F PEGAWAI JALANAN

Sabtu, 04 Februari 2023

PEMBANTAIAN K.H. DIMYATHI DAN 13 ORANG SANTRINYA!!!

Prasasti Wingit di Tirtomoyo, Wonogiri, Jawa Tengah, menjadi salah satu  monumen untuk mengingatkan peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh orang-orang PKI. Prasasti itu menggambarkan penderitaan Kiai dan pengikutnya yang berjumlah 13 orang. Kiai dan pengikutnya itu dibunuh secara kejam oleh Anggota Parta Komunis Indonesia. Sebelum prasasti itu didirikan, terdapat sebuah lubang/sumur yang digunakan oleh orang-orang PKI untuk mengubur mereka. Kiai itu adalah K.H. Dimyathi dan pengikutnya, mereka hendak pergi ke pusat pemerintahan di Yogyakarta untuk melaporkan kondisi Pacitansaat itu. Namun sebelum berhasil melaporkan kondisi Pacitan, mereka tertangkap oleh anggota PKI yang berhasil menguasai daerah itu.  Mereka disiksa secara sadis sebelum akhirnya dimasukan ke dalam sumur.

Kejadian itu terjadi saat pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1948. Peristiwa ini dikenal dengan Pemberontakan PKI 1948 di Madiun. Sama seperti pemberontakan tahun 1965, korban yang jatuh akibat kekejaman PKI pada tahun 1948 juga sangat banyak. Pemberontakan PKI 1948 di Madiun, berusaha merebut kekuasaan negara.

Pada saat itu, Pemberontakan PKI/Front Demokrasi Rakyat (FDR) telah merembet ke Pacitan. saat itu, Pacitan adalah salah satu daerah yang masuk dalam wilayah Karesidenan Madiun. Daerah lainnya adalah Kabupaten dan Kota Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Ngawi. saat itu Markas PKI berada di Madiun, maka tidak mengherankan jika Pacitan tidak luput dari daerah yang dikuasai PKI. Tidak berbeda dengan wilayah lain, PKI menggelar permusuhan tidak saja kepada Pemerintah RI yang berkuasa, tapi juga menjadikan umat beragama terutama Islam serta berbagai pihak dari partai politik yang berseberangan dengan komunis, sebagai musuh utamanya.

Di Pacitan, terdapat Pondok Pesantren Tremas yang saat itu dipimpin KH Hamid Dimyathi. KH Hamid Dimyathi merupakan putra dari KH Dimyathi, dan cucu dari KH Abdullah. KH Abdullah merupakan salah satu anak dari pendiri Pesantren Tremas, KH Abdul Manan. KH Hamid Dimyathi juga merupakan ketua Partai Masyumi di Kabupaten Pacitan. Ia adalah seorang yang alim dan memiliki banyak ilmu, serta memiliki keberanian untuk menentang ketidakadilan seperti para kiai umat islam lainnya.

Pada masa perjuangan tahun 1945, KH Hamid Dimyathi bersama beberapa pengasuh ikut menerjunkan diri dalam kancah perjuangan. Bahkan KH Hamid Dimyathi masuk dalam KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dan masuk dalam Partai Masyumi yang saat itu merupakan satu-satunya partai Islam. Karena itulah beliau jarang berada di Pondok sampai pada masa pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948.

Partai Masyumi saat itu mengeluarkan pernyataan mendukung pemerintah dan membantu menindas pemberontak PKI Muso dan FDR serta membasmi pemberontak dan pengkhianat negara. Sebelum munculnya Pemberontakan PKI di Madiun, suasana kacau begitu terasa di Pacitan. Huru-hara terjadi di berbagai daerah, terutama daerah-daerah sekitaran Madiun. Pondok Tremas pun termasuk salah satu sasaran anggota-anggot PKI yang mengganas, membabi buta dan menghancurkan apa saja yang mereka kehendaki.

Keamanan Pondok Tremas semakin terancam. Kondisi tersebut membuat KH Hamid Dimyathi yang juga ketua penghulu di Pacitan prihatin. Dia mencoba melakukan kontak dengan pemerintah pusat di Yogyakarta, untuk melaporkan kondisi Pacitan. karena laporan gagal disampaikan lewat telepon, KH Hamid Dimyathi memutuskan berangkat ke Yogyakata. Sebanyak 14 orang, ikut bersamanya. Di antara mereka adalah Djoko, Abu Naim, Yusuf, dan Qosim. Mereka adalah para kakak dan adik ipar KH Hamid Dimyathi, serta ada juga Soimun.

Dengan berjalan kaki, mereka menyusuri jalan pintas. Agar tak diketahui PKI, mereka menyamar seperti penduduk biasa. Namun na’as, saat rombongan ini berhenti untuk beristirahat di sebuah warung di wilayah Pracimantoro (selatan Wonogiri), Jawa Tengah, penyamaran mereka terbongkar oleh gerombolan PKI yang telah menguasai daerah itu. Pracimantoro saat itu merupakan rute perjalanan yang harus ditempuh dari Pacitan menuju Yogyakarta.

Mereka ditangkap, disekap, dan disiksa di Baturetno, wilayah yang cukup tersembunyi di Wonogiri dan memiliki jalur yang cukup strategis karena dekat dengan Madiun dan Ponorogo. Satu minggu kemudian, mereka dipindah ke Tirtomoyo, Wonogiri. Di daerah ini, KH Hamid Dimyathi dan rombongan dihabisi. Tak cuma itu, jasad mereka dimasukkan ke dalam satu lubang semacam sumur.

Satu orang yang ada dalam rombongan ini, yaitu Soimun, dibiarkan hidup. Soimun sengaja dibiarkan hidup karena PKI berharap peristiwa itu dikabarkan ke keluarga dan orang terdekat, dengan harapan umat Islam yang kontra PKI lebih merasa ketakutan. Situasi kacau saat itu berhasil membuat takut para masyarakat. Namun pemberontakan tersebut akhirnya berhasil dihentikan oleh pemerintah. Setelah situasi aman, pelacakan dilakukan berdasarkan petunjuk yang disampaikan Soimun. Kuburan massal di bekas sumur tua akhirnya ditemukan. Namun, ketika dilakukan evakuasi dari dalam lubang sumur tersebut ada 13 mayat yang kondisinya mengenaskan dan sangat sulit dikenali. Jenazah para syuhada ini kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Jurug Surakarta.

Itulah salah satu peristiwa kekejaman PKI Madiun yang menyebabkan meninggalnya salah satu petinggi Pondok Pesantren tremas. Sama halnya dengan korban PKI lainnya, mereka terlebih dahulu disiksa  lalu kemudian dibunuh dengan sadis. Kekejaman yang dilakukan oleh anggota PKI bukanlah sebuah misteri, melainkan sebuah kejadiannya nyata. Setiap korban kekejaman anggota PKI menjadi peristiwa memilukan bagi bangsa Indonesia yang saat itu belum lama merdeka.

Kekejaman yang dilakukan oleh anggota PKI semoga menjadi pengingat agar kejadian tersebut tidak terulang kembali. Dan semoga para syuhada yang meninggal secara syahid ditempatkan di tempat terbaik di sisi Allah SWT. Dan kita doakan agar tidak terjadi lagi peristiwa kelam yang terjadi di negara kita.

Sumber Referensi :     daerah.sindonews.com

pacitanku.com

 

Jumat, 20 Januari 2023

NASIB PENCIPTA LAGU GENJER-GENJER

 


Lagu Genjer-genjer adalah lagu yang dikatakan identik dengan PKI walau sebenarnya lagu ini murni karya seni. Lagu itu sangat populer di Banyuwangi setelah kemerdekaan Indonesia. Apalagi setelah dinyanyikan Lilis Suryani dan Bing Slamet dan disiarkan di radio.
Pencipta lagu tersebut adalah Muhammad Arif, seorang seniman asal Banyuwangi. Dia mengambil inspirasi dari dolanan anak 'Tong Alak Gentak'. Syair yang ditulis dalam bahasa Using — bahasa rakyat Banyuwangi — dimaksudkan untuk menyindir Jepang yang membuat rakyat menderita sehingga hanya bisa makan genjer, tanaman gulma yang biasa dimakan itik. Sejarawan menyebut lagu itu dikarang pada tahun 1943.

Muhammad Arief diperkirakan lahir pada tahun 1904 atau 1905 dan dia merupakan seorang petani dan seniman angklung. Pascakemerdekaan Indonesia, Muhammad Arief bergabung dalam organisasi Pesindo. Muhammad Arief juga bergabung dengan Lekra dan menjabat sebagai ketua bidang kesenian pada tahun 1950-an. Saat Muhammad Arief bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), lagu "Genjer-Genjer" diusung menjadi salah satu bukti karyanya yang berkonsep pada "seni untuk rakyat" ke publik dan kalangan politik. Sejak menjadi anggota Lekra, ia kemudian mendirikan sebuah grup angklung yang diberi nama Seni Rakyat Indonesia Muda.

Grup Srimuda ini kerap tampil dengan lagu "Genjer-Genjer" saat tampil pada acara PKI di Jakarta, Surabaya, Semarang dan Banyuwangi setiap Njoto dan D.N Aidit berkunjung. Selain Srimuda, Muhammad Arief juga mendirikan kelompok kesenian angklung di hampir setiap desa di Banyuwangi. Muhammad Arief pun diangkat menjadi anggota DPRD Banyuwangi dari perwakilan seniman tahun 1955.

Kepopuleran lagu Genjer-genjer dimanfaatkan PKI untuk alat propaganda masa Demokrasi Terpimpin pada periode 1959-1966. Para petinggi PKI yang datang ke Banyuwangi tertarik kepada lagu tersebut. Oleh karena itu, pada tahun 1964, D.N Aidit mengklaim bahwa lagu "Genjer-Genjer" sebagai lagu Mars PKI. Lirik lagu diubah, kemudian dinyanyikan di berbagai kampanye. Alhasil, lagu itu seolah-olah milik partai berlambang palu arit.
Saat pemberontakan PKI pecah pada tahun 1965, seluruh unsur partai dihabisi. PKI dinilai makar dan menjadi partai terlarang.

 lagu “Genjer-Genjer”menjadi identik dengan PKI karena andil Pemerintah Orde Baru. Menurut Pemerintah Orba, para anggota Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) dan Pemuda Rakyat yang dianggap sebagai organisasi dibawah PKI, menyanyikan lagu “Genjer-Genjer” ketika para jendral diculik, diinterogasi dan "disiksa" di Lubang Buaya Jakarta. Sehingga ‘seolah-olah' semakin memperjelas bahwa lagu ini mempunyai hubungan dekat dengan PKI. Peristiwa ini juga digambarkan pada film Pengkhianatan G 30 S/PKI karya Arifin C. Noer, pada masa Pemerintah rezim Orde Baru.

Lagu genjer-genjer yang populer kala itu liriknya di ubah oleh para anggota PKI. “Genjer-Genjer” menjadi “Jendral-Jendral” pun menambah satu alasan yang menguatkan lagu ini memang identik dengan PKI. Khusunya ketika peristiwa G 30 S tahun 1965 terjadi, Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia, diduga juga memplesetkan lagu "Genjer-Genjer" menjadi "jendral-jendral", sehingga maknanya menjadi berbeda dengan versi aslinya.

Setelah peristiwa G30S PKI pencipta lagu genjer-genjer Muhammad Arief tak lepas dari incaran operasi pembersihan anggota atau organisasi yang berafiliasi dengan PKI. Segala yang berbau PKI saat itu menjadi target operasi pemerintah RI. Lagu ciptaannya diasosiasikan dengan tewasnya para jenderal TNI. Saat Arief pamit pergi keluar kepada anak dan istrinya. Muhammad Arief lalu ditangkap oleh Corps Polisi Militer atau yang biasa disebut CPM.

Sejak saat itu, Muhammad Arief dipindahkan dari satu kota ke kota lainnya. Sempat terdengar, kabar bahwa Arif dipindah ke Kalibaru, dan kemudian dipindah ke Malang. Istri dan anaknya sempat mengunjungi Muhammad Arif, namun setelah itu tidak diketahui lagi dimana keberadaannya. Namun dalam serangkaian peristiwa tragedi pembantaian komunis oleh TNI dan pendukung Orde Baru tahun 1965 - 1966 di Indonesia, dikatakan bahwa Muhammad Ariefpencipta lagu "Genjer-genjer" meninggal dibunuh akibat dianggap terlibat dalam organisasi massa onderbouw PKI.

Sejak kejadian itu, rumah Muhammad Arif di kawasan Temenggungan, Banyuwangi, dirusak massa. Keluarga tercerai berai karena keluarganya diasingkan oleh penduduk sekitar karena di cap sebagai PKI. Hingga pada akhirnya rumah itu dijual  karena sering dilempari batu. Keluarga pindah ke luar Banyuwangi, namun penderitaannya berlanjut kepada anaknya yang dianggap sebagai anak pencipta lagu tersebut. Anak arif yang bernama Syamsi itu kesulitan untuk mendapat pekerjaan. Bahkan Ketika ia telah mendapat pekerjaan ia sering di PHK oleh tempatnya bekerja.

Isu-isu yang beredar di kalangan umum, baik yang dibangun pemerintah maupun masyarakat luas. Lagu Genjer-Genjer diasumsikam sebagai lagu yang mengandung stigma komunis, semakin menguatkan jalan pemerintah dan masyarakat untuk menghilangkan lagu tersebut dari kancah hiburan nasional.

Setelah berakhirnya rezim Orde Baru pada tahun 1998, larangan penyebarluasan lagu "Genjer-genjer" secara formal telah berakhir. Lagu "Genjer-genjer" mulai beredar secara bebas melalui media internet. Walaupun telah diperbolehkan, masih terjadi beberapa kasus yang melibatkan stigmatisasi lagu ini, seperti terjadinya demo sekelompok orang terhadap suatu stasiun radio di Solo akibat mengudarakan lagu tersebut.

Lagu Genjer-Genjer juga digunakan sebagai lagu pembuka dan penutup dalam serial dokumenter 40 Years of Silence yang memuat sejumlah kesaksian mengenai tahun 1965-1966. Pada tanggal 9 Mei 2016, grup musik reggae asal Mojokerto, Mesin Sampink, ditangkap polisi akibat membawakan lagu berjudul "Genjer-Genjer". Namun, pihaknya sendiri menegaskan bahwa penampilan mereka sama sekali tidak berniat untuk menyebarkan komunisme di Indonesia.

Adapun lirik lagu genjer-genjer yang sempat popular kala itu adalah sebagai berikut:

Génjér-génjér nong kedokan pating kelélér,

Génjér-génjér nong kedokan pating kelélér,

Emaké thulik teka-teka mbubuti génjér,

Emaké thulik teka-teka mbubuti génjér,

Ulih sak tenong mungkur sedhot sing tulih-tulih,

Génjér-génjér saiki wis digawa mulih.

Génjér-génjér isuk-isuk didol ning pasar,

Génjér-génjér isuk-isuk didol ning pasar,

Dijéjér-jéjér diuntingi padha didhasar,

Dijéjér-jéjér diuntingi padha didhasar,

Emaké jebeng padha tuku nggawa welasah,

Génjér-génjér saiki wis arep diolah.

Génjér-génjér mlebu kendhil wédang gemulak,

Génjér-génjér mlebu kendhil wédang gemulak,

Setengah mateng dientas ya dienggo iwak,

Setengah mateng dientas ya dienggo iwak,

Sega sak piring sambel jeruk ring pelanca,

Genjer-genjer dipangan musuhe sega.

 

Berikut ini adalah terjemahannya dalam bahasa Indonesia:

Genjer-genjer di petak sawah berhamparan

Genjer-genjer di petak sawah berhamparan

Ibu si bocah datang mencabuti genjer

Ibu si bocah datang mencabuti genjer

Dapat sebakul dia berpaling begitu saja tanpa melihat

Genjer-genjer sekarang sudah dibawa pulang

Genjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasar

Genjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasar

Ditata berjajar diikat dijajakan

Ditata berjajar diikat dijajakan

Ibu si gadis membeli genjer sambil membawa wadah-anyaman-bambu

Genjer-genjer sekarang akan dimasak

Genjer-genjer masuk periuk air mendidih

Genjer-genjer masuk periuk air mendidih

Setengah matang ditiriskan untuk lauk

Setengah matang ditiriskan untuk lauk

Nasi sepiring sambal jeruk di dipan

Genjer-genjer dimakan bersama nasi

Padahal jika dilihat dari lirik lagu tersebut menggambarkan tentang penderitaan rakyat Indonesia di zaman penjajahan Jepang. Keadaan dimana masyarakat hanya dapat menikmati makanan dari sayur genjer yang biasanya untuk makanan bebek. Melihat bagaimana masih ada orang-orang yang ketakutan pada lagu "Genjer-Genjer" membuktikan setidaknya dua hal. Pertama, propaganda puluhan tahun Orde Baru masih kuat menancap di sebagian orang. Kedua, jalan menuju sejarah Indonesia yang terang masih amat panjang, dan tentu saja melelahkan. Lagu "Genjer-Genjer" menjadi salah satu bukti bahwa Indonesia masih belum bisa bebas dari masa lalu.

Itulah nasib tragis pencipta lagu genjer-genjer yang dikatakan sebagai lagu mars PKI. Terkadang manusia dapat berbeda pendapat menurut pandangan yang mereka yakini benar. Hanya karena tuba setetes maka rusaklah susu sebelanga. Lagu yang dimaksudkan untuk menyindir penjajahan jepang malah digunakan oleh PKI untuk mengkudeta pemerintah akhirnya menjadi petaka untuk penciptanya.


 

Sumber Referensi      

adzalmaking.info

detik.com

grid.id

kompas.com

PEMBANTAIAN ANGGOTA PKI DI SULAWESI

 


Saat pemberontakkan PKI tahun 1965 meletus, berita tentang PKI beserta ormas-ormasnya sebagai pelaku penyiksa, pembantai dan pembunuh para Jenderal terpublikasikan di media-media pada bulan Oktober, November dan Desember 1965. Akibat pemberitaan ini, maka bermunculanlah kelompok dan gerakan anti komunisme dan anti-PKI yang semuanya tergabung dalam Front Pancasila.

Di Makassar, pada bulan Oktober gerakan yang tergabung dalam anti PKI pun mulai melakukan penggeroyokan massa dan perusakan perabot rumah tangga, terhadap orang-orang yang teridentifikasi mempunyai hubungan dengan PKI. Pengejaran dan penangkapan terhadap aktivis dan simpatisan PKI terus terjadi, tidak hanya di kota Makassar, akan tetapi menyebar ke daerah-daerah lain seperti Bone, Pare-pare, Jeneponto, Bantaeng, dan lainnya. Penangkapan anggota dan simpatisan PKI di Indonesia timur, khususnya Sulawesi Selatan, memang tidaklah semasif dan seberingas apa yang terjadi di Jawa, Sumatera dan Bali. Namun kekacauan tetap ada di sejumlah kabupaten disana.

Sebuah kawat dari Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta kepada Washington juga menyebutkan adanya kerusuhan di Sulawesi Selatan. Kawat bertanggal 12 November 1965 itu menyinggung laporan seorang pemuka Kristen-Protestan yang mengatakan bahwa toko-toko milik keturunan Cina di Makassar menjadi sasaran perusakan. Amuk massa terjadi di tengah kampanye pengganyangan segala hal terkait Partai Komunis Indonesia (PKI).

Menurut Brad Simpson, dokumen tersebut adalah telegram Duta Besar Amerika untuk Indonesia, Marshall Green, tentang gambaran umum situasi politik dan keamanan di Sulawesi, Jawa Tengah dan Jawa Timur terkait pembasmian PKI oleh tentara dan sekutunya. Pembersihan di beberapa daerah, berkembang menjadi mirip kerusuhan etnis dan rasialis. Salah satu narasi yang berkembang terkait G30S adalah keterlibatan dan partisipasi Republik Rakyat Cina pimpinan Mao Zedong dalam aksi penculikan para jenderal Angkatan Darat.

Warga peranakan Cina dan propertinya turut menjadi sasaran kemarahan. “Pemuka Kristen Protestan Sulawesi yang tiba di Jakarta hari itu melaporkan 90 persen toko-toko Tionghoa di Makassar diserang dan isinya dihancurkan pada 10 November 1965, yang mana melibatkan hampir seluruh penghuni kota,”.

Menurut catatan Taufik dalam Kamp Pengasingan Moncongloe (2009), dalam kerusuhan di Makasar pada 10 Oktober 1965 itu melibatkan pihak ketiga yang punya kepentingan tambahan selain pembasmian PKI. “Aksi berubah menjadi penjarahan milik orang-orang Tionghoa dan penghancuran rumah orang Jawa,”. Dokumen itu menyebutkan juga soal pembantaian orang-orang PKI.

Disebutkan persebaran kekerasan anti-PKI terjadi di beberapa daerah di Sulawesi. Orang-orang di Bone dilaporkan masuk ke kamp tahanan dan membunuh 200 orang tahanan PKI. walau tidak terlalu jelas Bone yang mana yang dimaksud, karena ada nama daerah/wilayah bernama Bone di berbagai kawasan Sulawesi. Di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan juga punya daerah bernama Bone (Kabupaten Bone sendiri berada di Sulawesi Selatan). Di Muna, Sulawesi Tenggara, ada kecamatan bernama Bone. Di Bone yang terletak di Sulawesi Selatan sendiri terjadi pembantaian terhadap orang-orang PKI.

“Pembunuhan saat itu terjadi di Penjara Kodim Watampone, kurang lebih ratusan orang sipil yang berasal dari Jawa yang menjadi korban. Mereka umumnya karyawan pabrik gula Arasoe.” Di sana, sentimen anti orang-orang Jawa sempat meningkat pada tahun 1960an. Pada masa-masa genting dan penuh desas-desas itu, ada yang menganggap orang Jawa identik dengan PKI.

Rum Aly dalam Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966 (2006) menuliskan bahwa “Para tahanan itu harus menghadapi kekerasan massa dan terbunuh dalam kerusuhan itu. Melebihi pemenggalan kepala yang menjadi eksekusi standar di berbagai penjuru tanah air kala itu. Dalam peristiwa di Watampone itu terjadi pencincangan tubuh atas orang-orang PKI. Pencincangan adalah mutilasi berat, berupa pemotongan dan penyayatan bagian-bagian tubuh sehingga ‘terpisah’ dalam potongan-potongan,”.

Soal pembantaian orang-orang PKI di Bone, Sulawesi Selatan, juga disinggung dalam biografi presenter Andy F. Noya dalam Andy Noya Kisah Hidupku (2015) yang disusun Robert Adhi K.S.P. Suatu hari, Corps Polisi Militer (CPM) menitipkan 40 tahanan yang hendak diproses ke Penjara Watampone, di pusat Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Tahanan-tahanan yang berada disana adalah orang-orang yang terkait PKI.

Kepala Penjara Watampone kala itu adalah laki-laki Indo-eropa bernama Jopie Klaarwater. Massa anti-PKI yang tak sabaran akan proses hukum pun mendatangi para tahanan yang dicap PKI untuk langsung dihakimi. Sebagai Kepala Penjara, Klaarwater tak mengizinkan melepaskan tahanan yang harus ada di dalam penjara dan menolak massa masuk ke penjara.

Massa yang lepas kendali itu tetap ngotot agar dapat masuk ke dalam penjara. Penjara kemudian berhasil mereka bobol dan tahanan dieksekusi. Tak lupa, Klaarwater dan wakil Kepala Penjara juga ikut menjadi korban eksekusi. Kepala penjara Indo-Eropa bermarga Klaarwater itu adalah kakek Andy F. Noya dari pihak ibu. Setelah kejadian itu, istri Klaarwater, Johanna Blouwer, pindah ke Belanda. Taufik juga menyebut nama Kepala Penjara adalah Kalwater dan keturunan Belanda (peranakan). Disebutkan pula Kalwater adalah Ketua Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) daerah Bone. Bersama Ketua PKI, Bone Andi Mappa, juga Sekretaris Jenderal PKI Bone Igo Garnida Heri Erianto, Kalwater tewas dibunuh massa.

Selain membunuh ketiganya, massa juga mendatangi penjara di markas Komando Distrik Militer (KODIM) dan kantor Kepolisian Resort (Polres) yang menjadi tempat penampungan orang-orang PKI. Di buku The Contours of Mass Violence in Indonesia, 1965-68 (2012) yang disusun Douglas Anton Kammen dan ‎Katharine E. McGregor menyebutkan bahwa “Pembunuhan pertama terjadi di distrik Bone sekitar November 1965.

Dikatakan Kalwater adalah Ketua SOBSI di Bone dan seorang Indo-Eropa yang juga Kepala Penjara di Bone. Dia tewas terbunuh oleh gerakan massa yang ingin menghancurkan PKI.”

Kalwater dan Klaarwater bisa diasumsikan sebagai orang yang sama. Mungkin karena kesulitan lidah lokal menyebut nama Belanda seperti Klaarwater akhirnya hanya menyebutnya menjadi Kalwater. baik Kalwater maupun Klaarwater, keduanya mengatakan bahwa dia bekerja sebagai Kepala Penjara Watampone dan sama-sama Indo-Eropa juga.


Itulah kerusuhan yang terjadi di Sulawesi Selatan setelah terjadinya pemberontakkan PKI tahun 1965. Kepala penjara saat itu juga turut menjadi korban kemarahan massa. Karena pembantaian yang dilakukan oleh anggota PKI di jawa dan daerah lain, Sulawesi ikut tersulut amarah karena pembantaian keji yang dilakukan oleh orang-orang PKI. Klaarwater yang menjadi kepala penjara, berusaha untuk meredam amarah massa. Namun massa menganggapnya sebagai upaya untuk melindungi orang-orang PKI. Hal yang mengherankan dari Klaarwater atau Kalwater ini adalah informasi yang menyebutnya sebagai Ketua SOBSI Bone. Karena Dia sebenarnya bukan berlatar buruh. Dia adalah pegawai penjara dan istrinya adalah seorang pemilik toko. Ditambah dia adalah keturunan Indo-Eropa. perpaduan yang membuat informasi dirinya sebagai tokoh SOBSI menjadi meragukan.


Sumber Referensi :

daerah.sindonews.com,

sulsel.idntimes.com,

tirto.id

PERSAMAAN YAHUDI DAN ISLAM

 


Agama adalah kepercayaan atau keyakinan yang banyak dianut oleh manusia di dunia ini. Dalam keseharian, kita akan akrab dengan sebutan agama samawi dan agama ardhi. Agama Samawi disebut juga agama langit, sedangkan agama ardhi dikenal sebagai agama bumi. Agama samawi adalah agama yang diyakini turun dari langit berlandaskan wahyu Tuhan. Wahyu tersebut diturunkan kepada para nabi dan rasul, kemudian para nabi dan rasul mendapat tugas untuk menyampaikannya kepada umat manusia. Terdapat tiga agama samawi yang pastinya sudah kita kenal, yaitu agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dari ketiga agama samawi tersebut, Islam dikatakan sebagai agama yang datang untuk menyempurnakan agama-agama sebelumnya, yakni Yahudi dan Kristen.

Tidak mengherankan jika terdapat beberapa kemiripan antara islam, yahudi, dan juga Kristen.  Agama islam dan yahudi dikatakan berakar pada ajaran yang dibawa oleh nabi Ibrahim. Saat turunnya wahyu tentang akan datangnya nabi terakhir, umat yahudi sangat menanti-nanti kedatangannya. Namun ternyata, nabi terakhir tersebut bukan berasal dari suku bani Israil, melainkan dari suku Arab. Karena hal tersebut, timbullah hasad dan iri dengki kepada suku Arab. mereka kemudian menjadi kufur terhadap Nabi terakhir karena bukan berasal dari suku mereka. Yahudi berusaha menghasut suku-suku arab untuk memerangi agama islam dengan berbagai macam cara. Hingga pada akhirnya, nabi Muhammad dan kaum muslimin berhasil menaklukkan pasukan yahudi yang berada di Arab pada perang khaibar. Kebencian umat yahudi semakin besar saat kaum muslimin berhasil menguasai Yerusalem yang merupakan kota suci umat yahudi. Yerusalem juga pernah menjadi kiblat pertama umat islam sebelum akhirnya umat islam menjadikan masjidil haram sebagai kiblat. Sebagian besar bangsa yahudi terutama penganut zionisme sangat membenci umat islam terutama diwilayah Palestina yang terjajah, umat islam juga tidak menyukai umat yahudi karena kondisi politik tersebut. Terlebih lagi saat umat yahudi berhasil mendirikan negara Israel dan membuat umat islam di Yerusalem terus berjuang terutama di jalur Gaza.

Kedua agama ini sebenarnya memiliki cukup banyak kesamaan karena berasal dari ajaran yang sama yakni dari Nabi Ibrahim. Kedua agama ini mengajarkan keadilan, kebenaran, kerukunan, kasih sayang, welas asih, kerendahan hati, dan harga diri.Persamaan yang paling mencolok adalah keyakinan kedua agama ini yang meyakini bahwa hanya ada satu tuhan yakni Allah. Agama yahudi merupakan agama yang lebih tua dari agama Nasrani dan Islam, telah lebih dulu menyebut nama tuhan dengan Nama Allah, namun dengan aksen yang sedikit berbeda, yakni Elloh, elloha, Ellia, dan Ellohim. Elohim jika diterjemahkan memiliki sang pencipta yang maha kuasa. ‘Elohim’ digunakan oleh bangsa Israel untuk menyatakan seluruh keagungan dan seluruh kepenuhan keilahian ada pada pribadi-Nya. Demikian juga dengan islam yang yang menggunakan kata Allah untuk menyatakan seluruh Asmaul Husna.

Selain meyakini Allah sebagai tuhan yang satu, umat yahudi dan islam juga menerapkan syariat khitan/sunat. Umat islam dan yahudi sama-sama mewajibkan para pria untuk berkhitan, bahkan umat yahudi melakukan khitan setelah bayi laki-laki berusia 8 hari. Kedua agama ini mendapatkan perintah untuk melakukan khitan seperti yang terdapat kitab suci mereka. Kedua agama ini mengikuti perintah Allah yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim saat itu mendapatkan perintah khitan saat usianya telah mencapai 80 tahun. Seperti yang diceritakan dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah, "Ibrahim AS adalah orang yang pertama kali memakai celana panjang, membersihkan rambut yang kotor, mencukur bulu kemaluan, dan orang yang pertama kali melakukan khitan dengan qaddum saat beliau berusia 80 tahun. Beliau dikenal sebagai orang yang pertama kali menjamu tamu dan orang yang pertama kali rambutnya beruban." (HR Ibnu Hibban).

Ketika berdoa dan beribadah, umat islam dan dan umat yahudi memiliki waktu yang telah ditentukan. Umat yahudi melakukan kegiatan beribadah tefillah setiap tiga kali sehari. Menurut tradisi, umat Yahudi bersembahyang tiga kali sehari, yakni menunaikan Syaharit (sembahyang pagi), minha (sembahyang siang), dan ma’rib (sembahyang malam), ditambah lagi dengan Musaf (sembahyang tambahan) setiap hari Sabat dan hari-hari raya. Sedangkan pada umat islam melakukannya ibadah wajib lima kali dalam sehari, yakni shalat subuh, dzuhur, ashar, magrib dan Isya’. Pada Gerakan gerakan shalat dan tefillah memiliki Gerakan yang sama, yaitu bersujud.

Selain itu, umat yahudi juga melakukan ibadah puasa sama halnya dengan umat islam. Umat islam melakukan puasa wajib Ketika bulan Ramadhan, mulai dari terbitnya matahari, hingga matahari terbenam. Umat islam melakukan puasa Ramadhan sebelum memperingati hari raya idul fitri. Sedangkan umat yahudi melakukan puasa selama 25 jam, Yaitu puasa yang dimulai dari matahari terbenam sampai gelap pada malam berikutnya, puasa itu dinamakan puasa Tisha Pave. Puasa Tisha Pave dilakukan memperingati hari dimana Kuil Sulaiman dihancurkan Kekaisaran Babilonia dan Kuil Kedua oleh Kekaisaran Romawi di Yerusalem. Umat yahudi juga melakukan puasa selama 4 hari setiap tahunnya, yang dimulai dari subuh hingga malam.

Dalam hal makanan pun yahudi, hanya memakan makanan halal yang disebut kosher. Seperti dalam ajaran agama islam, makanan kosher adalah makanan yang diperbolehkan untuk dimakan oleh umat yahudi. Ciri-ciri makanan halal umat yahudi juga memiliki banyak kesamaan dengan umat agama islam, sehingga beberapa umat islam dapat makan bersama dengan umat yahudi. Hal ini disebabkan umat yahudi juga menyembelih hewan sesuai dengan syariat mereka yaitu disembelih dengan nama Tuhan, diawali dari leher, dan mengeluarkan seluruh darah dari tubuh. Jika penyembelihan itu tidak sesuai syariat, maka daging tersebut menjadi terefah/haram.

Dalam segi berpakaian, umat yahudi dan umat islam pun memiliki kemiripan. Lelaki yahudi biasanya memakai kippah, yaitu kopiah bundar yang banyak dipakai oleh lelaki yahudi saat berdoa, bersantap, mendaraskan restu, bahkan mereka hampir mengenakannya sepanjang hari. Sedangkan pada wanitanya, saat bepergian keluar rumah mereka mengenakan penutup kepala yang terkadang bahkan harus menutup hampir seluruh muka dan hanya meninggalkan sebelah mata saja. Cara berpakaian tersebut tentu mirip dengan cara berpakaian umat islam yang mewajibkan para wanita untuk mengenakan kerudung.

Selain itu, umat islam yang meyakini para nabi dan rasul sebagai rukun iman, umat yahudi juga meyakini adanya nabi-nabi. Walaupun umat yahudi hanya mengakui nabi-nabi mulai dari nabi adam hingga nabi zakaria saja. Umat yahudi tidak mengakui kenabian Nabi Isa dan Nabi Muhammad. Sedangkan umat islam meyakini nabi dan rasul dari nabi adam hingga nabi Muhammad. Namun Umat islam hanya meyakini Isa bin Maryam sebagai nabi, tidak seperti umat Kristen yang meyakini Isa sebagai tuhan.

Itulah beberapa kesamaan antara umat islam dan umat yahudi, meskipun masih banyak kesamaan lain yang mungkin ada antara kedua agama samawa tersebut. Seperti pelaksanaan ibadah haji yang dilakukan umat islam di mekkah, umat yahudi juga melakukannya di Yerusalem. Jika umat muslim memiliki batu hajr aswad sebagai tempat paling mustajab untuk berdoa, maka umat yahudi meyakini tembok ratapan sebagai tempat terbaik untuk berdoa. Namun kedua agama samawi terus berselisih terutama di Israel dan palestina.

Selasa, 01 November 2022

PERTEMPURAN 10 NOVEMBER!!!

 


Pertempuran di Surabaya pada tanggal 10 November 1945, menjadi pertempuran besar terakhir yang pernah dilakukan rakyat Indonesia melawan pasukan Inggris. sekitar 16.000 rakyat Surabaya tewas, dan 20.000 lainnya luka-luka akibat serangan tersebut. Sedangkan di pihak Inggris dan sekutunya sekitar 2000 orang tewas, dan 2000 lainnya luka-luka. Pertempuran yang tidak seimbang dalam segi peralatan dan pengalaman kemiliteran membuat banyak rakyat Surabaya meregang nyawa.

Pada saat itu, tentara inggris dan sekutunya yang menang dalam perang dunia kedua berusaha melucuti persenjataan Jepang dan membebaskan tawanan yang ditahan oleh Jepang. Pada tanggal 24 Agustus 1945, terjadi sebuah kesepakatan antara Inggris dan Belanda yang dimuat dalam Civil Affair Agreement. Kesepakatan itu berisi keinginan Inggris untuk membantu Belanda kembali berkuasa di Indonesia. Hal itu menyebabkan adanya resistensi dari para penduduk Indonesia atas kedatangan pasukan sekutu.

Kedatangan pasukan sekutu di Indonesia merupakan bagian dari komando SEAC atau South East Asia Command yang berada di bawah pimpinan Laksamana Louis Mountbatten. Namun karena wilayah yang menjadi tanggung jawab SEAC masih terlalu luas, dibentuklah Allied Forces Netherlands East Indies atau AFNEI yang bertanggung jawab untuk wilayah Indonesia. Tepatnya pada tanggal 29 September 1945, Komandan AFNEI yaitu Letnan Jenderal Philip Christison tiba di Jakarta. Tugas yang diberikan kepada AFNEI di Indonesia adalah melucuti senjata Jepang, memulangkan para tentara Jepang ke tanah air mereka, membebaskan sekutu yang berada di bawah tawanan Jepang, serta mempertahankan keadaan yang ada di Indonesia. Mereka berusaha menguasai kota-kota besar, terutama Surabaya yang saat itu merupakan salah satu kota yang penting untuk dikuasai. Surabaya kala itu adalah kota yang besar dan memiliki pelabuhan serta pangkalan laut terbesar di Asia.

Orang-orang Belanda yang tergabung dalam AFNEI menjadikan Hotel Yamato sebagai markas mereka. Hotel Yamato pada masa pemerintahan kolonial bernama Hotel Oranje, dan kini bernama hotel Majapahit yang berada di Jalan Tunjungan no. 65. Karena menjadi pemenang pada perang dunia kedua, pada malam hari tanggal 18 september 1945, orang-orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman, mengibarkan bendera Belanda tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya. Bendera itu berkibar di tiang sisi sebelah utara pada tingkat teratas Hotel Yamato.

Keesokan harinya, para pemuda Surabaya melihat bendera Belanda itu dikibarkan tanpa izin. Para pemuda menjadi marah karena menganggap Belanda menghina kedaulatan Republik Indonesia. Dengan cepat, berita pengibaran bendera Belanda tersebar ke seluruh kota Surabaya. Para pemuda Surabaya lalu memenuhi Hotel Yamato di Jalan Tunjungan dengan keadaan marah.

Residen Sudirman lalu melewati kerumunan massa dengan didampingi Sidik dan Hariyono untuk menemui Ploegman. Perwakilan tersebut meminta agar Ploegman menurunkan bendera yang mereka kibarkan di Hotel Yamato. Bukannya menurunkan bendera tersebut, Ploegman malah menolak dan mengusir Residen Sudirman. Perundingan di dalam hotel Yamato menjadi memanas, terutama setelah Ploegman mengeluarkan pistol untuk mengancam mereka. Perkelahian tidak dapat dihindari, Sidik yang tersulut emosi lalu mencekik Ploegman hingga tewas. Namun Sidik juga ikut tewas karena dibunuh menggunakan pedang oleh tentara Belanda yang berjaga disana.

Saat insiden itu, Sudirman dan Hariono berhasil keluar dari dalam Hotel. Para pemuda diluar hotel yang melihat kejadian tersebut, ikut tersulut emosi. Mereka lalu terlibat perkelahian dengan tentara Belanda. Beberapa orang berusaha memanjat tiang untuk menurunkan bendera tersebut. Koesno Wibowo akhirnya berhasil menurunkan bendera Belanda, ia lalu merobek bagian biru dari bendera Belanda. Bendera yang telah berwarna Merah Putih lalu dikibarkan kembali.

3 hari sebelumnya, yaitu pada tanggal 16 september 1945, rakyat telah mengepung gudang senjata terbesar milik Jepang. Gudang senjata itu berada di Don bosco, saat itu gudang Don Bosco dijaga Dai 10360 Butai Kaitsutiro Butai di bawah pimpinan Mayor Hazimoto. Pasukan Mayor Hashimoto ini terdiri atas satu detasemen tentara serta pegawai sipil yang berjumlah 150 orang.

Mereka lalu bernegosiasi agar Jepang menyerahkan senjata kepada rakyat Indonesia. Pada Awalnya Mayor Hazimoto menolak untuk menyerahkannya, pihak Jepang akan menyerahkan gudang senjata itu kepada pihak sekutu. Para pemuda lalu melakukan ancaman untuk mendesak Mayor Hazimoto menyerahkan gudang senjata itu. Mayor Hazimoto akhirnya tidak memiliki pilihan lain selain menyerahkan persenjataan beserta gedungnya. Naskah serah terima gudang senjata lalu ditandatangani Hashimoto dan Jasin dengan Bung Tomo sebagai saksi penyerahan itu. Karena menguasai gudang senjata, Sebelum kedatangan Inggris dan tentara sekutu, para pemuda Surabaya telah mempersenjatai diri. Para pemuda Surabaya telah siap menyambut kedatangan tentara Inggris.

Pada tanggal 25 oktober 1945, pasukan AFNEI  mendarat di Surabaya tepatnya di Tanjung Perak yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby. Mereka datang bukan untuk berperang, mereka datang untuk melucuti persenjataan Jepang di Surabaya. Namun ternyata, kedatangan tentara Inggris tidak hanya melucuti persenjataan Jepang. Mereka datang membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. Netherlands Indies Civil Administration (NICA) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan tersebut. Tujuan inggris yang ingin menjadikan Indonesia sebagai jajahan Belanda, memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan.

Pada tanggal 27 Oktober melalui pesawat Dakota yang bertolak dari Jakarta. Pesawat itu membagikan Selebaran ke berbagai wilayah Indonesia seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah ditandatangani oleh Mayor Jenderal Hawthorn. Isi dari selebaran tersebut adalah ultimatum bagi para pasukan Indonesia untuk menyerah kepada pihak sekutu dalam waktu 48 jam atau menghadapi konsekuensi ditembak. Mallaby yang telah membuat kesepakatan dengan Mustopo bahwa mereka hanya melucuti persenjataan jepang, menjadi tidak punya pilihan selain mengikuti perintah atasannya. Kejadian tersebut menimbulkan rasa kebencian di Surabaya, sehingga munculnya seruan di radio untuk mengusir pihak Inggris dari wilayah Surabaya.

Melihat berbagai tindakan yang dilakukan oleh pihak Inggris tersebut, semakin meyakinkan bahwa peperangan tidak lagi bisa dihindari. Pada tanggal 27 Oktober tepatnya pada pukul 2 di siang hari, terjadi kontak senjata pertama antara rakyat melawan tentara AFNEI dan pemerintahan NICA.



Akhirnya berbagai pertempuran pecah di Surabaya. Gabungan antara TKR,  polisi, dan juga badan perjuangan, mengadakan serangan serentak ke pihak Inggris yang ada di kota Surabaya. Mallaby yang hanya memiliki 1 Brigade pasukan, lalu menyebarkannya pada lokasi-lokasi strategis. Mallaby dan pasukannya harus melawan semangat juang Rakyat Surabaya yang tidak ingin lagi dijajah. Karena banyak rakyat yang terbunuh, membuat para pejuang di Surabaya semakin Kalap untuk mengalahkan pasukan Mallaby. Pertempuran yang terus terjadi membuat Jenderal D.C.Hawthorn meminta bantuan Soekarno untuk mencari solusi dan meredakan situasi pada saat itu.

Dari perundingan, terjadi kesepakatan bahwa ultimatum yang dikeluarkan Jendral Hawthorn tidak berlaku, dan inggris mengakui keberadaan tentara keamanan rakyat dan polisi. Biro kontak antara Indonesia dan Inggris bergerak cepat untuk menyampaikan kesepakatan tersebut dengan iring-iringan mobil. Mereka berpacu dengan waktu untuk mengabarkan kesepakatan damai, karena keadaan Surabaya saat itu masih genting. Di sekitar gedung Internatio, Rakyat meminta agar Inggris keluar dari Surabaya. saat itu satu kompi pasukan inggris masih berada di gedung internatio, Mereka dianggap ancaman bagi rakyat.

Iring-iringan mobil biro kontak lalu sampai pada gedung internatio. Biro kontak menyampaikan kesepakatan kedua negara sehingga para rakyat melakukan gencatan senjata sementara. Perwakilan biro kontak lalu dikirim untuk berbicara dengan pasukan inggris yang berada dalam gedung Internatio. Saat sedang berdiskusi, sebuah granat dilemparkan dari dalam gedung. Insiden tersebut membuat rakyat kembali marah dan melakukan serangan, pada peristiwa itulah jendral Mallaby tewas. Kematian Mallaby menjadi pemicu yang mengubah Surabaya menjadi lautan darah. Inggris kemudian memberikan ancaman akan menuntut balas atas kematian salah satu petingginya.

Usaha perdamaian coba dilakukan oleh petinggi Republik Indonesia, Namun semua usaha itu menemui jalan buntu. Pihak Inggris tidak mau lagi bernegosiasi dengan petinggi Republik Indonesia. Pada tanggal 7 November 1945, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh ditugaskan menggantikan Jendral Mallaby. Mansergh mengancam rakyat Surabaya untuk menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA. Ia menyampaikan ultimatum terbuka kepada Gubernur Suryo tanpa sopan santun. Ultimatum itu lalu digandakan dan disebarkan inggris lewat pesawat terbang. Dalam Ultimatum mengatakan bahwa rakyat Surabaya harus menyerah, jika tidak, Surabaya akan di Bombardir hingga hancur lebur pada tanggal 10 November 1945.

Para petinggi di Jakarta tidak dapat berbuat banyak karena Inggris tidak main-main. Berbagai upaya jalan damai telah diusahakan oleh para petinggi, namun semuanya  tidak digubris oleh Inggris. Disisi lain, rakyat Surabaya yang telah berjuang agar merdeka ikut naik darah atas ultimatum tersebut. Semangat perlawanan bergelora di Surabaya bagai tersiram minyak dengan ultimatum itu sebagai pemicunya. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan menjadi satu dengan semangat jihad. Bung Tomo yang telah mendapat restu dari KH. Hasyim Ashari, berteriak lantang mengobarkan semangat perlawanan masyarakat Jawa Timur. Bung Tomo menyuarakannya melalui radio perjuangan di jalan Mawar. Suaranya mengudara pada pukul 11 malam dengan semboyan MERDEKA ATAU MATI!!.

Pidato Bung Tomo membuat semangat rakyat Surabaya berkobar, mereka siap melawan Pasukan Inggris walaupun harus berkorban nyawa. Seruan Inggris agar membawa kain putih sebagai tanda menyerah tidak dipatuhi oleh rakyat Surabaya. Ribuan pasukan Inggris dengan senjata lengkap kemudian didatangkan ke Surabaya. Peralatan tempur seperti tank, panser dan Meriam artileri dikerahkan. Tidak hanya itu, mereka juga didukung kekuatan utama armada laut serta aramada udara mereka. Namun itu tidak membuat rakyat Surabaya gentar, mereka telah siap mempertahankan kemerdekaannya.

Pada 10 November 1945, Surabaya di hujani peluru Meriam pasukan Inggris. Serangan Pasukan Inggris dilakukan melalui udara, darat dan laut. Pada pasukan darat inggris Sekitar 30.000 pasukan, 1 skuadron tank ringan dan brant carrier, 20 tank Sherman, dan 23 artileri berat. Pada armada lautnya sekitar 3 kapal fregat, 1 kapal penjelajah, 3 kapal torpedo, 7 kapal pengangkut pasukan, dan kapal pendarat. Sedangkan armada udara, Inggris mengerahkan 1 squadron mosquito dan thunderbolt. Kekuatan perang Inggris itu ditambah kapal perang yang berada di perairan utara Surabaya.

Akibat serangan yang dilakukan oleh Inggris, membuat Surabaya menjadi luluh lantak. Dengan kekuatan besar itu, Inggris mengira hanya butuh 3 hari untuk menguasai Surabaya. Namun keperkasaan semangat juang rakyat Surabaya, membuat Inggris butuh waktu hingga 3 minggu untuk menguasai Surabaya. Sebuah keberanian yang luar biasa menghadapi peralatan tempur pemenang perang dunia kedua. Walaupun perbedaan peralatan tempur dan kualitas militer, tidak sedikitpun menurunkan semangat juang rakyat Surabaya. Pada akhirnya, Surabaya berhasil dikuasai Inggris setelah mengerahkan semua kekuatan tempurnya.

Walaupun mengalami kekalahan, namun dari pertempuran tersebut menunjukkan bahwa Indonesia siap melawan negara barat yang akan menjajah Indonesia. Mengetahui perbedaan persenjataan, rakyat Suroboyo mengubah cara berperang secara langsung menjadi perang gerilya. Para Rakyat Surabaya masih berjuang hingga berakhirnya agresi militer Belanda II. Dari peperangan 10 November, walaupun memenangkan pertempuran, Inggris kemudian menjadi negara Netral setelah munculnya gerakan Non-Blok. Inggris tidak mau lagi menghadapi semangat juang bangsa Indonesia. Banyaknya pahlawan yang gugur pada 10 november 1945, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 10 November sebagai hari Pahlawan dengan didasari Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959.

Sumber Referensi :

123dok.com, 

channel tvOneNews, 

goodnewsfromindonesia.id, 

gramedia.com, 

id.wikipedia.org, 

kompas.com,

RAMALAN PERANG AUSTRALIA VS INDONESIA BEREBUT PULAU PASIR

 


Sosial media baru-baru inj dihebohkan dengan ramalan Nostradamus yang dikait-kaitkan dengan Indonesia. Dalam ramalannya, Nostradamus memprediksi bahwa Indonesia dan Australia akan berperang pada tahun 2037. Australia akan menyerang negara yang ada pelabuhan, jembatan, dan tugu peringatan. Ciri-ciri negara tersebut mirip sekali dengan Indonesia, karena Indonesia memiliki pelabuhan, jembatan, dan tugu peringatan. Netizen kemudian mengaitkan bahwa tempat yang di maksud adalah Surabaya, Karena di Surabaya terdapat Pelabuhan terbesar kedua di Indonesia. Selain itu, di Surabaya juga terdapat jembatan merah, Sedangkan tugu peringatan yang dimaksud adalah tugu pahlawan. Menurut Nostradamus, Indonesia dan Australia berebut supremasi di laut hindia.

Perselisihan semakin membesar hingga menjadi konflik bersenjata yang diikuti perang besar, dalam perang tersebut Indonesia dikatakan akan kalah. Perselisihan antara Indonesia dan Australia akhir-akhir ini kembali terjadi. Terutama saat Indonesia dihebohkan dengan klaim dari Australia tentang pulau Pasir atau Ashmore reef. Pulau yang berada di Samudera Hindia tersebut akankah menjadi pemicu perang yang diramalkan oleh Nostradamus yang mengatakan bahwa Indonesia dan Australia berebut supremasi d laut Hindia.

Ashmore reef terletak sekitar 120 km sisi selatan pulau rote, dan berjarak 320 km dari Australia. Klaim Australia atas pulau tersebut didasarkan pada nota kesepahaman (MoU) nelayan Indonesia dengan Australia pada tahun 1974. Atas klaim pulau tersebut, sejak tahun 2004 telah banyak nelayan NTT yang ditangkap pemerintah Australia saat memasuki kawasan itu.

Masyarakat adat di Nusa Tenggara Timur (NTT) kemudian meminta Australia agar segera hengkang dari pulau itu. Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB), Ferdi Tanoni, mengatakan telah meminta Negeri Kanguru menunjukkan bukti kepemilikan yang sah atas gugusan Pulau Pasir. Ketua YPTB di Kupang, Ferdi Tanoni, mengatakan “Mereka hanya mengklaim bahwa itu milik mereka, padahal tidak ada bukti yang bisa mereka tunjukkan bahwa itu adalah milik mereka”.

Ferdi juga telah mengajukan gugatan ke Pengadilan Australia. Hal ini disebabkan karena banyak nelayan NTT yang melaut di wilayah itu dan ditangkap otoritas Canberra. Menurutnya di pulau itu terdapat kuburan leluhur Rote termasuk artefak. Ferdi menambahkan bahwa saat ini Australia melakukan aktivitas pengeboran minyak bumi di kawasan itu. Ferdi mengatakan “Kalau Australia tidak mau keluar dari gugusan Pulau Pasir, kami terpaksa membawa kasus tentang hak masyarakat adat kami ke Pengadilan Commonwealth Australia di Canberra”. “Nelayan Indonesia mengunjungi Ashmore Reef setiap tahun di bawah Nota Kesepahaman yang ditandatangani oleh Pemerintah Australia dan Indonesia, yang memungkinkan mereka untuk memanfaatkan wilayah laut yang telah mereka akses secara tradisional selama berabad-abad.”

Persengketaan tentang Pulau Pasir atau ashmore reef antara Indonesia dan Australia telah terjadi sejak lama. Pada tahun 1974, Canberra dan Jakarta menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) soal batas wilayah teritorial. Perjanjian kedua negara lebih menyepakati garis-garis sementara pada bagian timurnya dengan mengikuti arah garis-garis batas landas kontinen, yang letaknya tepat pada garis tengah antara kedua negara. Garis tengah ini berlanjut sampai mendekati pulau-pulau Ashmore dan Cartier, terus berbelok ke arah utara dan menyusur gugusan pulau-pulau tersebut. Dalam kesepakatan tersebut juga mengatur kegiatan nelayan tradisional Indonesia di Australian Fishing Zone (AFZ), terutama di sekitar pulau-pulau Ashmore Reef dan Cartier island. Kesepakatan ini masih terbatas pada hak nelayan Indonesia untuk berlabuh dan mengambil air tawar hanya di East dan Middle island dari gugusan Pulau Ashmore reef.

Adanya kesepakatan batas kedua negara, pada tahun 1983 pemerintah Australia menetapkan kawasan Ashmore sebagai cagar alam nasional (National Nature Reserve) berdasarkan National Park dan Wildlife Conservation Act 1975. Dengan adanya penetapan kawasan perlindungan ini, membawa implikasi pembatasan aktivitas nelayan Indonesia. Sejak tahun 1983 terjadi perubahan perlakuan terhadap nelayan tradisional yang semakin ketat di kawasan perairan tersebut.

Perlakuan pemerintah Australia terhadap nelayan tradisional, kemudian menuai protes pemerintah Indonesia sehingga pada tahun 1989 dilakukan perjanjian bilateral kedua negara. Inti perjanjian tersebut adalah nelayan Indonesia dapat berlayar dan mencari sumber daya laut dengan menggunakan metode tradisional seperti zaman dahulu. Pemerintah Australia melarang jika nelayan Indonesia menggunakan kapal yang bermotor.

Australia melalui aparatnya kemudian melakukan tindakan tegas terhadap nelayan Indonesia yang melakukan kegiatan eksploitasi sumber daya laut di AFZ, para nelayan tersebut dianggap merusak lingkungan disekitar terumbu karang. Aparat Australia menangkap nelayan, menyita hasil tangkapan, membakar kapal, dan menahan nelayan. Nelayan dianggap memasuki perairan AFZ tanpa mengindahkan peraturan pemerintah Australia, yaitu menggunakan mesin, memasuki wilayah yang dilarang, ataupun mengambil sumber daya laut yang dilarang.

Meski pemerintah Indonesia dan pemerintah Australia telah melakukan perjanjian bilateral hingga tiga kali untuk mengatasi masalah pelanggaran kedaulatan, akan tetapi masih saja terjadi pelanggaran yang dilakukan nelayan-nelayan tradisional Indonesia. Adapun bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh nelayan-nelayan tradisional Indonesia yaitu, pelanggaran terhadap wilayah operasi yang telah ditetapkan dalam MoU Box 1974 dan Agreed minutes 1989. Selain itu, terjadi pelanggaran terhadap ketentuan yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam hayati sesuai dengan kesepakatan, baik MoU Box 1974 maupun Agreed Minutes 1989. Salah satu jenis pelanggaran yang sering dilakukan oleh para nelayan tradisional Indonesia adalah pengambilan jenis-jenis biota laut tertentu sebagai bagian dari sumberdaya alam hayati yang dilarang, seperti pengambilan penyu dan burung beserta telurnya.

Pelanggaran terhadap penggunaan fasilitas yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan juga sering dilakukan. Fasilitas yang digunakan tidak sesuai dengan apa yang telah ditetapkan melalui MoU Box 1974 dan Agreed Minutes 1989, yaitu melakukan kegiatan penangkapan dengan menggunakan perahu yang digerakkan oleh mesin (motor), menggunakan alat-alat penangkapan yang tergolong modern, bahkan menangkap ikan hiu dengan menggunakan gil/net.

Pelanggaran yang dilakukan berhubungan dengan masalah lingkungan hidup juga sering dilakukan. Mereka dinilai sering lalai memadamkan api setelah memasak, membuang puntung rokok sembarangan, ataupun kegiatan lain yang menyebabkan terkontaminasinya sumber-sumber air minum. Para nelayan juga dikatakan memanfaatkan kegiatan penangkapan ikan sebagai sarana untuk mengantar dan memasukan imigran gelap ke Australia.

Pemerintah Australia mendefinisikan penangkapan illegal cenderung pada kategori pelanggaran hukum karena memasuki wilayah perairan pengawasan Australia, tanpa izin dari otoritas Australia. Berdasarkan nota kesepahaman antara Indonesia-Australia yang ditandatangani pada tahun 1974, pemerintah Australia masih mengizinkan nelayan tradisional, yaitu nelayan yang menggunakan kapal layar. Pemerintah Australia melarang setiap nelayan Indonesia yang menangkap ikan atau makluk hidup lainnya di Ashmore Reef karena area ini dijadikan cagar alam. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, pemerintah Australia akan menghukum orang yang melanggar dengan menyita hasil yang telah diperoleh nelayan serta mewajibkan membayar denda atau mengenakan hukum penjara. Sedangkan Perahu kapal yang terbukti bersalah dapat disita dan dibakar.

Menanggapi hal ini, Pemerintah Indonesia menyatakan pulau itu memang milik Negeri Kanguru. Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Abdul Kadir Jailani lewat akun Twitternya. "Pulau Pasir merupakan pulau yang dimiliki Australia berdasarkan warisan dari Inggris,". Pulau tersebut dimiliki inggris berdasarkan Ashmore and Cartier acceptance Act, 1933, Dan dimasukan ke dalam wilayah Administrasi Negara Bagian Australia Barat pada tahun 1942.

Australia pada masa penjajahan memang diduduki Inggris, sedangkan Indonesia lebih lama dijajah Belanda. Tidak bisa dipungkiri jika warisan kolonialisme telah lestari mempengaruhi bentuk-bentuk kedaulatan negara sampai saat ini. Dalam geografi Australia, Pulau Pasir tersebut bernama Kepulauan Ashmore dan Cartier. Sebelum Indonesia merdeka, pulau karang dan pasir kecil itu memang telah  menjadi milik Inggris. Sehingga Pulau Pasir atau Ashmore reef tidak pernah masuk ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Belanda tidak pernah mengklaim pulau tersebut karena tidak memiliki keuntungan dari segi apapun. Sedangkan inggris perlu memiliki pulau tersebut sebagai jalur pelayaran yang aman. Maka dari itu belanda dan inggris tidak bersengketa masalah pulau Ashmore reef tersebut, dan menyatakan pulau tersebut adalah milik inggris.

Pada Peta AOI (Area of Interest), yang menampilkan gambar wilayah Indonesia secara keseluruhan, terlihat ada lekukan garis batas yang menjorok ke arah dalam sisi Indonesia. Lekukan ini mirip dengan peta Australia. Lekukan itu melewati Pulau Pasir atau Australia menyebutnya sebagai Ashmore and Cartier Islands. Pada peta ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Indonesia di situs Badan Informasi Geospasial Indonesia, terdapat gambar lekukan yang sama. Garis wilayah Indonesia menjorok ke dalam menghindari Pulau Pasir atau Kepulauan Ashmore dan Cartier. Bahkan di peta ZEE Indonesia, tidak ada nama Pulau Pasir, yang ada yakni Ashmore Reef. Di dekatnya, ada Hibernia Reef yang juga masuk wilayah Australia (meski menjorok ke Indonesia).

Garis batas ZEE Indonesia yang melewati Pulau Pasir ini berbentuk garis putus-putus, melewati Samudra Hindia hingga Laut Timor di selatan Nusa Tenggara Timur atau utara Australia. Jadi menurut peta resmi Indonesia, Pulau Pasir atau Kepulauan Ashmore dan Cartier tidak masuk wilayah Indonesia, melainkan wilayah Australia. Tidak mengherankan jika pemerintah Australia berang karena banyak nelayan yang tidak mengindahkan peraturan tersebut. Sebagai konsekuensinya, pemerintah Australia akhirnya menangkap dan menyita kapal milik nelayan yang melanggar perjanjian tersebut.

Itulah pembahasan pulau Ashmore reef yang memang merupakan milik Australia. Jika Indonesia berusaha untuk mengklaim pulau tersebut, maka Indonesia berada pada posisi sebagai penginvasi. Dan jika berperang pun maka Indonesia akan dianggap bersalah karena melanggar perjanjian yang telah dibuat oleh kedua negara. Menanggapi ramalan Nostradamus yang mengatakan bahwa Indonesia dan Australia akan berperang itu tidaklah benar. Bagaimana mungkin seseorang yang hidup pada tahun 1500an meramalkan Indonesia, sedangkan nama Indonesia digunakan pertama kali digunakan secara politik pada tahun 1920an. Terlebih lagi, buku yang ditulis oleh Nostradamus dengan judul Les Propheties telah hilang setelah Nostradamus menghilang. Buku karya Mario Reading yang berjudul Nostradamus: The Complete Prophesies for the Future bisa saja adalah perkiraan Mario Reading melihat perselisihan Indonesia dan Australia yang telah terjadi sejak lama. Jika memang benar terjadi, maka itu hanyalah sebuah kebetulan ataupun itu adalah pengamatan yang telah dilakukan oleh Mario Reading.

Sumber Referensi :

cnbcindonesia.com, 

cnnindonesia.com, 

news.detik.com, 

99.co