Jika kita membicarakan bahasa serumpun baik itu bahasa malayu, bahasa batak, bahasa dayak, bahasa Jawa dan sebagainya, pasti akan kita temukan kata dalam masing-masing bahasa itu ada persamaan pengucapan dan artinya. Dalam artikel kali ini yang membuat kami penasaran adalah beberapa kata dalam bahasa melayu sambas yang sama persis ucapan dan artinya dengan bahasa Jawa. Seperti lading (pisau), lawang (pintu), ndalu (malam), nandur (menanam), ngelu (sakit kepala), dan mungkin masih banyak lagi yang lainnya jika kita kaji lebih dalam lagi. Inilah yang membuat kami terus membaca dan menggali lagi sejarah awal kesultanan sambas bahkan lebih awal lagi ketika masih bernama Panembahan Ratu Sepudak atau biasa di kenal juga dengan Panembahan Sambas. Jika berbicara Kerajaan Sambas maka kita akan menemukan seorang tokoh pemimpin kala itu yang bernama Ratu Sepudak yang pernah memimpin Panembahan Sambas kala itu.
Panembahan Ratu Sepudak adalah kerajaan Hindu yang disinyalir masih keturunan dari Majapahit, berpusat di hulu Sungai Sambas yang sekarang di sebut “Kota Lama“. Ratu Sepudak adalah Raja yang ke-3, raja yang ke-2 adalah abangnya yang bernama Timbang Paseban, sedangkan Raja yang pertama adalah ayah dari Ratu Sepudak dan Ratu Timbang Paseban. Alasan kenapa ada gelar Ratu adalah karena pada masa Majapahit gelar Raja laki-laki di Panembahan Sambas disebut Ratu. Asal mula kerajaan Sambas dimulai ketika satu rombongan besar Bangsawan Jawa Hindu (Majapahit) yang melarikan diri dari pulau Jawa bagian Timur karena diserang oleh Pasukan kesultanan Demak dibawah pimpinan sultan Trenggono (sultan Demak ke-3) pada abad ke-1525 M.
Pada saat rombongan besar sampai di sungai hulu Sambas, pada saat itu,wilayah Sambas sedang mengalami kekosongan pemerintahan setelah terbunuhnya Raja Tan Unggal oleh kudeta rakyat karena kepemimpinan Tan Unggal tidak disenangi oleh rakyatnya sendiri. Setelah melihat wilayah ini aman dan kondusif maka rombongan bangsawan besar itu mendirikan lagi sebuah kerajaan yang di sebut ”Panembahan Sambas”. Raja pertamanya tidak diketahui namanya, setelah wafat digantikan oleh anaknya yang bergelar Ratu Timbang Paseban, setelah Ratu Timbang Paseban wafat maka yang menggantikannya adalah Ratu Sepudak.
Pada masa pemerintahan Ratu Sepudak inilah datang rombongan Sultan Tengah yang terdiri dari keluarga dan orang-orangnya yang datang dari Kesultanan Sukadana. Rombongan ini disambut dengan baik oleh Ratu Sepudak, dan dipersilahkan untuk menetap di wilayah itu. Tidak lama setelah menetapnya rombongan Sultan Tengah, kemudian Ratu Sepudak pun wafat secara mendadak. Kemudian yang menggantikannya adalah keponakannya yaitu Raden Kencana anak dari abangnya Ratu Timbang Paseban.
Seterusnya seperti itu, sampailah kepada wafatnya Sultan Tengah saat melakukan pejalanan pulang ke Serawak, dikarenakan ditikam oleh pengawalnya sendiri, namun Sultan Tengah menikam kembali pengawalnya tersebut, yang menyebabkan Sultan terluka parah dan meninggal. Jenazahnya dimakamkan dilereng Gunung Santubong (dekat kota kuching) Saerawak Malaysia.
Ratu sepudak adalah Ratu/Raja pertama yang ada di Sambas dan dimakamkan di Kota Lama yang tempatnya tidak jauh dari kota Sambas yang diperkirakan sekitar 30 menit atau bisa lebih dari itu.
Makam Ratu Sepudak
Makam Ratu Sepudak berada di Kota Lama di Desa Ratu Sepudak Kecamatan Galing. Makam tersebut ada di atas dataran tinggi, yang katanya setiap tahunnya bertambah tinggi. Selain itu, ada juga peninggalan keramik-keramik dan bebatuan. Tidak hanya keramik, tapi ada juga peninggalan-peninggalan yang lain,yang ada disekitar makam tersebu. Sebagian peninggalan bersejarah tersebut sudah di simpan oleh pemerintah daerah setempat melalui institusi yang sudah ditunjuk oleh otoritas di Wilayah Kabupaten Sambas.
Makam Ratu Sepudak berada di pedalaman desa kota lama yang jaraknya sekitar 200 m dari jalan besar, melintasi jalan kecil dan perkebunan karet milik warga sekitar. Saat ini makam Ratu Sepudak memerlukan partisipasi dari masyarakat Sambas untuk menjaga dan merawat makam tersebut. Agar setiap pengunjung yang datang berziarah merasa nyaman.
Selain di kota lama terdapat juga disekitarnya, makam-makam kecil yang dulunya masyarakat setempat menyebutnya adalah seorang Raja dan menyebutnya makam keramat. Sampai saat ini,belum di ketahui siapa nama raja yang ada di makam-makam tersebut. Karena memang tempatnya jauh dari jangkauan mata masyarakat ramai,yang mengetahui hanyalah masyarakat setempat.
Konon katanya makam yang ada disekitar tempat tersebut ada kaitannya dengan makam Ratu Sepudak. Ada yang menyebutkan bahwa makam tersebut adalah prajurit/pengawal dari Ratu Sepudak, ada juga yang menyebutkan bahwa makam tersebut istri dari Ratu Sepudak. Banyak sekali persepsi yang muncul tentang makam kecil tersebut. Salah satu penyebabnya itu tadi,karena belum jelasnya identitas dari makam tersebut.
Jika identitas tersebut diketahui, informasi-informasi dapat kita kaitan dengan makam Ratu Sepudak, kisah sebenarnya seperti apa dan hubungannya bagaimana. Kita juga bisa menjaga dan merawat makam tersebut sama seperti makam-makam sejarah yang lain.
Selain makam-makam tersebut ada juga Adat dan tradisi masyarakat di sekitar nya yang dulunya melekukan sering dilakukan salah satunya ziarah makam dan berdoa dimakam. Dan tradisi tersebut dilakukan selama 1 tahun sekali. Dan setiap tahunnya masyarakat yang ada di wilayah tersebut membuat makanan untuk di bawa ke makam dan makan-makan bersama atau yang di sebut seprahan tetapi membawa makanan sendiri.
Tradisi tersebut bukan hanya dilakukan oleh masyarakat yang ada di Ratu Sepudak. Tetapi juga dilakukan oleh masyarakat lainnya, yang berada di sekitaran wilayah tersebut. Dulu eetiap tahunnya masyarakat tersebut melakukan tradisi itu, semua orang diajak ke makam,tanpa terkecuali anak kecil pun dibawa. Tetapi tidak selamanya penduduk melakukan tradisi itu.
Dari tahun ke tahun satu persatu masyarakat tidak lagi meelakukan hal tersebut,setiap tahunnya masyarakat mulai berkembang. Tradisi itu mulai hilang dan bahkan tidak ada sama sekali, tetapi tidak melupakan sejarah yang ada. Karena faktanya seperti itu, hanya saja tradisi yang mulai sedikit hilang.
Ratu Sepudak asal mulanya berdiri sekitar 1497-1510. Dilanjutkan oleh menantunya Raden Prabu Kencana pada tahun 1510-1545. Itulah silsilah dalam kerajaan Ratu Sepudak. Kerajaan Hindu Sambas disebut juga kerajaan Sambas tua yang tepatnya di Ratu Sepudak.
Jika memang dikatakan pada masa kerajaan Panembahan sambas ada hubungan dengan jawa Hindu atau Majapahit, yang tercatat dalam buku sejarah pernah datang dari pulau jawa sebanyak sekitar 500 orang bangsawan, maka sekarang pertanyaan-pertanyaan tim Pegawai Jalanan mulai terjawab. Mengapa beberapa kata dalam bahasa sambas ada yang sama pengucapan dan artinya dengan bahasa jawa. Karena sudah jelas pada zaman dahulu nenek moyang kita sudah saling bertukar ada yang datang ke Jawa, ada yang pergi dari Jawa ke pulau lain seperti Sumatera, Sulawesi, Semenanjung Malaya bahkan Kalimantan khususnya di wilayah Sambas ini.
Semoga kita tetap melestarikan peninggalan-peninggal nenek moyang kita, agar situs sejarah tetap terjaga dan menjadi saksi serta membawa pesan kepada generasi-generasi mendatang dari mana kita berasal, dan generasi muda dapat mengambil hikmah dari perjuangan nenek moyang kita terdahulu.
Argha Sena
0 komentar:
Posting Komentar