Pernahkan kita sejenak memikirkan bagaimana hidup nenek moyang kita ribuan tahun lalu?
Mungkin akan terasa membosankan. Bayangkan, bagaimana rasanya hidup tanpa ada tv
atau gadget untuk hiburan. Tidak ada lemari es untuk mengawetkan makanan. Belum ada listrik apalagi internet. Bagi generasi millenials yang sudah dimanjakan dengan kecanggihan teknologi modern, membayangkannya saja sudah menyesakkan apalagi jika harus menjalani kehidupan seperti itu.
Tapi tahukah kamu bahwa di tengah keterbatasan hidup yang dialami, nenek moyang kita justru telah mewariskan berbagai hal yang kemudian menjadi inspirasi dari penemuan teknologi di masa kini.
1. Tempe
Jangan pernah meremehkan makanan yang harganya murah ini ya. Perlu diketahui bahwa tempe merupakan salah satu kejeniusan nenek moyang kita dalam bidang teknologi pangan. Proses pembuatan tempe memanfaatkan bioteknologi sederhana dengan bantuan rhizopus dari bahan baku kedelai.Penggunaan mikroba atau mikroorganisme pada tingkat sel tersebut ditujukan untuk pembuatan pangan.
Sebenarnya cara ini sudah dipergunakan terlebih dahulu di negara lain seperti Cina, Jepang, dan India. Hanya saja mereka mengolah bahan baku kedelai dengan menggunakan ragi.
2. Keris
Ternyata sejak awal masehi nenek moyang orang Indonesia telah mengembangkan teknologi logam. Orang-orang di jaman itu sudah mengenal berbagai kualitas kekerasan logam dan sistem penempaan besi hingga menghasilkan keris. Keris dibuat dengan teknik penempaan yang disertai pelipatan guna mencari kemurnian besi.
Bukan cuma itu, penemuan lain yang tidak kalah mengagumkan adalah pemilihan batu meteorit yang mengandung titanium sebagai bahan keris. Titanium dikenal sebagai bahan terbaik untuk membuat keris karena sifatnya yang ringan namun kuat.
Padahal unsur logam titanium saja baru ditentukan sebagai unsur logam mandiri pada sekitar tahun 1940. Kini, titanium banyak dimanfaatkan untuk membuat pelapis hidung pesawat ruang angkasa, serta ujung roket dan peluru kendali antarbenua.
3. Candi Borobudur
Candi Borobudur merupakan salah satu warisan pengetahuan dan teknologi bangunan dari nenek moyang kita, yang bahkan hingga saat ini pun sulit untuk ditiru.
Seakan tak lekang oleh jaman, Candi Borobudur tetap merupakan bangunan candi yang sangat megah. Dibangun sekitar tahun 824 M oleh Raja Mataram bernama Samaratungga dari wangsa Syailendra. Bangunan ini tidak menggunakan paku bumi untuk mengokohkan pondasinya.
Bangunan candi borobudur menggunakan konsep fraktal. Fraktal adalah bentuk geometris yang memiliki elemen-elemen yang mirip dengan bentuknya secara keseluruhan. Candi Borobudur sendiri adalah stupa raksasa yang di dalamnya terdiri dari stupa-stupa lain yang lebih kecil.
4. Rumah Gadang
Teknologi bangunan lain yang menjadi bukti kejeniusan nenek moyang kita adalah Rumah Gadang di Sumatera Barat. Bahkan penemuan ini disebut lebih maju 300 tahun di banding konstruksi yang ada di dunia pada jamannya.
Konstruksi rumah gadang telah dirancang untuk menahan gempuran gempa bumi. Rekayasa kontruksi memiliki daya lentur dan solidaritas yang tangguh bahkan ketika terjadi gempa berkekuatan lebih dari 8 skala richter. Bentuknya yang “lebar”membuat rumah gadang tetap stabil saat menerima guncangan dari bumi, sebab getaran yang datang dari tanah akan terdistribusi ke semua bangunan.
Rumah gadang tidak mengunakan paku sebagai pengikat, melainkan berupa pasak sebagai sambungan yang membuat banguna memiliki sifat lentur. Selain itu, kaki atau tiang bangunan bagian bawah tidak pernah menyentuh tanah, melainkan dialasi dengan batu sandi yang berfungsi sebagai peredam getaran gelombang dari tanah. Jadi ketika ada getaran, rumah hanya akan berayun mengikuti gelombang yang ditimbulkan getaran.
5. Benteng Keraton Buton
Tepatnya berada di Buton, Sulawesi Tenggara. Benteng ini juga menunjukkan betapa hebatnya nenek moyang kita di dalam membuat bangunan untuk pertahanan. Berada di puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal, membuat tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik pada jamannya. Luasnya sekitar 20,7 ha yang melingkupi 1 kelurahan dan memiliki artistektur yang cukup unik dengan memakai bahan dasar kapur.
Awalnya benteng ini dibangun dengan tumpukan batu yang disusun mengelilingi komplek istana. Cara menyusun batu nya pun hanya dengan menggunakan adonan kapur yang dicampur putih telur sebagai perekat. Benteng ini memiliki 12 pintu gerbang dan 16 pos pertahanan. Pada setiap gerbang memiliki 4-6 buah meriam dan terdapat gudang mesiu di pojok kanan sebelah selatan dan gudang peluru di sebelah kiri.
Masyarakat Buton menyebut 12 pintu gerbang itu sama dengan lubang tubuh manusia, yaitu 2 lubang mata, 2 lubang hidung, 2 lubang telinga, 1 lubang anus, 1 lubang mulut, 1 lubang kencing, 1 saluran sperma, 1 lubang pusat, dan 1 lubang keringat atau pori-pori.
6. Pengindelan Danau Tasikardi, Banten
Sejak abad ke-16, nenek moyang kita telah memiliki teknologi penyaringan air. Adalah Kesultanan Banten yang telah mendirikan bangunan penjernih air untuk menyaring air yang berasal dari Waduk Tasikardi ke Keraton Surosowan.
Proses penjernihannya tergolong maju di jaman itu. Air kotor yang keruh dari Tasikardi disaring melalui 3 bangunan, yakni Pengindelan Putih, Abang, dan Emas. Di tiap pengindelan ini air diproses dengan mengendapkan kotoran yang selanjutnya akan mengalir ke Surosowan dengan melewati serangkaian pipa panjang yang terbuat dari tanah liat dengan diameter sekitar 40 cm.
Danau Tasikardi sendiri merupakan danau buatan yang telah menjadi situs sejarah. Keberadaan danau ini merupakan bukti kegemilangan peradaban Kesultanan Banten saat itu. Terobosan ini terbilang sangat cemerlang di masa itu karena pembuatan danau ditujukan untung mengairi area pertanian dan memenuhi pasokan air bagi penduduk.
7. Kapal Jung Jawa
Dalam hal teknik membuat kapal, kemampuan nenek moyang kita tidak perlu diragukan lagi. Adalah kapal Jung Jawa yang menjadi penguasa laut Asia Tenggara pada awal abad ke-14. Kapal Jung Jawa memiliki empat tiang layar yang terbuat dari papan berlapis empat. Kapal ini mampu menahan tembakan meriam kapal-kapal Portugis.
Kapal dari Kerajaan Demak ini memiliki bobot hingga 1.000 ton. Kapal tersebut digunakan sebagai pengangkur pasukan Nusantara untuk menyerak armada Portugis yang berkuasa di Malaka pada tahun 1513. Uniknya, kapal ini dibangun tanpa menggunakan paku.
8. Karinding
Jika saat ini banyak yang menggunakan racun pestisida untuk mengusir hama, nenek moyang kita sudah menemukan cara mengusir hama dengan cara yang paling aman di dunia, yakni dengan menggunakan karinding.
Karinding merupakan alat musik yang berasal dari Sunda, sekaligus dapat berfungsi sebagai pengusir hama. Alat ini terbuat dari bambu yang berukuran 20 x 1 cm. Ternyata, suara yang dihasilkan mampu menghasilkan gelombang desimel rendah yang dapat membuat hama menjauhi ladang pertanian. Frekuensi tersebut melebihi rentang frekuensi suara hama, sehingga akan menyakitkan hama serta membuatnya panik hingga terganggu konsentrasi.
Pembuatan karinding tidak bisa sembarangan lho. Dibutuhkan perhitungan yang teliti untuk menciptakan alat ini.
9. Si Gale-Gale
Bagi yang belum tahu, inilah konsep robot sederhana dengan sistem yang kompleks. Jangan dibayangkan bahwa boneka ini menggunakan besi, kabel, listrik, dan sebagainya, karena di jaman dulu tidak ada yang seperti itu.
Alkisah, seorang raja yang bernama Raja Rahat memiliki putra tunggal yang bernama Raja Manggale. Namun sang putra tewas di medan perang dan jasadnya tidak ditemukan. Karena iba melihat Raja yang jatuh sakit karena kesedihan yang dideritanya, para tetua di kerajaan membuat patung yang mirip dengan putra sang raja.
Patung tersebut terbuat dari kayu yang memiliki tinggi sekitar 1,5 meter dan mengenakan kostum tradisional Batak. Agar lebih menyerupai manusia, boneka tersebut dipasangkan tali yang sistemnya cukup kompleks, untuk dapat mengerakkan anggota tubuhnya. Dengan tali yang dapat ditarik ulur tersebut, boneka itu dapat berperilaku layaknya manusia, seperti membungkuk, memutar kepala ke kiri dan kanan, menggerakkan mata dan lidah, hingga menggerakkan tangan layaknya orang yang sedang menari.
Berkat patung tersebut, Raja Rahat berangsur-angsur pulih dari sakitnya. Masyarakat lalu menyebut patung tersebut sebagai “Si Gale-Gale” yang diambil dari kata Manggale. Inilah bukti bahwa nenek moyang kita sudah dapat membuat robot mekanikal sederhana yang dapat meniru gerakan manusia.
Setiap generasi akan melahirkan sebuah warisan yang akan dinikmati oleh generasi yang akan datang. Tugas kita saat ini adalah terus berupaya untuk mewariskan sesuatu yang baik di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan tetap menjaga kelestarian warisan dari generasi terdahulu.
Sumber :
1). https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/sista-noor-elvina/9-penemuan-ini-buktikan-bahwa-nenek-moyang-kita-memang-jenius-c1c2/full
0 komentar:
Posting Komentar