Sejak awal kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Pemimpin Indonesia
adalah orang jawa atau setidaknya memiliki garis keturunan orang Jawa. Mulai dari
Soekarno yang berasal dari Blitar, Soeharto dari Bantul, Abdurrahman Wahid dari
Jombang, Megawati Soekarnoputri kelahiran Yogyakarta, Susilo Bambang Yudhoyono
dari Pacitan, dan Joko Widodo asal Surakarta. Satu perkecualian adalah saat BJ
Habibie menjadi presdien menggantikan Soeharto yang mundur dari jabatannya pada
1998. Hingga saat ini, pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan itu menjadi
satu-satunya presiden Indonesia yang bukan beretnis Jawa. Walaupun demikian,
B.J. Habibie yang lahir di Pare-Pare ternyata ibunya masihlah keturunan orang
Jawa.
Tentu menjadi
sebuah pertanyaan pada sebagian masyarakat, baik dari suku Jawa maupun
suku-suku lain yang ada di Indonesia. Indonesia
adalah bangsa yang besar dengar bermacam-macam suku dan budaya, dari
Sabang hingga Merauke. Jika meruntut dari keadaan sebelum kemerdekaan ketika
masih menjadi nusantara, Indonesia
memiliki kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit, Sriwijaya, Singosari,
Mataram, Samudra Pasai, hingga Tidore. Walaupun memang di dominasi kerajaan
besar dari Jawa, tetapi kerajaan lain juga tidak dapat dianggap remeh. Hal ini
tentu menjadi pertimbangan bahwa pemimpin Indonesia bisa saja dari daerah lain.
Setiap daerah memiliki potensi untuk menduduki jabatan Presiden karena Negara
kita adalah Negara demokrasi yang memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Persepsi yang
mengatakan bahwa presiden harus orang Jawa tidaklah selamanya benar, bahkan
adapula yang menyangkutpautkan dengan mitos yang ada. Mitos mengenai
kepemimpinan biasanya banyak dipercayai orang-orang Jawa seperti Ramalan
Jayabaya tentang perkembangan kepemimpinan Indonesia. Selain mitos tersebut,
adapula mitos tentang keterkaitannya dengan trah sunan Giri (Dinasti Giri
Kedaton) mengenai pemimpin.
Dalam
mitosnya, ketika Ki Ageng Giring yang berkedudukan di Gunung Kidul, suatu
ketika pernah mendapatkan bisikan gaib saat Ki Ageng sedang memanjat pohon
untuk menyadap getah. Di tempat itu ada sebatang pohon kelapa, dekat dengan
pohon yang dipanjat Ki Ageng. Pohon kelapa tadi selamanya belum pernah berbuah,
namun akhirnya berbuah. "Pada saat itu buahnya hanya satu dan masih muda
(degan). Ki Ageng sedang memasang tabung bambu di atas pohon kelapa, kemudian
mendengar suara. Ki Ageng Giring, ketahuilah, siapa yang minum air degan itu
habis seketika, kelak seanak keturunannya akan menjadi Raja Agung di tanah
Jawa," demikian bunyi bisikan gaib itu. Maka telah dipetiklah kelapa muda
itu dan dibawa turun.
Namun karena ada klausul 'harus habis seketika', sedangkan Ki Ageng
Giring pada saat itu belum haus-haus amat, maka dia memilih untuk meminum air
kelapa itu pada siang harinya. Ki Ageng Giring memutuskan untuk pergi dulu ke
hutan, dan kemudian meminum air kelapa itu sekali tenggak. Pada saat Ki Ageng
Giring pergi ke hutan demi mendapatkan rasa haus yang teramat sangat,
sahabatnya, Ki Ageng Pemanahan tiba di kediaman Ki Ageng Giring. Ki Ageng
Pemanahan yang sangat haus setelah berjalan jauh lantas menenggak air kepala
'gaib' , yang rencananya akan diminum oleh Ki Ageng Giring.
Ki Ageng Giring ketika kembali dari hutan hanya bisa meratapi
ketika mendapati air degan 'gaib' yang dia petik sudah tidak ada di tempatnya.
Dan kemudian Ki Ageng Pemanahan yang ada di situ mengakui dia yang meminum air
kelapa muda tersebut. Ki Ageng Giring setelah mendengar perkataan Ki Ageng
Pamenahan merasa seakan hancur hatinya, sedih dan sangat kecewa. Lama ia
terdiam. Sebagai seorang yang memiliki kelebihan, maka ia pun mengetahui akan
takdir, bahwa sudah takdir Tuhan, Ki Ageng Pamenahan akan menurunkan raja yang
menguasai tanah Jawa.
Melalui penyelusuran lebih mendalam, diperoleh informasi yang
mengagetkan bahwa ke - 6 Presiden Republik Indonesia, ternyata berasal dari
anak keturunan Sunan Giri.
1. Soekarno Merupakan putra dari Raden Soekemi Sosrodiharjo. Raden
Soekemi, berdasarkan buku " Ayah Bunda Ir.Soekarno ", merupakan
keturunan Sultan Hamengkubuwono II.
2. Soeharto, Istrinya bernama Siti Hartinah yang merupakan keturunan
dari KGPAA Mangkunegara I. Selain itu juga, berdasarkan buku " Jejak
Perlawanan Bengawan Pejuang '', Sumitro Djojohadikusumo menulis bahwa Soeharto
pernah mengatakan memiliki kekerabatan dengan keluarga Keraton, yang diduga
merupakan keturunan dari Sultan Hamengkubuwono II.
3. BJ Habibie, Ibunya bernama RA Tuti Marini Puspowardojo binti Rr.
Goemoek binti Raden Ngabehi Tjitrowardoyo, yang berasal dari keluarga priyayi
di Purworejo, yang diduga kuat merupakan keturunan dari pendiri kerajaan
Mataram Islam, Panembahan Senapati.
4. KH Abdurrahaman Wahid ( Gus Dur ), Terhitung sebagai keturunan ke
-8 dari Ki Ageng Muhamad Besari.
5. Megawati Soekarnoputri, Merupakan putri dari presiden pertama
Soekarno, termasuk dalam keturunan Sultan Hamengkubuwowno II.
6. Susilo Bambang Yudhoyono, Merupakan putra dari Raden Soekotjo,
beliau adalah keturunan dari Nyai Ageng Ibnu Umar binti Ki Ageng Muhammad
Besari.
Padahal tanpa
berpatokan pada mitos, kita dapat menebak alasan kenapa selalu orang jawa yang
menjadi Presiden. Kita dapat melihat dari jumlah penduduk Indonesia, hampir setengah dari jumlah penduduk di Indonesia merupakan
penduduk di pulau Jawa. artinya, pemilih terbesar dalam pemilu, pulau jawa
masih pemegang pemilih terbesar, selain itu suku Jawa juga tersebar di banyak
Provinsi di Indonesia. Rakyat Indonesia juga terbiasa untuk mengutamakan
suku-suku mereka, hal ini semakin memperbesar peluang orang-orang Jawa untuk
menjadi Presiden. Walaupun akan ada kemungkinan suatu saat suku tidak terlalu dipermasalahkan, mungkin
suatu saat yang dicari adalah orang-orang yang memiliki jiwa kepemimpinan
tinggi tidak perduli dari suku apa.
Selain itu, di Negara Demokrasi seperti Indonesia yang menggunakan
Partai Politik sebagai batu loncatan untuk memperoleh suara terbanyak. Partai
Politik yang mayoritas berasal dari
pulau Jawa juga dapat dijadikan persepsi mengapa Presiden berasal dari Jawa. Partai
Politik tentu memiliki pengaruh kuat untuk memperoleh suara dalam pemilihannya.
Apalagi Partai-partai yang telah lama berpolitik di Indonesia mulai dari
awal-awal kemerdekaan. Kaum orang tua yang telah lama menjadi pemilih suatu
partau tertentu biasanya membuat kaum muda untuk mengikuti pilihan para
orangtua. Orangtua biasa keukeuh dengan partai politik yang telah lama
dipilihnya, walaupun begitu biasanya kaum yang muda memilih bukan lagi pada
partai tetapi melihat siapa calon yang memang pantas untuk mereka pilih. Partai
Politik biasanya memilih calon Presiden dari orang-orang yang memiliki pengaruh
besar pada masyarakat sehingga dapat meraih suara maksimal agar dapat menang
dalam pemilihan.
Selain pada suku dan Parpol, banyak juga yang menentukan pada agama
yang dianut calon tersebut. Tentunya setelah Parpol mengusung jagoan yang akan
maju ke RI 1 sebagai pesaing dalam perebutan calon Presiden. Agama juga jadi
pengaruh besar dalam memperoleh suara, maka dalam setiap parpol biasanya
mengusung agama mayoritas dan minoritas. Hal ini bertujuan mengambil simpati
dari setiap agama. Namun patokan dasarnya adalah orang yang memang berasal dari
pulau Jawa sehingga dapat memperoleh suara yang banyak dari daerah yang padat
penduduk tersebut. Semoga suatu saat akan ada pemimpin dari luar pulau Jawa agar
tidak adanya kecemburuan sosial dalam masyarakat Indonesia dari daerah lain.
Tentunya yang terpenting adalah kemampuan dalam kepemimpinannya dan bukan lagi
hanya karena suku tertentu.
Penulis : Riskryto
Penyunting : Argha Sena
Referensi : detik.com, kompas.com, kompasiana.com, qoura.com
0 komentar:
Posting Komentar