Lembah-lembah
yang dialiri air dengan baik dan menghasilkan panen berlimpah seperti lembah
Nil dan Eufrat mendorong kehidupan agricultural. Gandum, barley, dan millet
adalah tanaman pangan pertama yang ditanam di Mesir atau Babylonia. Ada alasan
bagus untuk mempercayai bahwa tanaman
sereal paling penting ini, bersama dengan hewan ternak, diperkenalkan ke Eropa
Neolhitikum dari Timur Dekat. Semua metode pertanian digamarkan untuk kita di
monumen monumen Mesir. Kita menandainya sebagai petani ketika ia mengolah tanah
dengan cangkul atau membajak alur dangkal dengan tongkat berujung tajam. Kita
melihat domba sedang digiring melintasi ladang-ladang yang sedang ditanami untuk
menginjak-injak benih ke dalam tanah yang lembab. Kita melihat para pekerja
dengan sabar mengumpulkan hasil panen dengan menggunakan sabit dan kemudian
dengan alat pukul berat memisahkan kulit dari butir-butir biji. Walaupun metode
mereka tampak kikuk, para petani kuno menghasilkan panen yang berlimpah. Tanah
Mesir dan babylonia tidak hanya menopang populasi yang padat, tetapi juga
menyuplai makanan untuk Negara-negara tetangga. Dua wilayah ini adalah lumbung
pangan di Timur Dekat.
Tukang besi, tukang kayu, pemotong
batu, tukang tenun, pembuat gerabah, pembuat gelas, dan pengrajin gading, emas
dan perak ditemukan disetiap kota Oriental. Hasil dari pengrajin kuno ini
sering menunjukan keterampilan luar biasa. Kain linen Mesir sungguh indah dan
transparan sehingga dijuluki “udara yang dirajut.” Gelas Mesir, dengan deretan
corak warna yang berbeda, sangat dihargai. Karpet, dan permadani babylonia
memiliki reputasi tinggi karena keindahan desain dan warnanya.beebrapa seni
industrial yang dipraktekan ribuan tahun yang lalu telah dihidupkan kembali di
jaman modern.
Perkembangan seni dan kerajinan menjadi
penting bagi para pedagang untuk mngumpulkan produk-produk manufaktur dimana
produk-produk ini siap dibeli dan dijual. Kota-kota Babylonia menjadi pasar
yang tumbuh pesat. Kerjasama antar pedagang sudah menjadi hal biasa. Kita
bahkan belajar tentang perusahaan-perusahaan dagang yang sama sekali berbeda
dari perusahaan-perusahaan sekarang. Sungguh, kehidupan bisnis di Babylonia
terlihat cukup modern.
Uang logam pertama kali beredar
dalam bentuk cincin dan batangan. Orang-orang Mesir menggunakan kepingan kecil
emas atau disebut “sapi emas” karena sekeping emas ini memiliki nilai sama
dengan harga seekor sapi dewasa. Mereka harus menimbang uang logam kapan saja
pembelian terjadi. Gambaran umum yang terlihat pada monumen-monumen Mesir
adalah gambar penimbang dengan alat timbangnya. Kemudian muncul uang logam
dengan gambar disertai nilai nyata dan beratnya. Langkah selanjutnya adalah
mata uang yang tepat, dimana pemerintah menjamintidak hanya erat koin tetapi
juga kemurnian logam. Penghargaan perlu diberikan kepada penemu uang logam
yaitu orang-orang Lydia di Asia Kecil, yang negaranya mendapat pasokan
logam-logam mulia secara melimpah. Raja Lydia mulai menggunakan uang koin di
awal abad ke delapan sebelum Masehi. Orang-orang Yunani yang merupakan tetangga
orang-orang Lydia dengan cepat mengadopsi seni uang koin dan memperkenalkan
uang koin ini ke Eropa.
Penggunaan
uang sebagai media pertukaran secara alami menciptakan system perbankan. Sebuah
rumah bank besar, yang didirikan di Babylonia sebelum pemerintahan Sennacherib,
melakukan operasinya selama beberapa abad. Ratusan dokumen hukum milik
perusahaan ini telah ditemukan di dalam gentong-gentong gerabah besar yang
berfungsi sebagai kotak penyimpanan. Kuil-kuil di Babylonia juga menerima uang
seabgai deposit dan meminjamkan uang tersebut, seperti yang dilakukan oleh
bank-bank modern saat ini. Cara bisnis dan alat-alat kredit Babylonia menyebar
melalui Asia Kecil ke Yunani dan kemudian masuk ke Negara-negara Eropa lainnya.
RUTE
PERDAGANGAN DAN KOMERSIAL
Perdagangan, yang selalu menjadi
alat yang memungkinkan bangsa-bangsa yang berbeda saling mengenal dan
memengaruhi, di masa awal terpajan pada banyak bahaya. Suku-suku liar dan
gerombolan-gerombolan perampok memenuhi jalan dan mengharuskan pengelana selalu
waspada terhadap serangan suku liar dan perampok ini. Perjalanan melalui laut
juga sangat berbahaya. Perahu-perahu berukuran kecil dan mudah terbalik di
cuaca buruk. Dengan sebuah perahu dan beebrapa pendayung, perjalanan terasa
sangat lambat. Tanpa kompas atau peta, navigator jarang berani masuk ke lautan
lepas, ia selalu berusaha sedekat mungkin dengan pantai, matanya selalu waspada
dengan bajak laut yang mungkin ingin menguasai perahu dan menjadikan mereka
budak. Terlepas dari resiko-resiko ini, manfaat perdagangan asing begitu besar
sehingga banyak hubungan tercipta di antar Negara-negara Oriental.
Orang-orang Mesir, pioneer dibegitu
banyak bidang aktivitas kemanusiaan, dipercaya telah membuat kapal yang bisa
mengarungi lautan. Di awal abad ketiga belas sebelum masehi, mereka mulai
mengarungi bagian timur Mediterania dan melakukan perdagangan dengan Siprus dan
Crete, yang letaknya hampir berhadapan dengan mulut sungai Nil, kapal-kapal
Firaun dikatakan ebrlayar mengarungi Laut Merah.
Kota-kota di lembah Tigris-Eufrat
berada dilokasi yang cocok untuk perdagangan, baik melalui darat maupun laut.
Jarak terpendek melalui laut di India mengitari pantai selatan Iran dan, dengan
melewati teluk Persia, sampai ke lembah dua sungai. Tidak kalah penting adalah
jalan daratan untuk karavan dagang dari India dan China. Jalan-jalan ini menuju
Babylonia dan Nineveh dan kemudian ebrpencar ke arah barat menuju Asia Kecil,
Syria, Phoenicia, Palestina, dan Mesir. Semua rute ini telah menjadi arteri
perdagangan dari masa prasejarah. Banyak dari jalan ini masih digunakan saat
ini.
Bangsa Semit, Phoenicia, sudah biasa
mengarungi laut Mediterania sekitar 1000
S.M. rute perairan Phoenicia segera meluas hingga ke Siprus kemudian ke Crete, lalu ke pulau
Aegean, dan akhirnya ke pantai-pantai Laut Hitam.ketika orang-orang Phoenicia
di usir dari wilayah-wilayah ini oleh kekuatan Negara-negara Yunani yang
bertambah kuat, mereka berlayar lebih jauh ke barat dan mendirikan pos
perdagangan di Sisilia, Sardinia, Afrika Utara, dan Spanyol. Akhirnya mereka
melewati selat Gibraltar masuk ke Atlantik dan sampai ke pantai-pantai barat
Eropa dan Afrika.
Orang-orang Phoeniciab memperoleh
sejumlah besar aneka produk sebagai hasil dari perjalanan dagang mereka.
Tambang di Spanyol menghasilkan besi, timah dan perak. Timah, yang sangat
berharga karena kegunaannya dalam membuat perunggu, tampaknya telah dibawa dari
bagian barat daya Inggris (Cornwall), dimana tambang-tambang logam ini masih
produktif. Dari Afrika dihasilkan gading , bulu burung onta , dan emas; dari
Arabia, yang juga dikunjungi oleh orang-orang Phoenicia, dihasilkan parfum dan
rempah-rempah bernilai tinggi. Komoditas-komoditas ini siap dijual ke seluruh
Timur Dekat. Sementara itu produk-produk lainnya diimpor secara langsung masuk
ke Phoenicia yang tumbuh pesat. Karpet dan peralatan dari kaca yang luar biasa
indah, karya perak dan perunggu yang artistik, dan kain-kain ungu cantik yang
dihasilkan di pabrik-pabrik di Phoenicia di ekspor ke seluruh bagian dunia.
Orang-orang Phoenicia adalah pelaut
pemberani. Ebebrapa perjalanan jauh mereka masih tersimpan dalam sejumlah
catatan. Kita tahu dari perjanjian lama bahwa mereka telah mengarungi Laut
Merah dan Samudra Hindia dan membawa emas Ophyr, “empat ratus dua puluh talen,”
untuk Solomon. Bahkan ada cerita tentang orang-orang Phoenicia yang dengan
petunjuk seorang raja Mesir, mengeksplorasi pantai timur Afrika, mengitari
tanjung harapan, dan setelah tiga tahuntidak berlayar, mereka kembali ke Mesir
melalui Selat Gibraltar. Cerita yang lebih hebat mungkin cerita tentang
perjalanan laut Hannon, seorang laksamana Carthaginian.
Kita
masih memiliki terjemahan bahasa Yunanib dari buku perjalanan Laksamana Hannon
yang sangat menarik ini. Buku ini menggambarkan sebuah ekspedisi yang dilakukan sekitar 500 S.M.
sepanjang pantai barat Afrika. Para
penjelajah ini tampaknya telah mengarungi laut sejauh teluk Guinea. Hampir dua
ribu tahun telah berlalu sebelum para pelaut Portugis melakukan perjalanan laut
serupa menuju Benua Hitam.
Kemanapun
orang-orang Phoenicia pergi, mereka mendirikan pemukiman.sebagian besa
pemukiman ini berupa pos-pos perdagangan yang memiliki banyak gudang untuk
menyimpan barang-barang. Disini orang-orang pribumi yang pemalu datang untuk
menukarkan barang mentah mereka dengan produk-produk jadi, seperti kain,
peralatan, senjata, anggur dan minyak yang dibawa oleh orang-orang asing dari
timur. Pemukiman Phoenicia kadang-kadang tumbuh menjadi kota besar. Gades di
Spanyol selatan, yang merupakan koloni terjauh mereka, masih bertahan hingga
saat ini sebagai kota Cadiz, salah satu dari kota-kota tertua di Eropa.
Charthage, yang didirikan di Afrika Utara oleh para kolonis dari Tyre, menjadi
kota perdagangan di Mediterania barat. Sejarah Carthaginian, sebagaimana yang
kita ketahui, memiliki banyak titik kontak dengan orang-orang Yunani dan Roma.
0 komentar:
Posting Komentar