Kita
pasti tidak asing ketika mendengar suku minang atau suku padang, mungkin yang
terpikir pertama kali adalah rumah makan. Karena memang suku minang terkenal
dengan makanan yang memiliki banyak cita rasa, salah satunya adalah rendang.
Suku minang adalah suku yang mendominasi penduduk di Sumatera Barat. Jika suku
Batak banyak mendiami daerah dalam Sumatera, maka suku minang adalah suku yang
banyak mendiami daerah pesisir pulau Sumatera.
Menurut isi Buku
Kecil Sejarah Situs-situs
Budaya Minangkabau di Jorong Batur, umumnya sejarah Minangkabau hanya dapat
diketahui dari Tambo. Tambo merupakan hiyakat ataupun cerita yang menjelaskan
tentang asal-usul nenek moyang orang Minangkabau, hingga tersusunnya berbagai
peraturan yang tersusun hingga saat ini. Namun begitu, muncul sebuah penilaian
bahwa hanya sekitar 2 persen isi cerita dalam tambo yang adalah fakta sejarah.
Hal ini disebabkan karena isi tambo dipenuhi dengan interpretasi umum, maupun
pribadi.
Jenis tambo sangatlah variatif, di antaranya
tambo tulisan, lisan, asli, saduran, dan terjemahan. Sementara itu, tambo yang
tersebar di Sumatera dinamakan dengan Tambo Layang. Tambo Layang telah berumur
sekitar 200 tahun. Tambo jenis ini, berisi tentang tulisan Arab Melayu. Meski
adanya ketiadaan sejarah Minangkabau yang tidak pasti, masyarakat Minangkabau
percaya bahwa asal-usul nenek-moyang mereka berasal dari puncak gunung merapi
di Sumatera Barat.(tirto.id)
A. Asal-Usul Suku Minang
Dari tambo yang
diterima secara turun temurun, menceritakan bahwa nenek moyang mereka berasal
dari keturunan Iskandar Zulkarnain. Walau tambo tersebut tidak tersusun
secara sistematis dan lebih kepada legenda berbanding fakta serta cendrung
kepada sebuah karya sastra yang sudah menjadi milik masyarakat banyak. Namun
kisah tambo ini sedikit banyaknya dapat dibandingkan dengan Sulalatus Salatin
yang juga menceritakan bagaimana masyarakat Minangkabau mengutus wakilnya untuk
meminta Sang Sapurba salah seorang keturunan Iskandar Zulkarnain tersebut
untuk menjadi raja mereka.
Masyarakat Minang merupakan bagian
dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari
daratan China Selatan ke pulau Sumatra sekitar
2.500–2.000 tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari
arah timur pulau Sumatra, menyusuri aliran sungai Kampar
sampai ke dataran tinggi yang disebut darek dan menjadi kampung halaman
orang Minangkabau.[24]
Beberapa kawasan darek ini kemudian membentuk semacam konfederasi
yang dikenal dengan nama luhak, yang selanjutnya disebut juga dengan nama Luhak Nan
Tigo, yang terdiri dari Luhak Limo Puluah, Luhak Agam, dan Luhak Tanah Data. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda,
kawasan luhak tersebut menjadi daerah teritorial pemerintahan yang
disebut afdeling,
dikepalai oleh seorang residen yang oleh masyarakat Minangkabau disebut dengan
nama Tuan Luhak.
Sementara seiring dengan pertumbuhan
dan perkembangan penduduk, masyarakat Minangkabau menyebar ke kawasan darek
yang lain serta membentuk beberapa kawasan tertentu menjadi kawasan rantau.
Konsep rantau bagi masyarakat Minang merupakan suatu kawasan yang menjadi pintu
masuk ke alam Minangkabau. Rantau juga berfungsi sebagai tempat mencari
kehidupan, kawasan perdagangan. Rantau di Minangkabau dikenal dengan Rantau
Nan Duo terbagi atas Rantau di Hilia (kawasan pesisir timur) dan Rantau
di Mudiak (kawasan pesisir barat).
Pada awalnya penyebutan
orang Minang belum dibedakan dengan orang Melayu, namun sejak abad ke-19,
penyebutan Minang dan Melayu mulai
dibedakan melihat budaya matrilineal
yang tetap bertahan berbanding patrilineal
yang dianut oleh masyarakat Melayu umumnya. Kemudian pengelompokan
ini terus berlangsung demi kepentingan sensus penduduk
maupun politik.(wikipedia.org)
Selain dari Tambo suku minang tersebut, Beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa nenek
moyang masyarakat Minangkabau berasal dari bangsa Austronesia. Bangsa Austronesia
dulu bermukim di daerah Yunan, Cina Selatan. Mereka datang ke Nusantara ini
dalam dua gelombang;
1. Gelombang pertama datang pada
zaman Neolitikum ( Zaman Batu Baru) sekitar 2000 SM. Gelombang
pertama ini oleh para ahli disebut bangsa Proto Melayu (Melayu Tua).
Dari bangsa Melayu Tua ini berkembang menjadi suku Barak, Toraja, Dayak, Nias,
Mentawai, Kubu dan lain-lain.
2. Gelombang kedua datang pada tahun 500 – 100 SM.
Mereka yang datang pada gelombang kedua ini disebut Deutero Melayu(Melayu
Muda). Dari bangsa Melayu Tua ini berkembang menjadi suku Minangkabau, Jawa,
Makasar, Bugis dan lain-lain.(perpusbunghatta.com)
Adapula
yang berpendapat bahwa suku minang berasal dari India Selatan. Berikut adalah
opininya tentang suku minang yang berasal dari India Selatan berdasarkan
fakta-fakta antropologi .
- Kalau Anda cermat memperhatikan, orang Minang itu
sangat beragam ciri fisiknya, namun secara umum, rata-rata bercirikan Asia
Selatan (Orang Pesisiran Pariaman, Padang, Pasaman Barat, Ranah Pasisia),
Asia Timur (Orang Luhak Nan Tigo, Pasaman, Solok, Alam Surambi Sungai
Pagu, Kurinci) dan Asia Tenggara/Melayu (Orang Rantau Timur, Riau,
Sawahlunto, Sijunjuang). Kalau Anda pernah berkunjung ke Srilanka, Tamil
Nadu, Madras dan wilayah Benggala, Anda akan merasa mudah bersua dengan
wajah-wajah yang akrab dengan Anda di wilayah Pariaman atau Padang. Kalau
Anda sering bertandang ke Filipina atau Thailand, mungkin pula Anda akan
menyangka bertemu salah-satu kenalan Anda yang asal Bukittinggi. Begitu
pula jika Anda pernah berkunjung ke Semenanjung atau Sarawak.
- Pada masa penjajahan Kerajaan
Pagaruyung Hindu (1347-1450) rata-rata prasasti ditulis dalam dua bahasa,
yang terlihat dari dua jenis aksara yang dipakai. Yaitu aksara pallawa
berbahasa sansekerta (bahasa resmi Kerajaan Singasari/Majapahit) dan
satunya lagi aksara India Selatan yang sering ditemui dalam
prasasti-prasasti terkait penyebaran agama Buddha. Adakah perlu dibuat
prasasti dalam suatu bahasa (India Selatan) jika tidak ada pembacanya?
- Sebagaimana kita ketahui,
gelar-gelar para nenek moyang itu seperti Maharaja Diraja, Cati Bilang
Pandai, Harimau Campa dan lain-lain sangat beraroma daerah asalnya yaitu
India Selatan, Siam dan Tiongkok.
- Layak juga Anda ketahui,
ekspedisi penaklukan Kerajaan Macedonia ke dunia timur berakhir dengan
keputusan tidak bulat pada tahun 327 SM di tepian sungai Hypasin (sungai
Indus). Sungai ini sekarang berada didekat perbatasan Pakistan-India.
Tentara Macedonia yang dalam perjalanannya berubah menjadi laskar
multirasial (tidak semuanya orang Macedonia/Yunani asli) tidak semuanya
mengikut perintah Iskandar Zulkarnain untuk menghentikan ekspedisi
penaklukan ke timur. Beberapa faksi dengan tetap membawa panji-panji
kehormatan Iskandar Zulkarnain meneruskan perjalanan menyusuri pesisiran
pantai Malabar India, sampai India Selatan dan Srilanka, bahkan ada pula
yang menyeberangi laut ke selatan sehingga sampai di Sumatra, seperti
wilayah Pantai Barat dan Aceh. Jamak diketahui, penduduk Aceh sejatinya
adalah pendatang dari India Selatan juga (kebanyakan dari Madras).
- Pada masa permulaan abad masehi
(tahun 1) sampai beberapa abad kemudian, di India Selatan berkuasa
kerajaan Cola Mandala yang pengaruhnya sampai ke Srilanka, Siam
(Thailand), Myanmar dan tentu saja Sumatra. Pada saat bersamaan, kerajaan-kerajaan
besar di Indonesia seperti Sriwijaya baru saja tumbuh. Imigran India
Selatan banyak yang menyebar sampai Sumatra, terutama Aceh dan Pantai
Barat. Pantai Barat adalah wilayah internasional yang ramai (untuk ukuran
masa itu).
- Kalau dikait-kaitkan antara
fakta sejarah Kerajaan Pagaruyung Hindu (masa Adytiawarman yang dikenal
sebagai Dang Tuanku) dengan tokoh-tokoh dalam tambo, dengan asumsi tambo
benar, maka selisih waktu antara Adityawarman dan Para niniak yang turun
dari Gunung Marapi tidak akan lebih dari seribu tahun. Sehingga dengan
asumsi itu, bisa diramal tahun turunnya niniak kita itu sekitar tahun
300-400 M.
- Suku Chaniago ada yang
mengatakan berasal dari kata Cino Niago, atau orang Cino yang pandai
berniaga. Sedangkan suku Bodi, tentu sangat erat dengan kata Boddhi
(Bodhisatwa) yang lekat dengan ajaran Buddha dari India.
- Tahun 1550-an (berdasarkan buku
Plakat Panjang), seorang utusan Portugis yang bertualang ke pedalaman
Minangkabau, kaget melihat kemajuan pertanian dan tata kelola sistem
pertanian di daerah pedalaman Sumatra, yang menurutnya sangat maju, mirip
dengan yang dilakukan orang-orang berperadaban tinggi.
- Di Pariaman, sampai saat ini
masih berlaku adat Uang Jemputan yang ternyata ditemukan pula di beberapa
negara bagian di India.
- Di daerah Kerala, Tamil Nadu,
India. Ditemukan komunitas yang menganut matrilineal sekaligus mengaku
keturunan Iskandar Zulkarnain juga.(wordpress.com)
Itulah beberapa pendapat tentang asal-usul suku minang yang dapat
kita jadikan referensi. Adapun penamaan suku Minang yang dipakai pada desa ini
berawal dari adanya isu yang beredar bahwa Kerajaan Paguruyung akan diserang
oleh Kerajaan Majapahit dari Jawa. Agar tidak terjadinya pertumpahan darah maka
diusulkanlah adu kerbau. Peristiwa adu kerbau ini, akhirnya dimenangi oleh
kerbau kerajaan Pagaruyung. Kemenangan tersebut, memunculkan kata manangkabau
yang artinya menang kerbau. Sehingga selanjutnya, kedua kata tersebut dijadikan
nama desa Minangkabau. Sebagai pengingat dari kemenangan peristiwa adu kerbau
antara Kerajaan Paguruyung dan Kerajaan Majapahit, masyarakat Minangkabau
mendirikan rangkiang atau rumah loteng yang atapnya mengikuti bentuk tanduk
kerbau.
Penulis : Riskyrito
Editor : Argha Sena
Referensi : perpusbunghatta.com, tirto.id, wikipedia.org, wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar