Ilutrasi Prajurit Majapahit
Seperti menghilang tanpa bekas, tidak pernah jasad atau makamnya ditemukan sampai hari ini. Konon sebagian kecil masyarakat Indonesia masih mempercayai akhir hidup dari ke 5 pendekar sakti nusantara ini berhasil mencapai moksa, sebuah tujuan akhir kehidupan yang sempurna, mengalami kelepasan dari ikatan duniawi dan menyatu dengan Tuhan tanpa pernah lagi mengalami siklus reinkarnasi (proses kelahiran manusia kembali ke dunia berulang-ulang).
Misteri Kematian Gajah Mada, Panglima Perang Majapahit
Riwayat hidup Mahapatih Gajah Mada, sebagai tokoh paling terkenal dalam kerajaan Majapahit Hindu dahulu kala. Jejak kematiannya masih menjadi teka-teki misteri yang belum berhasil terungkap sampai sekarang.
Dalam penjelasang Kidung Sunda Pupuh ke tiga, patih Gajah Mada disalahkan atas kematian Prabu Hayam Wuruk yang meratapi nasib Putri Sunda akibat konflik perang Bubat antara pasukan Kerajaan Sunda dengan pasukan Majapahit yang dipimpin olehnya.
Gajah mada saat itu gagal menempuh langkah diplomasi untuk membujuk hati Prabu Maharaja Lingga Buana agar putrinya Dyah Pitaloka bersedia dinikahi oleh Hayam Wuruk.
Malahan Gajah Mada melakukan agresi militer tanpa persetujuan Hayam Wuruk untuk menaklukkan Kerajaan Sunda, dia pun memaksa sang Raja untuk memberikan putrinya sebagai simbol pengakuan kerajaan Majapahit.
Namun sang Raja menolak keras permintaan Gajah Mada, hingga kedua kerajaan ini berperang hebat dan dimenangkan oleh Majapahit. Mengetahui Ayah dan pasukannya tewas dalam pertempuran, Dyah Pitaloka pun memilih untuk bunuh diri.
Setelah jasad Hayam Wuruk diperabukan dan upacara perkabungan selesai, kedua paman Hayam Wuruk, Raja Kahuripan dan Raja Daha sepakat untuk menangkap Gajah Mada dan menghukum mati dirinya.
Rencana pembunuhan ini terdengar oleh Gajah Mada, hingga ia pun melakukan tapa samadi untuk melepaskan jiwa dan raganya dari dunia. Setelah itu dia menghilang menuju niskala (mencapai moksa) dan ketika pasukan Majapahit datang, tak berhasil menemukan keberadaannya.
Namun versi cerita lain menurut kitab Kakawin Nagarakretagama menyebutkan Gajah Mada meninggal dunia akibat sakit di tahun 1286 (1364 Masehi). Peristiwa ini terjadi setelah tak lama Prabu Hayam Wuruk menjenguk dirinya.
Semar (Sabdo Palon Noyo Genggong, Kyai Lurah Semar Badranaya)
Tokoh terkenal nusantara Semar yang dikenal sebagai Kyai Lurah Semar Badranaya dan mendapat julukan Sabdo Palon Noyo Genggong, salah satu tokoh Panakawan dalam pewayangan Jawa dan Sunda, diyakini juga raganya menghilang secara moksa. Setelah ia merasa kecewa berat karena Prabu Brawijaya V memutuskan untuk menjadi seorang mualaf karena memeluk agama Islam kala itu. Sabdo palon sering diceritakan dan dikisahkan dalam kisah-kisah jawa klasik, dan pastinya kita sudah tahu siapa itu Sabdo Palon. Yang paling terkenal adalah kisah bertemunya Sabdo Palon dengan Syekh Subakir yang sangat melegenda.
Kedekatan Semar dengan Prabu Brawijaya V diceritakan dalam kitab Jayabaya, ia sering d ijadikan penasehat raja-raja yang berkuasa di tanah Jawa dan konon sebagai pengasuh para ksatria Mahabrata dan Ramayana. Tapi sosok Semar memang tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut hanya terdapat pada kisah-kisah pujangga jawa.
Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja)
Prabu Siliwangi adalah Raja yang sangat terkenal dan melegenda, banyak kisah-kisah dari tanah pasundan yang menceritakan kesaktian Prabu Siliwangi serta kebijaksanaanya yang sangat luar biasa.
Selain dikenal sebagai raja yang arif dan bijaksana, Prabu Siliwangi juga terkenal memiliki ilmu sakti mandraguna. Sepanjang hidupnya, berhasil membuat nama Kerajaan Sunda Galuh yang dipimpinnya menjadi terkenal di seluruh wilayah Nusantara.
Lebih dari 39 tahun ia menjadi Raja, namun saat masa kejayaan Pakuan Pajajaran di Bogor mulai berakhir. Ajaran agama Islam masuk ke tanah air, dan dia mendapatkan ‘desakan’ dari pihak lain, agar meninggalkan agama leluhurnya untuk memeluk Islam. Dalam kisah yang berkembang pihak lain tersebut adalah anaknya sendiri yaitu Raden Kian Santang yang ingin mengajak ayahnya untuk ikut memeluk agama Islam yang memang mulai berkembang di Pulau Jawa.
Di masa-masa sulit ini, Prabu Siliwangi akhirnya memutuskan untuk melakukan tapa brata mencapai moksa. Sebelum ia pergi meninggalkan kerajaannya, Sang Prabu hanya berpesan kepada keluarga dan para pengikutnya untuk bebas memilih agama menurut keyakinan mereka sendiri, tanpa harus mengikuti jejak hidupnya.
Akan tetapi ada juga yang mengisahkan Prabu Siliwangi sudah memeluk Islam dan menikahi Nyai Subang Larang yang merupakan salah satu santri dari Pesantren Syekh Quro. Syekh Quro sendiri adalah seorang ulama besar yang lahir sebelum era Wali Sembilan, yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Sedangkan dari pernikahan Prabu Siliwangi dengan Nyai Subang Larang menurunkan anak salah satunya adalah Raden Kian Santang yang juga dikenal dengan Syekh Sunan Rohmat Suci.
Prabu Brawijaya V (Raja Terakhir Kerajaan Majapahit)
Nasib tragis yang dialami Prabu Brawijaya V tak jauh berbeda dengan Prabu Siliwangi, setelah runtuhnya kejayaan Majapahit akibat konflik internal keluarga kerajaan serta tumbuhnya Kerajaan- Islam di tanah air Nusantara.
Saat itu Majapahit kalah berperang dengan Kerajaan Kediri, dan sebelum istana kerajaan dihancurkan oleh pasukan lawan. Prabu Barawijaya V sempat melarikan diri dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan jalan bertapa moksa.
Namun versi lain mengisahkan bahwa Prabu Brawijaya V adalah pemeluk agama Buddha. Diakhir hidupnya sebagai Raja, Prabu Brawijaya meminta tolong kepada Sunan Kalijaga yang merupakan cucunya sendiri agar mau mengislamkannya.
Setelah menjadi mualaf, ia pun melanjutkan tapabrata tingkat akhir, mengasingkan dirinya di dalam goa gunung lawu dan dikabarkan ia berhasil mencapai moksa, karena jasad dan kuburannya tak pernah ditemukan.
Prabu Jayabhaya
Kisah Prabu Jayabhaya yang memiliki gelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa (panjang benerr :D) adalah seorang Raja Kediri yang memerintah di tahun 1135 sampai 1157. Sebagai salah satu pewaris tahta Prabu Erlangga (Airlangga), Jayabhaya sering terlibat perseteruan dengan saudaranya sendiri Jayasabha (Jayasaba).
Hingga kedua Raja ini berperang dengan membawa masing-masing pasukan kerajaan mereka. Namun dalam pertempuran hebat tersebut, Jayasabha mengalami kekalahan, ia pun tewas terbunuh di tangan Prabu Jayabhaya.
Akhirnya tampuk pimpinan saudaranya berhasil ia rebut dan seluruh wilayah di Jawa Timur berada dibawah kekuasaannya. Namun dibalik kejayaan Prabu Jayabhaya, ia masih dihantui rasa bersalah dan berdosa karena telah membunuh saudaranya sendiri. Penyesalan ini semakin berlarut-larut, hingga akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan Kerajaan Kediri yang ia pimpin.
Setelah itu ia melakukan tapa keras Jnana Yoga selama bertahun-tahun di sebuah tempat rahasia yang berada di desa Menang Kediri untuk mencapai moksa. Karena diketahui kesaktian yang dimiliki oleh Prabu Jayabhaya membuat dirinya sulit untuk meninggal dunia. Dan hanya menempuh moksa sajalah sebagai jalan satu-satunya untuk mengakhiri hidup.
Itulah 5 pendekar Asli Nusantara yang diyakini moksa oleh sebagian orang, bagaimana pendapat kalian? Silahkan tuliskan dikolom komentar.
Penyunting : Admin PJ
Sumber Literasi :
http://wikipedia.co.id
0 komentar:
Posting Komentar