DINASTI MING
CINA ABAD 15 dan LAKSAMANA CHENG HO
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa berdirinya
kekuasaan politik Islam di nusantara dipengaruhi juga oleh kekuasaan politik
Islam di China. Khususnya saat kekuasaan di China beralih ke dinasti Ming yang cenderung
membela Islam. Saat itu laksamana Cheng Ho (Zheng He) ditugaskan ke berbagai
negeri untuk membawa pesan perdamaian antara tahun 1405-1433 M.
Menurut catatan Ma Huan menyebutkan, “apabila ada kapal luar negeri menuju Jawa, umumnya mereka berlabuh
secara berturut-turut di Tuban,gresik, suroboyo, dan Mojopahit (Trowulan)”. Di
kerajaan Majapahit terdapat pedagang muslim yang datang dari Arab. Di samping
itu, ada perantara Tionghoa yang berasal dari Zhengzhou, Quanzhou, dan propinsi
Guangdong (tiongkok selatan). Kebanyakan mereka adalah muslim. (Prof. Kong
Yuanzhi, Muslim Tionghoa Cheng Ho)
Bahkan pada tahun 1411 M seorang pejabat China di Gresik mengirimkan
utusan yang membawa surat menuju kerajaan kaisar di China. Utusan tersebut juga
membawa bulu bhakti glondhong pengareng-areng, guru bakal guru dadi, peni-peniu raja
peni dan mas picis raja brana. Dengan demikian, saat itu terjalin hubungan
antara Tiongkok China, Champa dengan Majapahit sebagaimana yang pernah terjadi
di masa sebelumnya. Bahkan putri China yang dihadiahkan kepada Bhre Kertobhumi
yang kemudian melahirkan sultan Fattah, hampir dapat dipasstikan adalah
bangsawan Tiongkok China di masa setelah laksamana Cheng Ho ini.
Selain itu, dari catatan Ma Huan menunjukkan betapa nusantara saat
itu telah menjadi bagian pusat pelayaran dan perdagangan internasional yang
menghubungkan berbagai suku bangsa untuk saling mengenal, meskipun pada awalnya
berbeda bahasa dan peradaban. Jalur pelayaran dan perdagangan di Asia ini
menghubungkan antara bangsa Arab, India, Afrika Utara, Melayu, dann China.
Di Jawa terdapat kerajaan Syiwo- Buddha Majapahit yang pengaruh
kekuasaannya sampai ke kerajaan Champa. Di kerajaan inilah terjadi hubungan
pernikahan antar keluarga para bangsawan kerajaan. Ketika raja Champa mendapat
hidayah untuk masuk Islam, dari Champa ini pula cahaya penyebaran Islam semakin
bersinar di tanah Jawa pada awal abad ke-15 M.
NEGERI CHAMPA DI
AWAL ABAD KE-15 M
Sebuah wilayah yang memiliki peran besar dalam penyebaran Islam di
tanah Jawa sejak awal abad ke-15 M adalah negeri Champa (Campa/Cam
Pha/Cempa/Cempo). Oleh karena seorang bernama Ibrahim Asmarakandi telah
berhasil mengajak raja Champa masuk Islam lalu menikahi putrinya. Sedangkan
putri raja yang lebih muda, bernama Dworowati (Andorowati) di ambil sebagai
permaisuri oleh kerajaan Majapahit. Kerajaan Champa pada saat itu memang tunduk
di bawah kerajaan Majapahit dengan rajanya saat itu bernama Wikromo Wardhono.
Ibrahim Asmarakandi memiliki murid bernama ki Dampu Awang, seorang
saudagar kaya dari Champa. Istrinya bernama Nyai Roro Rudo, kakak Ki Gedeng
TopoJumajan Janti, penguasa pantai Cirebon. Hasil pernikahan Ki Dampu Awang dengan
Nyai Roro Rudo adalah seorang putri bernama Nyai Aciputih yang kemudian
diperistri oleh Prabu Siliwangi. Pasangan Prabu Siliwangi dan Nyai Aciputih
memiliki putri bernama Nyai Lara Bedoyo yang dibawa kakeknya, Ki Ampu Awang ke
Champa, untuk belajar Islam kepada Ibrahim Asmarakandi.
Tentang letak negeri Champa, pendapat terkuat adalah apa yang
ditulis oleh Ma Huan dan Fei Xin. Oleh karena keduanya pernah mengarungi
samudera luas bersama perjalanan Muhibah Laksamana Cheng Ho pada tahun 1407 M,
masih dalam satu masa dengan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Dalam perjalanan itu
Ma Huan menuliskan petualangannya dalam buku berjudul Ying Ya Sheng yang berart pemandangan indah di seberang samudera.
Champa yang telah dikunjungi sebanyak 7 kali ini adalah sebuah
tempat yang terletak di seberang laut sebelah propinsi Guangdong (Tiongkok
Selatan). Nama ibukotanya adalah Campapura yang di dalamnya terdapat istana
raja. Di sebelah barat Champa terdapat kerajaan Kamboja dan di sebelah barat
daya berbatasan dengan Laos dan di sebelah timur laut terdapat laut besar. (Prof.
Kong Yuanzhi, Muslim Tionghoa Cheng Ho)
Dengan demikian, negeri Champa merupakan suatu kawasan yang terletak
di daerah Indocina ataupun Hindia Belakang.tempat itu merupakan kawasan di
sebelah timur Kamboja, di teluk Siam, yaitu kawasan Anam berdekatan dengan Siam
atau Muang Thai. Lebih tepatnya lagi bagian tengahnya Negara Vietnam sekarang.
(Widji Saksono, Mengislamkan Tanah Jawa)
Menurut Sejarah Melayu bab
21 menceritakan secara ringkas tentang kerajaan Champa. Di kerajaan ini, para
penduduk tidak memakan daging sapid an tidak menyembelih sapi. Ini jelas
menunjukkan bahwa mereka menganut Hindu atau Buddha. Semula kerajaan Champa
takluk kepada raja Bathara dari kerajaan Hindu Syiwo- Buddha- Islam Majapahit.
Raja Champa yang terakhir adalah Pau Kubah, yang menikah dengan putri dari
Lakiu. Padahal raja kerajaan Kuci (Koci) meminang salah seorang putri mereka,
akan tetapi pinangannya ditolak.
Akhirnya kerajaan Champa diserang raja Koci dan mengalami
kehancuran. Pau Kubah gugur dalam perang
ini. Sedangkan dua putranya yang bernama Pau Liang dan Indra Berma
berhasil meloloskan diri. Pau Liang melarikan diri ke Aceh sedangkan Indra
Berma bersama istrinya yang bernama Keni Mernam melarikan diri ke Malaka, lalu
masuk Islam di bawah suaka perlindungan sultan Mansur (1458-1477 M). Kerajaan
Champa diserang raja dari Annam bernama Le Nhantong pada tahun 1446 dan
berhasil dikuasai sepenuhnya oleh orang-orang Annam (Vietnam) pada tahun 1471
M.(Th. G. Th. Pigeud, Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa,)
Pembahasan tentang negeri Champa menunjukkan arti penting peranannya
dalam proses penyebaran Islam di Jawa. Kerajaan Champa yang saat itu masih
bercorak Hindu Syiwo- Buddha telah lama tunduk di bawah kekuasaan kerajaan
Syiwo Buddha Majapahit masa Prabu Hayam Wuruk dengan Patihnya yang terkenal
bernama Gajahmada. Sebagai bentuk persahabatan, pada masa Wikromo Wardhono
bernama Bhre Kertobhumi (Brawijoyo V). tidak lain Brawijoyo V ini adalah ayah
Sultan Fattah.
Setelah masa itu, raja Champa masuk Islam melalui Ibrahim
Asmarakandi. Meskipun putri raja Champa yang bernama Dworowati diambil sebagai
permaisuri Majapahit, adik dewi Dworowati yang bernama Dewi Candrawulan masuk
Islam dan dinikahi oleh Ibrahim Asmarakandi sebagai istri kedua.
Dari pernikahan ini, lahirlah Raden Santri (Ali Musada) dan Raden
Rahmat (Ali Rahmatullah, Sunan Ampel). Raden Santri memiliki putra bernama
Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri. Sedangkan Raden Rahmat memiliki putra bernama
Makhdum Ibrahim (Sunan Mbonang) dan Maseh Munat (Sunan Drajat).
Raden Santri dan Raden Rahmat menuju Jawa bersama Abu Hurereh, putra
sulung raja Champa, untuk menemui saudara ibunya yang bernama Dwi Dworowati di
Majapahit. Bertiga singgah di pelabuhan Tuban dan menjadi pecat tandha si Syahbandar, sebuah jabatan yang setara dengan
adipati, penguasa kadipaten.
Dengan berita di atas, dapat dijelaskan bahwa ketika kerajaan Champa
ditaklukkan oleh kerajaan Koci, Raden Rahmat telah berada di Ampel Dento. Dari
Sunan Ampel berlanjut ke Sunan Mbonang, Sunan Drajat yang bersahabat dengan
Sunan Giri dan seperjuangan pula dengan Sunan Kudus, Sunan Kalijogo, Raden
Patah, Sunan Gunung Jati, dan yang lainnya.
Dari para wali pemula inilah kelak Islam tersebar dengan begitu
cepatnya hingga berhasil mendirikan kerajaan Islam Demak pada tahun 1482 M/1404
C. di bawah kepemimpinan raja Islam Sultan Fattah, kejayaan Islam di Jawa
mencapai puncaknya. Pada tahun 1511 M Portugis menguasai Malakadan hendak
memperluas pengaruh imperialismenya dengan menguasai sunda Kelapa. Pada masa
Sultan Trenggono, Portugis dapat dihancurkan oleh Fatahillah pada 22 juni 1527
M.
Bangsa Portugis dan Spanyol inilah perintis pertama jalan masuknya penjajahan kolonialisme dan imperialism bangsa Eropa di nusantara hingga kedatangan Belanda, Prancis, maupun Inggris dimasa berikutnya.
KERAJAAN KATOLIK
PORTUGIS DAN SPANYOL DI EROPA ABAD 15
Di Eropa, jauh sebelum terjadinya peperangan antara pasukan Portugis
dan Spanyol melawan pasukan Islam di Malaka tahun 1511 Mdan di Minahasa
nusantara, di semenanjung Iberia telah berdiri pemerintahan Islam antara tahun
711-1492 M. awalnya salah seorang panglima terkenal khilafah Umayyah bernama
Thariq bin Ziyad, memimpi pasukan Islam melawan pasukan katolik dari kalangan
Visigoth dalam pertempuran Guadalete, Thariq bin Ziyad bersama pasukan Islam
berhasil menguasai semenanjung Iberia, mencakup wilayah Spanyol dan Portugis.
Akan tetapi di Spanyol pada 1236 M, benteng terakhir umat Islam di
Granada jatuh ke tangan Fernando III dari Kastilia. Sampai pada tahun 1492 M Los Reyes Catolicos (kerajaan katolik
Spanyol) melalui Fernando II dari Aragon dan Isabel I dari Kastilia akhirnya
berhasil menguasai wilayah Islam kembali dan memaksa umat Islam agar masuk
katolik. Jika tidak bersedia, umat Islam diusir dari Spanyol tanpa membawa
putra-putri mereka. Akibatnya banyak yang tidak sanggup meninggalkan
putra-putrinya. Jika tidak mau juga hengkang dari Spanyol, umat Islam akan
dibakar hidup-hidup (Autadafe). (Dr.
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 1)
Pada akhir abad 15, tepatnya 7 juni 1494 M, Paus Alexander VI telah
membuat perjanjian Tordesillas Spanyol. Perjanjian antara kerajaan katolik
Portugis dan kerajaan katolik Spanyol ini menandai awal mula lahirnya
imperialism barat. Dalam perjanjian ini, paus Alexander VI memberi kewenangan
kepada kerajaan katolik Portugis untuk menguasai dunia belahan timur.
Sebaliknya, kepada kerajaan katolik spanyoldiberi kewenangan untuk menguasai
dunia belahan barat.
Paus Alexander VI membenarkan imperialisme dengan tujuan 3-G yaitu
gold (menguasai kekayaan alam), Gospel (menyebarkan ajaran katolik), dan Glory
(mencapai kejayaan). Seluruh bangsa selain Negara Vatikan yang tidak beragama
katolik dipandang sebagai bangsa biadab. Wilayahnya dinyatakan sebagai terra nullius (wilayah kosong tanpa
pemilik). Mereka juga menyalakan semangat Reconquista,
yaitu penaklukkan wilayah-wilayah Islam diseluruh dunia. (Dr. Ahmad Mansur
Suryanegara, Api Sejarah 1)
Sebagai realisasi pelaksanaan perjanjian teordesilas, Portugis mulai
melakukkan pelayaran ke arah timur. Pada tahun 1497 M Portugis menguasai Goa
India, yang berakibat runtuhnya kekuasaan politik Hindu dan Buddha di India
selatan. Pada tahun 1511 M, Alfonso Albuquerque merebut kerajaan Islam Malaka
dari Sultan Mahmud. Pada tahun 1522 M Portugis berusaha menguasai Sunda Kelapa
di Jawa dengan diawali membuat perjanjian kerja sama dengan kerajaan Syiwo-
Buddha Padjajaran. Akan tetapi, pada 22 juni 1527 M pasukan Portugis berhasil
dihancurkan Fatahillah.
Memperhatikan peta kekuatan politik, ekonomi, dan peradaban dunia di
beberapa benua menjelang abad 25, menunjukkan bahwa hegemoni kekuasaan politik
internasional telah didominasi oleh peradaban Islam, katolik, Hindu, dan
Buddha. Peradaban Islam berkuasa di Asia tengah, yaitu khilafah abbasiyah, di
Eropa barat berpusat di cordova dan Andalusia, di Asia timur ada dinasti Jengis
Khan dan Dinasti Ming China, sedangkan di Afrika Utara adalah kekuasaan Islam
di Mesir. Sedangkan dominasi kekuatan politik Hindu dan Buddha berada di India
dan nusantara.
Adapun peradaban Kristen katolik mendominasi benua Eropa yang
berpusat di Vatikan Roma di Eropa barat dan katolik ortodoks di Konstatinopel
Eropa Timur. Hingga pada akhirnya, ditahun 1453 M Konstatinopel jatuh ditangan
Sultan Muhammad Al-Fatih, sebagai tanda semakin kuatnya dominasi politik Islam
khilafah Turki Utsmani. Pengaruhnya pun hingga ke Jawa, karena adalam waktu
yang hampir bersamaan berikutnya, berdiri pula kerajaan Islam Demak di Jawa
tahun 1482 M, dengan selisih 29 tahun.
Sumber : Buku Wali Songo, Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa Karya Ustadz Rachmad Abdullah, S.Si, M.Pd
0 komentar:
Posting Komentar