Berdasarkan kepercayaan, nenek moyang suku batak berasal dari
seorang raja yang diturunkan di Gunung Pusuk Puhit. Gunung Pusuk Buhit adalah
tempat dimana dahulu kala Raja Batak ada dan berdoa di tempat paling tinggi,
diantara gunung yang menggelilingi Pulau Samosir. Menurut mitos yang sudah
turun temurun dipercaya bahwa tempat tertinggi inilah awal mula suku Batak. Berikut
ini pegawai jalanan akan membahas 5 hal mistis apa saja yang ada dalam
kepercayaan masyarakat Suku Batak, tulisan ini di buat hanya untuk
mengenalkan mitos yang berkembang di kalangan masyarakat batak. Percaya atau
tidaknya dalah hak pribadi masing-masing, pegawai jalanan hanya mengabadikan
informasi tersebut disini agar kita tahu bahwa ada mitos di kalangan masyarakat
batak yang harus kita ketahui, mari kita simak ulasannya :
1. Hadatuon
ritual hadatuon
Masyarakat Suku Batak zaman dahulu dikenal menganut
kepercayaan animisme dan dinamis, kepercayaan tersebut hingga kini masih
tersisa dikenal dengan sebutan agama parmalim, malim, dan mewariskan hadatuon.
Hadatuon merupakan merupakan ilmu supranatural sekaligus
natural yang dapat diajarkan dan dipelajari oleh orang-orang tertentu
(khususnya yang diberi anugerah istimewa), sahala hadatuon. Proses penyampaian
“ilmu”nya selalu bersifat isoteris, artinya dilakukan di luar lingkungan
masyarakat serta bersifat tertutup di antara seorang ‘guru’ (datu) dan seorang
‘murid’. Datu hanyalah seorang guru bagi seorang murid, artinya ia tidak
memiliki kewajiban untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain.
Datu dalam hal itu tidak berfungsi sebagai guru masyarakat
seperti guru-guru lainnya. Sebagaimana diketahui secara umum ada beberapa
fungsi datu di tengah-tengah masyarakatnya, seperti pengobatan dan penyembuhan
penyakit, sebagai imam dalam ritus keagamaan Batak, sebagai medium dalam
memanggil serta berhubungan dengan roh-roh nenek moyang tertentu dan sebagai
peramal atau dukun tenung.
Dengan demikian “ilmu” yang harus dikuasai oleh seorang datu
adalah sangat luas dan keseluruhannya bersifat khusus. Proses penurun-alihan
“ilmu” itu sendiri sudah merupakan rangkaian ritus yang unik dan dalam satu
proses belajar mengajar hanya ada satu guru dan satu murid.
“Ilmu hadatuon” bersumber pada ‘Pustaha Agong’, sebuah buku
laklak (kulit kayu) yang berisikan secara lengkap ilmu hadatuon.
ilusterasi buku laklak
Berdasarkan keterangan mitologis, buku tersebut diwariskan
oleh si Raja Batak kepada anaknya Guru Tatea Bulan yang menjadi datu, guru
pertama, mengajarkan ilmu hadatuon itu kepada anak-anaknya.
Menurut J Winkler, seperti dikutip oleh Aritonang, pada
pokoknya ada tiga katagori isi pustaha berdasarkan maksud penggunaannya,
pertama satu, ‘ilmu’ untuk memelihara kehidupan (protective magic) yang
mencakupi diagnosa, terapi, ramuan obat-obatan yang bersifat magis, ajimat,
parmanisan (pekasih) dan sebagainya.
Kedua, ‘ilmu’ untuk membinasakan kehidupan (destructive
magic) yang mencakupi seni membuat racun, seni mengendalikan atau memanfaatkan
kekuatan roh tertentu memanggil pangulubalang dan seni membuat dorma (guna-guna
pemikat cinta).
ketiga, ‘ilmu’ meramal (divination) yang mencakup orakel
(sabda dewata) yang menjelaskan kemauan roh yang dipanggil, perintah para ilah
dan leluhur, sistem almanak atau kalender (parhalaan) dan perbintangan
(astrologi) untuk menentukan hari baik bulan baik untuk menyelenggarakan suatu
hajatan, pekerjaan berat atau perjalanan jauh.
semua itu dikembangkan sedemikian rupa dalam upacaraupacara
magis dalam usaha berkomunikasi dengan kekuatankekuatan supranatural; roh
leluhur, roh penghuni-penghuni alam (pangingani) serta roh-roh jahat.
2. Pinggan
Pasu
pinggan pasu
Namun Untuk Sumatra Utara, keramik Cina yang lebih tua
ditemukan di kota Cina, Labuhan Deli, Medan.
Diperkirakan dari XI sampai XIII, jaman dinasti Sung dan
Yuan. Produksi keramik Cina sempat berhenti di abad XIV. Ketika pembangunan
jalan tol Belawan-Tanjung Morawa, ditemukan banyak pecahan keramik Cina di
Labuhan Deli yang merupakan kota Cina,”jelas Sri Hartini (Kepala Museum Negeri
Sumatra Utara)
Pinggan pasu merupakan sebuah benda pusaka “halak Batak”
orang Batak. Benda kuno ini digunakan oleh para raja-raja Batak zaman dahulu
untuk melakukan kegiatan atau ritual di tanah Batak.
Dan sebahagian masyarakat mempercayai bahwa dalam piring kuno
ini memiliki kekuatan magis dan sangat aneh sekali ditemukan dengan piring atau
barang pecah belah lainnya.
Pinggan pasu ini juga dapat digunakan untuk pengobatan
alternatif. Berdasarkan sebuah mitos yang berlaku, pinggan pasu yang asli
memiliki tiga keunikan. Bisa menawarkan racun, membuat tawar air asin dan
membuat makanan tidak basi.
3. Sigale-gale
si gale gale
Sigale-gale merupakan boneka kayu menyerupai figur manusia,
baik mulai dari tubuh hingga pakaian yang dikenakan. Boneka ini dimainkan
layaknya wayang (kesenian di P.Jawa), memiliki tali dan digerakkan oleh
manusia.
Ciri khas gerakannya menyerupai tarian khas batak, yakni tari
tor-tor. Sigale-gale biasa dimainkan dalam sebuah upacara adat dengan iringan
musik gondang sabangunan.
Sigale-gale merupakan salah satu warisan nenek moyang Suku
Batak, jauh sebelum mayoritas masyarakat Suku Batak menganut agama Kristen.
Ketika itu masyarakat Suku Batak menganut sebuah keyakinan
animisme dan dinamisme, yang mereka sebut dengan Parmalim. Namun bagi
masyarakat suku lain di Indonesia sedikit sekali yang mengetahui kisah yang
tragis di balik legenda Sigale-gale.
Dikisahkan ada sebuah keluarga yang salah satu anggota
keluarganya menyandang sebagai Raja “Raja Rahat”, dan Raja ini hanya mempunyai
satu anak laki-laki. Suatu hari anak laki-laki Raja terkena penyakit aneh dan
tidak ada tabib atau pun dukun yang bisa menyembuhkan-nya, lalu akhirnya anak
laki-laki Raja ini meninggal dunia.
Untuk mengenang anak laki-lakinya, Raja menyuruh para tukang
ukir untuk membuatkan sebuah patung yang menyerupai anaknya laki-laki, tukang
ukir yang membuat patung anak raja bernama “Rahat Bulu Datu Manggeleng”, dan
patung itu dibuat dalam waktu tiga hari saja.
Si pengukir kayu ini membuat Sigale-gale pertama dari sebuah
pohon besar hutan yang tidak bercabang dan berdaun, lalu sang pengukir ini
mengukir kayu pohon ini hingga berbentuk menyerupai manusia, kemudian
dipakaikanlah perhiasan-perhiasan.
Rasa sedih sang Raja agak terobati setelah melihat hasil
karya si pengukir kayu ini, karena dianggapnya patung itu mirip dengan anaknya
yang sudah meninggal dan patung itu diberi nama Sigale-gale.
Satu hal yang menarik adalah pemakaian Sigale-gale dengan
Kain ulos, sebuah kain yang sering di gunakan oleh masyarakat Batak untuk
upacara-upacara adat atau menghadiri pertemuan-pertemuan.
4. Pustaka
Supranatural
patung pangulubalang
Sebagaimana masyarakat adat lainnya yang pernah menganut
animise dan dinamisme, masyarakat Suku Batak pun memiliki warisan supranatural
yang eksotis apabila dikaji secara kebudayaan dan reliji, karena tidak mudah bagi
manusia untuk menumbuhkan kepercayaan kepada manusia lain dalam sebuah
komunitas adat.
Berikut warisan supranatural yang melegenda di Tano (tanah)
Batak.
Pangulubalang, yaitu media yang dijadikan hulubalang Sang
Datu (Dukun) untuk menghancurkan musuh dan mahluk gaib lainnya. Memiliki
kemiripan dengan zombi voodoo yang lazim di benua Afrika, pangulubalang mampu
memantrai seorang manusia dan mengendalikannya dari jarak jauh.
Berdasarkan kisah legenda seorang anak kecil diculik, lalu
diasuh oleh si Datu. Semua kemauan sang anak calon zombi tersebut dituruti
selama mau melakukan apa yang diinginkan oleh datu.
Hingga pada saat yang ditentukan, anak tersebut akan
dikorbankan. Cairan panah timah panas akan dimasukan kedalam tubuhnya melalui
mulut, dan ketika sudah dalam keadaan tidak bernyawa, tubuh anak tersebut akan
dimasukan ke dalam cairan yang sudah diberi ramuan, kemudian disimpan sebagai
proses fermentasi.
Air fermentasi yang keluar dari mayat anak tadi disimpan
didalam cawan, lalu sisanya dibakar untuk mendapatkan abunya.
Untuk memanggil Sianak yang sudah dikorbankan tadi,
disiapkanlah patung. Patung inilah yg disebut Pangulubalang. Patung ini
berfungsi untuk penolak bala, sedang datu bisa memanfaatkannya untuk disuruh
menyerang musuh, berupa santet.
Tunggal Panaluan, berupa tongkat sakti yang dimiliki
datu-datu Batak, diyakini bahwa tongkat ini hidup dan bisa disuruh.
Pamunu Tanduk, ilmu yang digunakan untuk menetralkan ilmu
hitam kiriman lawan. bisa juga digunakan untuk menyerang musuh. Untuk memancarkan
ilmu ini dibutuhkan media berupa tanduk
Pamodilan, ilmu yg digunakan untuk menembak musuh baik dengan
menggunakan senjata (bodil) maupun dengan syarat atau tabas-tabas (mantra)
tanpa menggunakan senjata.
Gadam, ilmu racun sehingga kulit musuh akan seperti penderita
kustapagar, berdasarkan kepercayaan suku Batak, pagar dibuat dari berbagai
bahan dengan waktu dan cara yang khusus dan harus melalui prosesi ritual.
masyarakat batak zaman dahulu
Biasanya menggunakan ayam, lalu bahan dibawa ke tempat yang
dianggap keramat (sombaon, sinumbah). Dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk
membuat ramuan Pagar ini.
Ramuan ditumbuk halus seperti pasta atau bubuk yg disimpan
dalam Naga Morsarang (tanduk kerbau yg berukir). “Pagar hami so hona begu so
hona aji ni halak”, ini contoh tabas (mantra) yang digunakan.
enggunaan penolak bala ini, biasanya diberikan pada pasien
perorangan ataupun kolektif, seperti; Pagar Panganon (Ilmu tolak bala berupa
makanan yang wajib dimakan pasien),
Pagar Sihuntion (dijunjung atau digantung oleh perempuan hamil), Pagar ni halang ulu modom ( diletakan didekat tempat tidur orang yang sakit), Pagar Sada bagas (Tolak bala sekeluarga), Pagar Sada huta (Ruwatan Kampung). Songon (Pohung, Piluk-piluk), sejenis patung (gana-gana) yang diletakkan di ladang untuk melindungi dari pencuri. “Surung ma ho Batara Pangulubalang ni pohungku, ama ni pungpung jari-jari, ina ni pungpung jari-jari, Batara si pungpung jari. Surung pamungpung ma jari-jari ni sitangko sinuanku onon, surung bunu”, ini adalah mantra (tabas) Pohung agar pencuri menjadi lumpuh jari-jarinya, bahkan mati.
Pagar Sihuntion (dijunjung atau digantung oleh perempuan hamil), Pagar ni halang ulu modom ( diletakan didekat tempat tidur orang yang sakit), Pagar Sada bagas (Tolak bala sekeluarga), Pagar Sada huta (Ruwatan Kampung). Songon (Pohung, Piluk-piluk), sejenis patung (gana-gana) yang diletakkan di ladang untuk melindungi dari pencuri. “Surung ma ho Batara Pangulubalang ni pohungku, ama ni pungpung jari-jari, ina ni pungpung jari-jari, Batara si pungpung jari. Surung pamungpung ma jari-jari ni sitangko sinuanku onon, surung bunu”, ini adalah mantra (tabas) Pohung agar pencuri menjadi lumpuh jari-jarinya, bahkan mati.
5. Batu
Hobon
batu hobon
Masyarakat Suku Batak yang terdapat di kawasan Samosir tentu
sangat akrab dengan benda sakral, ‘Batu Hobon’. Nama batu tersebut diperoleh
dari bentuk dengan rongga yang ada dibawahnya, diyakini batu ini merupakan
sebuah lorong.
Karena dianggap keramat sehingga di tempat ini kerap diadakan
upacara sakral yang masih berlanjut hingga sekarang.
Upacara itu diyakini sebagai penghormatan pada roh leluhur
sekaligus menerima pewahyuan dari nenek moyang, dikenal dengan sebutan “Tatea
Bulan”.
Batu Hobon memiliki kisah mistis yang menarik untuk dicermati
dan kepercayaan bahwa siapapun yang mencoba mengangkatnya akan mendapatkan
kesialan, musibah bahkan berakhir dengan kematian.
Dikisahkan pada zaman penjajahan Belanda, ada seorang pejabat
Pemerintah Belanda dari Pangururan, berusaha untuk membuka batu Hobon, dia
berangkat membawa dinamit dan peralatan lain, serta beberapa orang personil.
Pada saat mereka mempersiapkan alat-alat untuk meledakkan
Batu Hobon itu dengan tiba-tiba datanglah hujan panas yang sangat lebat,
disertai angin yang sangat kencang, serta petir dan guntur yang sambung
menyambung, dan tiba-tiba mereka melihat ditempat itu ada ular yang sangat
besar dan pada saat itu juga ada berkas cahaya (sinar) seperti tembakan sinar
laser dari langit tepat keatas Batu Hobon itu, maka orang Belanda itu tiba-tiba
pingsan, sehingga dia harus di tandu ke Pangururan, dan setelah sampai
Pangururan dia pun meninggal dunia.
Kemudian pada masa pemberotakan PRRI (Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia), ada seorang tentara yang berusaha untuk
membuka batu Hobon ini, menembaki Batu Hobon itu dengan senapan, tetapi sampai
habis persediaan pelurunya batu Hobon itu tidak mengalami kerusakan apa-apa,
bahkan si tentara itu menjadi gila dan dia menjadi ketakutan dia berjalan
sambil berputar-putar, serta menembaki sekelilingnya, walaupun peluru
senapannya sudah kosong, dan tidak berapa lama, si Tentara itupun meninggal
dunia.
Suatu ketika tutup batu Hobon itu terbuka akibat seseorang
yang berusaha mencuri harta karun yang diduga berada di bawahnya. Terbukanya
tutup batu Hobon membuat cemas masyarakat Tapanuli Utara yang mengetahuinya.
Sehingga datanglah ratusan murid-murid Perguruan HKI dari
Tarutung yang dipimpin oleh Bapak Mangantar Lumbantobing, untuk memasang
kembali tutup batu Hobon yang sempat terbuka itu.
Pada mulanya tutup batu itu tidak dapat diangkat, walaupun
telah ratusan orang sekaligus mengangkatnya, tetapi barulah setelah diadakan
Upacara memohon restu penghuni alam yang ada di tempat itu yang dipimpin oleh
salah seorang pengetua adat dari limbong, maka dengan mudah, tutup batu itu
dapat diangkat dan dipasang kembali ketempat semula.
Bagaimana? Seru bukan jika kita mengenali budaya yang ada di masyarakat kita, mencermati dan mengenali
keragaman budaya yang terdapat di Indonesia membuktikan kecintaan kita terhadap
Negara Indonesia.
Penyunting : Shella
Sumber :
1). https://www.tobatabo.com/538+seram-5-eksotisme-mistis-suku-batak-yang-membuat-bulu-kuduk-merinding.htm
0 komentar:
Posting Komentar