Indonesia merupakan negara yang
menakjubkan, mulai dari keindahan alam, keanekaragaman suku, kekayan alam,
bahkan hingga misteri Indonesia yang masih menjadi perdebatan. Misteri tentang
Indonesia diantaranya adalah tentang pernyataan Arysio Santos, profesor teknik nuklir dari
Universitas Federal Minas Gerais Brazil yang mengatakan bahwa Indonesia adalah
atlantis yang hilang. Selain itu, KH. Fahmi Basya seorang perintis
Dzikru Lil Alamien (DLA) juga mengatakan bahwa Indonesia adalah negeri Saba
pada masa Nabi Sulaiman, serta beberapa peneliti yang mengatakan bahwa
Indonesia adalah peradaban tertua setelah ditemukannya situs di Gunung Padang.
Penemuan Situs Gunung Padang di
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, cukup mengejutkan berbagai kalangan masyarakat,
khususnya para peneliti arkeologi. Pasalnya, berdasarkan penelitian, situs ini
diperkirakan berusia sekitar 13.000 tahun SM. Jika memang situs di Gunung padang
berusia hingga 13000 tahun SM, maka hal ini dapat mengubah peta peradaban
dunia. Pasalnya, peradaban Mesopotamia dan Pyramid Giza di Mesir, yang selama
ini dipercaya sebagai peradaban tertua di dunia. Perkiraan usia Piramida di
Mesir adalah 2500-3000 tahun SM, dan peradaban Mesopotamia sekitar 3000-4000
tahun SM. Kedua peradaban ini di anggap sebagai peradaban tertua hingga saat
ini, dan jika memang usia situs Gunung Padang adalah sekitar belasan ribu tahun
lalu tentu peradaban tertua berada di Indonesia.
Penelitian mengenai Situs Gunung
Padang dilakukan sejak November 2011. Setelah diteliti selama hampir dua tahun,
diketahui bahwa Situs Gunung Padang bukanlah sebuah situs yang sederhana,
melainkan sebuah monumen yang sangat besar. Situs ini diperkirakan luasnya
mencapai 10 kali luas Candi Borobudur di Jawa Tengah. Koordinator Tim Peneliti
Mandiri Terpadu Gunung Padang, Prof. Danny Hilman Natawidjaja mengatakan,
berdasarkan penelitian yang dilakukan selama ini terlihat bahwa susunan batu
pada Situs Gunung Padang sudah cukup maju.
Susunan batu tersebut mirip dengan teknologi Situs Machu Pichu di Peru. Menurut Danny, yang lebih mengejutkan dari penemuan Situs Gunung Padang ini yaitu umur susunan batu yang berbeda-beda dari setiap lapisannya. Lapisan teratas berumur lebih muda, yaitu 500 tahun Sebelum Masehi, ada pula lapisan yang berumur 7.000 tahun Sebelum Masehi. Bahkan, jika dihitung hingga lapisan terbawah, Situs Gunung Padang diperkirakan usianya sekitar 13 ribu tahun.
Hasil pengeboran tim Peneliti
Bencana Katastropik Purba (BKP) menunjukkan pada kedalaman hingga 20 meter
ditemukan jejak hasil buatan manusia. Situs megalitik Gunung Padang di Cianjur,
yang diperkirakan dibangun pada 1500-1000 sebelum masehi, adalah situs
megalitikum terbesar di Asia Tenggara dan merupakan contoh bangunan masa
prasejarah punden berundak dalam skala besar.
Megalitikum
adalah suatu kebudayaan yang terutama menghasilkan bangunan-bangunan dari
batu-batu besar. Batu-batu tersebut diratakan secara kasar untuk mendapatkan
bentuk yang diinginkan. Menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden
berundak, dan arca adalah berbagai hasil terpenting dari kebudayaan
megalitikum. Situs Gunung Padang, yang ditemukan pada 1979 oleh penduduk
setempat, dinilai memiliki informasi luar biasa mengenai peradaban Indonesia
ribuan tahun lalu.
Situs megalitikum Gunung Padang tidak dibangun pada satu era. Tapi
struktur tersebut dibangun berkelanjutan dalam tiga masa dari 8.000 SM hingga
1.000 SM. Lapisan tertua yang berusia 10 ribu tahun tertimbun di bawah
tanah. Sementara lapisan termuda berusia 3.000 tahun. Peneliti menyebut anehnya
struktur bangunan candi ini seperti sengaja disamarkan. Seperti sengaja
ditimbun menggunakan tanah dan didirikan megalith sederhana di atasnya. Penelitian tersebut juga mengungkap kalau mereka telah melakukan berbagai studi untuk
membuktikan bahwa ada struktur dibawah situs megalitikum itu. Studi
melibatkan berbagai ahli studi yang lengkap. Mereka juga sudah
melakukan enam pengeboran sedalam 30 meter dan penggalian 11 meter.
Diyakini,
bangunan tersebut dahulunya adalah tempat peribadahan zaman kerajaan Pajajaran.
Hasil pengeboran tim Peneliti Bencana Katastropik Purba (BKP) menunjukkan pada
kedalaman hingga 20 meter ditemukan jejak hasil buatan manusia. "Dicurigai
ada tiga titik dimana ada ruangan yang kemungkinan berisi dokumen. Salah
satunya berukuran hingga 10 kali 20 m. Dari hasil pengeboran 1-20 m kami melakukan
tes carbon dating yang menunjukkan pondasi telah ada sejak tahun 4700 sebelum
masehi, " kata Dr. Danny Hilman dari Geotek, LIPI.
Selain
Dr. Danny, Ketua Exploration Think Tank Indonesia (ETTI), Dr. Andang Bachtiar,
mengatakan memang terdapat harta karun yang tersimpan di situs tersebut.
"Ilmu adalah harta karunnya. Kita dibilang masih zaman batu saat zaman
kekaisaran Romawi. Katanya baru setelah letusan Krakatau di abad IV, masyarakat
kita menetap dan membuat kerajaan. Masa sih sebelum itu tidak ada apa-apa ,
" kata Dr Andang.
Kemungkinan besar bencana besar masa lalu yang menyebabkan peradaban
prasejarah Indonesia terus-terusan musnah. Hipotesisnya adalah, ketika ada
peradaban dan sudah maju, dihajar oleh bencana tsunami atau gunung meletus
sehingga peradaban tersebut musnah, maka muncul kembali dan mulai dari nol kemudian hal serupa terjadi
lagi. Hal ini tidak mengherankan karena Indonesia adalah
rumah dari ratusan gunung api dan tercatat sebagai negara dengan garis pantai
terpanjang di dunia. Terlebih lagi, posisi Indonesia yang berada di garis
khatulistiwa membuat Indonesia lebih rentan terhadap berbagai bencana alam.
Pendapat
lain juga dikemukakan bahwa ada peradaban tua yang pernah ada di situs Gunung
Padang. Itu dibuktikan dengan penemuan logam, gerabah, dan cara mereka menyusun
batuannya. Strukturnya memang kelihatan sederhana, namun efektif menahan
bencana tanah longsor maupun gempa bumi.
Sementara
keberadaan batu-batu berjenis columnar joint yang terpotong rapi di
sekitar puncak Gunung Padang mengisyaratkan bahwa manusia pada masa itu sudah
mengenal teknologi memotong batu, dan juga memindahkannya ke puncak bukit.
Batu-batu itu, menurut para peneliti, bukan berasal dari Gunung Padang, melainkan
dipotong-potong menjadi sedemikian rupa dan diangkut oleh manusia dari kawasan
luar Gunung Padang ke puncak bukit.
Selain
mengisyaratkan keberadaan peradaban maju, para peneliti juga menyatakan bahwa konstruksi
situs Gunung Padang memang menyerupai piramida. Namun tidak seperti piramida
yang selama ini kita kenal. Ditinjau dari segi arsitektur, Gunung Padang
mempunyai model yang serupa dengan model arsitektur Candi Borobudur. Hal itu karena Gunung Padang maupun Candi Borobudur dibangun dengan
cara memodifikasi struktur perbukitan. Keduanya sama-sama dibentuk melalui
batu-batu yang disusun dan ditempel serupa konstruksi piramida yang disebut
Piramida Tangga. Bedanya, situs Gunung Padang dibangun jauh lebih awal
ketimbang Candi Borobudur. Jika Candi Borobudur dibangun sekitar abad ke-7,
pada masa Kerajaan Medang atau Mataram Kuno, Gunung Padang dibangun oleh
peradaban manusia di sekitar era megalitikum.
Berbeda
dengan apa yang dinyatakan oleh Dr. Ali Akbar, peneliti Pusat Penelitian
Arkeologi Nasional Bambang Budi Utomo menganggap situs Gunung Padang tak serta
merta menunjukkan keberadaan peradaban manusia kuno yang usianya lebih tua
dibanding peradaban di Mesir maupun Mesopotamia. ”Penelitian pertama di Gunung
Padang itu dilakukan oleh Pusat Arkeologi Nasional pada tahun 1979. Kesimpulan
dari penelitian itu adalah Gunung Padang merupakan situs megalit. Di Indonesia
itu, usia tertua bangunan megalit paling lama berusia 600 masehi. Itu paling
tua. Lebih dari itu tidak ada. Jadi tidak benar kalau usia Gunung Padang
disebut ribuan tahun sebelum masehi itu,” kata Bambang Budi Utomo.
Mengenai
batu-batu columnar joint yang terpotong rapi di puncak Gunung Padang, Bambang menyatakan bahwa batu-batu itu bukan dipotong oleh manusia, melainkan
terpotong-potong oleh proses alami. “Gunung Padang itu sesungguhnya gunung api
yang sudah mati. Batu-batu columnar joint itu, kebetulan bentuknya
berfaset-faset, dan karena proses alamiah menjadi patah. Oleh orang
pra-sejarah, katakanlah 600 masehi itu, itu dimanfaatkan sebagai bangunan
pemujaan. Jadi semula batuan itu alami, kemudian dimanfaatkan untuk bangunan
punden berundak,” ujarnya.
Dengan
begitu, ia menyatakan tidak benar bahwa manusia di sekitar Gunung Padang
mempunyai peradaban yang lebih tua dan lebih maju dibanding peradaban Mesir
atau Mesopotamia. Ia juga menyanggah
situs Gunung Padang disebut sebagai piramid. Menurutnya, Indonesia tidak
memiliki budaya piramid di masa lampau.
Perbedaan pendapat bagi para peneliti adalah
wajar, karena mereka tidak hanya melihat dari satu aspek dalam menentukan.
Situs pada Gunung padang memang masih menjadi perdebatan, jika benar bahwa
situs pada Gunung Padang adalah peradaban tertua maka sejarah akan berubah.
Namun semua perlu dibuktikan dan bukan hanya sebatas hipotesa semata. Jika
benar situs di Gunung padang berusia sekitar 13.000 tahun SM maka hipotesa Arysio Santos menjadi terbuka. Hal ini dikarenakan keberadaan
atlantis kala itu yang dikemukakan Plato yang mengatakan bahwa peradaban Atlantis ada di masa
11000 SM. Pada pemerintahan Presiden SBY, proyek pemugaran situs Gunung Padang telah
dilakukan dari tahun 2011. Namun semenjak berakhirnya pemerintahan Presiden SBY,
pemugaran situs tak lagi berlanjut. Keadaannya pun menjadi terkatung-katung,
dan kurang diperhatikan. Padahal merupakan
warisan Indonesia yang besar, bukan hanya untuk ilmu pengetahuan, tapi bisa menjadi
ikon pariwisata.
Penulis : Riskyrito
Editor : Argha Sena
Referensi : cnnindonesia.com
kompasiana.com
kumparan.com
lipi.go.id
merdeka.com
voaindonesia.com
0 komentar:
Posting Komentar