyah Ronowijoyo (1486-1527 M). (Prof. Dr. Slamet
Mujana, Runtuhnya Kerajaan Hindu- Jawa
dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara)
Dari urutan Raja-Raja Kerajaan Syiwo- Buddha Majapahit di atas,
tampak bahwa antara tahun 1294-1478 M, dari Raden Wijoyo/Dyah Sanggrama Wijoyo
sampai Kertobhumi berkuasa selama 184 tahun. Sedangkan keturunan raden Wijoyo/
Dyah Sanggrama Wijoyo sampai Suhito (1447 M), semuanya adalah anak cucu yang
memerintah secara turun temurun.
Sejak Suhito digantikan oleh Bhre Daha, Raja-Raja yang memerintah
Majapahit tidak berasal dari satu keluarga. Akan tetapi silih berganti yang
berasal dari berbagai keluarga. Terlebih lagi setelah Majapahit runtuh pada
1478 M selama lebih dari 40 tahun (1478-1527 M), terjadi perebutan kekuasaan
tahta di Kerajaan Majapahit, antara dipusat Mojokerto dengan Kediri. Jarak
antara Mojokerto dengan Kediri sekitar 65 km dan ditempuh dengan jalan kaki
sekitar 12 jam.
Sebagaimana diketahui, Kerajaan Hindu Syiwo- Buddha Majapahit
pertama kali berdiri pada tahun 1294 M. setelah selesai penyerangan Wijoyo
terhadap Kerajaan Syiwo- Buddha di Daha Kediri pada tahun 1293 M. hancurnya
Kerajaan Syiwo- Buddha Kediri di bawah kekuasaan Raja Jayakatwang ini, karena
raden Wijoyo memanfaatkan pasukan Tartar dari Mongolia masa Kubilai Khan
(1276-1294 M). (Dr. Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 1)
Demikianlah sekilas dominasi kekuasaan politik di Jawa dalam bentuk
Kerajaan-Kerajaan yang masih bercorak Hindu Syiwo-Buddha. Kejayaan Majapahit
sebagai sebuah Kerajaan bercorak Syiwo- Buddha terjadi di masa Prabu Hayam
Wuruk (1350-1389 M) dengan maha patih terkenalnya bernama Gadjah Mada
(1313-1364 M). menurut dokumen negarakertagama pupuh XIII-XV, wilayah kekuasaan
Majapahit terbentang di Jawa, Sumatera, semenanjung Malaya, Kalimantan,
Sulawesi, kepulauan nusa tenggara, Maluku dan Papua, dan sebagian Filipina.
Selain itu, Majapahit juga berhubungan dengan Champa, Kamboja, siam, Birma
selatan, Vietnam, dan Tiongkok dengan mengirimkan duta-dutanya. Inilah masa
yang sering disebut sebagai masa kejayaan kaum
pagan Syiwo- Buddha Majapahit. .(Op. Cit., Sejarah Nasional Indonesia)
Setelah masa kejayaan Kerajaan Syiwo- Buddha Majapahit, mulailah
kemunduran tampak di masa Prabu Wikromo Wardhono. Oleh karena akibat
perselisihan dengan saudara iparnya bernama Bhre Wirobhumi yang berakibat pada
permusuhan hingga terjadi perang. Perang ini menyebabkan perpecahan Kerajaan
Syiwo- Buddha Majapahit di Jawa menjadi dua bagian, yaitu Majapahit barat di
bawah kekuasaan Wikromo Wardhono dan Majapahit timur di bawah kekuasaan Bhre
Wirobhumi. Pembagian Kerajaan Syiwo- Buddha Majapahit menjadi 2 ini berarti
juga pemecahan kekuatan pasukan dan wilayah kekuasaan. (Prof. Dr. Slamet
Mujana, Runtuhnya Kerajaan Hindu- Jawa
dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara)
Perang antara Wikromo Wardhono dengan Bhre Wirobhumi ini dinamakan
perang Paregreg (1401-1405 M), karena selama perang saudara ini berlangsung, terjadi saling tarik ulur
antara bangsawan keluarga Majapahit dengan selang waktu dan bentuk pertempuran
yang tersendat-sendat.
Dalam pertempuran yang sengit itu, sekitar 170 orang prajurit Islam
utusan kaisar Tiongkok China yang dibawa laksamana Cheng Ho yang sedang berada
di blambangan ikut terbunuh karena salah paham. Prabu Wikromo Wardhono kemudian
mengirim utusan untuk meminta maaf kepada kaisar cina. Kaisar Tiongkok China
menyayangkan peristiwa itu, lalu meminta ganti rugi sebesar 60.000 tail emas.
Akan tetapi Prabu Wikromo Wardhono hanya mampu membayar 10.000 tail emas.
Sedangkan sisanya yang jauh lebih besar mencapai 50.000 tail emas dibebaskan
oleh Kaisar Tiongkok Cina.
Pada akhirnya, dalam perang Paregreg ini Bhre Wirobhumi mengalami
kekalahan. Ia melarikan diri dengan naik perahu di malam hari, akan tetapi
diburu oleh Bhre Narapati. Setelah ditangkap, kepala Bhre Wirobhumi dipenggal
oleh Bhre Narapati lalu dibawa ke Majapahit. Kepala Bhre Wirobhumi kemudian
dibuatkan candi di Lung. Candi makamnya disebut Gisapura. Peristiwa
dipenggalnya kepala Bhre Wirobhumi ini terjadi pada 1433 M.
Perang paregreg bukanlah satu-satunya perang saudara sepeninggal
Patih Gadjah Mada. Bahkan, perang Paregreg inilah awal dari rentetan berbagai
peperangan berikutnya. Putra Bhre Wirobhumi bernama Bhre Dahadari Kediri
menuntut balas atas kmatian ayahnya. Pada tahun 1437 M dalam masa kekuasaan
Dewi Suhito, Bhre Daha berhasil mendirikan pemerintahan saingan. Setelah
mangkatnya Dewi Suhito tahun 1447 M, peperangan antar keturunan Majapahit
semakin menjadi-jadi dan saling merobohkan. Bahkan pernah terjadi masa kosong
kekuasaan antara 1453-1456 M (1375-1478 Saka). (Prof. Dr. Slamet Mujana,
Runtuhnya Kerajaan Hindu- Jawa dan
Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara)
Girisha Wardana/Bhre Wengker juga dikenal Hyang Purwowaseso
memerintah hanya 10 tahun (1456-1466 M). Bhre Pandan Salas bahkan hanya 2 tahun
(1466-1468 M) karena harus meloloskan diri dari keraton. Sedangkan Singho
Wardhono memerintah selama 6 tahun (1468-1474 M) dan mangkat dalam Pura. Selanjutnya
Bhre Kertobhumi yang dikenal sebagai ayah Sultan Fattah memerintah hanya 4
tahun (1474-1478 M). kemudian dilanjutkan Njoo Lay Wa selama 8 tahun (1478-1486
M).
Demikianlah keadaan Kerajaan Syiwo- Buddha Majapahit yang terus
menerus terjadi pertikaian dan perang antar keluarga bangsawan demi merebut
kekuasaan. Oleh karena masing-masing pihak merasa sebagai pewaris tahta
Kerajaan yang sah. Diawali dengan perang paregreg, ditinjau dari segi politik
dan ekonomi telah membawa Kerajaan Syiwo- Buddha Majapahit ke dalam jurang
kehancuran. Akibatnya daerah-daerah yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan
Majapahit melepaskan diri dari ikatannya. Dalam keadaan seperti itulah
perkembangan dakwah Islam oleh wali songo semakin dipercepat dimasa berikutnya,
untuk semakin memperluas pengaruhnya sebagai persiapan bagi berdirinya
kesultanan Islam Demak.
Sumber : Buku Wali Songo, Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa Karya Ustadz Rachmad Abdullah, S.Si, M.Pd
0 komentar:
Posting Komentar